Translate

Jumat, 13 Januari 2012

SAPI PERAH

LAPORAN  SEMESTER  PRAKTIKUM
PRODUKSI TERNAK PERAH

                                      

OLEH :
JUFRIN TANJUNG



                                             
PENDAHULUAN
Latar Belakang


            Susu merupakan hasil  pemerahan dari ternak mamalia atau  menyusui baik dari ternak ruminansia besar maupun dari ternak ruminsia  ternak kecil seperti sapi ,kerbau, kambing, domba dan bahkan dari ternak menyusui lainnya seperti dari hasil pemerahan susu kuda, yang mana susunya dapat dikonsumsi atau di gunakan sebagai bahan makanan yang sehat, serta padanya tidak di kurangi kompnen-komponennya atau di tambahnya bahan-bahan lain.Karakteristik susu yang sehat atau  baik untuk dikonsumsi adalah warnanya putih kekuningan, karena kandungan proteinnya yang tinggi, baunya khas dan tidak dijumpai bau asam dan bahkan bau busuk Selanjutnya dalam kodex susu di tegaskan pula bahwa kadar lemak dalam susu tidak boleh lebih rendah daripada 25% berat kering.
             Susu segar adalah susu hasil pemerahan dari ternak, yang mana pada susu tersebut tidak dicampurkan zat zat lainnya.Bertitik tolak dari batasan tersebut , maka uji mutu susu penting artinya dan harus di kerjakan untuk menghindari pemalsuan atau sebab-sebab lain yang mengakibatkan susu tidak lagi murni sehingga diketahui atau di peroleh susu yang bermutu seperti yang dikehendaki oleh kodex susu.


Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dan manfaat dari pratikum kali ini dengan judul praktikum yaitu pemeriksaan komposisi susu  adalah agar para praktikan dapat mengetahui dan mengenal apa saja yang terkandung dalam susu tersebut, ciri ciri susu yang sehat, bagaimana cara mempertahankan kesegaran susu,dan juga pada kehidupan sehari-hari pun kita tidak salah memilih jenis susu.

TINJAUAN PUSTAKA
AAK (1999) bahwa susu segar adalah susu yang tidak dikurangi atau ditambah apapun, yang diperah oleh ari pemerahan sapi yang sehat secara kontimue dan sekaligus sampai sempurna.
Setiyohadi (1998) menyatakan bahwa angkat reduktase adalah waktu yang diperlukan untuk merubah zat warna biru metilen menjadi putih yang mana nilainya secara kasar berbanding terbalik dengan jumlah organisme yang ada.
Buckle, dkk (2002) menyatakana bahwa uji reduksi dapat menunjukan tingkat kegiatan bakteri sehingga dapat memungkinkan diklasifikasikan susu sebagai susu yang dapat diterima atau tidak untuk kegunaan tertentu.
Hardiwiyoto (2004) menyatakan adanya reduktasi susu disebabkan aktivitas enzim tertentu dan aktivitas bakteri dalam susu. Kecepatan penurunannya tergantung pada jumlah dan macam bakteri serta dipengaruhi metabolisme dalam sel bakteri.
Fardiaz (2002) menyatakan bahwa reduksi adalah perubahan warna biru menjadi putih dianggap selesai jika empat perlima bagian sample susu telah berwarna putih.
Buckle, dkk (2002) menyatakan bahwa susu normal memiliki pH 6.6-6.7 dan bila terjadi banyak pengasaman oelh bakteri nilai pH akan menurun secara nyata. Bila hal ini dianggap sebagai tanda adanya mastitis pada sapi karena penyakit ini menyebabkan perubahan minesral dalam air susu.
Adnan (2001) menyatakan bahwa air susu segar umumnya mempunyai nilai pH 6.5 sampai 6.7 dan bila terjadi banyak pengasaman oleh aktivitas bakteri maka nilai pH akan menurun secara nyata. Pengasaman menyebabkan kehilangan Co2 yang dapat menurunkan keasaman dan kenaikan nilai pH.
Fardiaz (1999) menyatakan bahwa beberapa jenis bakteri dapat melakukan fermentasi pada susu sehingga merubah laktosa menjadi asam laktat.
Hardiwiyoto (1998) menyatakan bahwa sumber keasaman susu selain dari aktivitas bakteri juga karena adanya asam fosfat dan asam sitrat, sifat kasein dan albumin serta terlarutnya Co2 dalam susu.
AAK, 1995 menyatakan bahwa penyarinagn perlu dilakukan dengan segera guna menghindari agar jangan sampai jumlah mikroba yang terdapat didalam air susu bertambah.
Syariet, dkk. 1995, myatakan bahwa bahan yang paling baik digunakan adalah kertas saring.
Sudarmadji, dkk. 1998 penyaringan bertujuan untuk memisahkan suatu cairan dari bahan padat yang terdapat pada cairan itu dengan cara menuang cairan pada bahan penyaringan.
 AAK (1998) menyatakan semakin tinggi kadar bahan kering dalam air susu maka semakin tinggi pula berat keringnya.
Bambang (1997) bahwa bahan kering adalah sisa bahan makanan sesudah diuapkan airnya.


Pemeriksaan fisis, pada pengujian ini yang terpenting di tekankan adalah pemeriksaan berat jenis (bobot jenis) dan angka refraksi susu. Kodex susu di Indonesia  mengkendaki bobot jenis susu tidak kurang daripada 1,028 Ressang,A.A,(1963).
Apabila susu makin encer, maka lactometer akan lebih dalam masuknya kedalam susu. Dengan demikian bobot jenis susu berarti menjadi lebih rendah dari pada stsndarnya Bearkly,R.D.(1966).. .Susu mengandung protein rata-rata 3,5 persen. Protein merupakan gabungan dua atau lebih asam-asam amino, yang penyusun utamanya adalah atom karbon, atom hidrogen, dan atom nitrogen (Eckle, 1951).  
Susu merupakan cairan yang bernilai baik untuk kebutuhan gizi manusia, hewan muda dan cocok untuk media tumbuh mikroorganisme karena menyediakan berbagai nutrisi. Pemeriksaan fisis, pada pengujian ini yang terpenting di tekankan adalah pemeriksaan berat jenis (bobot jenis) dan angka refraksi susu. Kodex susu di Indonesia  mengkendaki bobot jenis susu tidak kurang daripada 1,028. (Adellia Pinem, 1995)
Mutu susu segar juga harus didukung oleh cara pemerahan yang benar termasuk didalamnya adalah pencegahan kontaminasi fisik dan mikrobiologis dengan sanitasi alat pemerahan dan sanitasi pekerja. Susu mengandung protein rata-rata 3,5%. Protein merupakan gabungan dua atau lebih asam-asam amino, yang penyusun utamanya adalah atom karbon, atom hidrogen, dan atom nitrogen. (Jessicca, 2003)
Berat jenis air susu adalah 1,028 Kg/L. Penetapan berat jenis susu harus dilakukan 3 jam setelah susu diperah, sebab berat jenis ini dapat berubah, dipengaruhi oleh perubahan kondisi lemak susu ataupun karena gas di dalam susu. Viskositas susu biasanya berkisar antara 1,5 sampai 2 CP, yang dipengaruhi oleh bahan padat susu, lemak, serta temperatur susu. (Liliana, 2001)
 Pada pemerisaan warna susu,dapat disimpulkan bahwa selain warna putih kekuningan,susu dikategorikan susu tidak normal.apabila terdapat warna merah,berarti susu dikatakan mangandung darah ( Tyoung (1990 )
Apabila asam sulfat ditambahkan pada susu kemudian dicampur maka asam sulfat akan melarutkan bahan padat bukn lemak dan meninggalkan lemak bebas (Lampert (1970 ).
            Bahan kering bukan lemak adalah jumlah persentase semua komponen penyusun susu dikurangi kadar air dan kadar lemaknya,dan total bahan kering adalah jumlah  semua komponen penyusun susu di kurangi kadar airnya saja (Bearkly,R.D.(1966).  
































 MATERI DAN METODA


Waktu dan tempat

Pratikum Produksi Ternak Perah tentang Pemeriksaan komposisi susu ini kami laksanakan pada hari Selasa 9 November 2010 pukul 14.00-selesai, yang bertempat di Laboratorium di dalam gedung C Fakultas Peternakan.

 Materi

Adapun alat yang di gunakan dalam pratikum ini adalah : Tabung reaksi, Penjepit tabung reaksi, Gelas becker, Pipet 10 ml, Pembakar bunsen, Botol 100 ml, kertas saring, corong, Tabung erlenmeyer dan penangas air,.
Bahan yang digunakan adalah : Susu secukupnya,alkohol,larutan biru metilen dan  aquadest.


Metoda

Berbagai cara kerja atau metoda yang digunakan pada saat melakukan praktikum kali ini hal ini sesuai dengan sub judul praktikum, seperti;    
1.      Uji sensorik atau uji organoleptik.

Pada uji warna,yang perlu diketahui adalah,bila warna susu putih berarti susu itu asli,bila susu berwarna kuning, susu banyak mengandung karoten,bila warna biru susu berarti dicampur dengan air,berwarna merah berarti susu mengandung darah.
Uji sensorik atau organoleptik dari pemeriksaan air susu dengan menggunakan panca indera seperti bau, rasa, kekentalan, dan warna, cara kerja yang digunakan dalamuji kebersihan.


2.Uji kebersihan dengan metode saring.
Uji kebersihan dengan metode saring adalah homongenkan 500 ml sampel susu, tuang sampel susu secara perlahan melalui dinding corong. Pada mulut corong telah terpasang kertas saring dan ditampung dalam becker glass. Setelah kertas saring dilepas amati kotoran yang tertinggal dalam kertas saring.

3.Pengukuran pH dengan pH meter.
Pada uji pH,ditentukan dengan jumlah basa yang digunakan untuk menetralisir asam di dalam susu dengan menggunakan phenolptalin sebagai indikator,sedangkan pH menunjukkan keasaman susu dengan menentukan log konsentrasi ionH+ dalam susu.pH susu dapat ditentukan dengan menggunakan pH meter atau kertas lakmus.pH susu segar adalah 6,5-6,75.susu yang mempunyai pH diatas 6,75 dinyatakan bahwa susu terlalu alkalis dan kemungkinan ada bahan pengawet.Jika pH di bawah 6,3 susu dinyatakan terlalu asam dan biasanya menandakan susu sudah lama disimpan.

4.Uji alkohol.
Uji alkohol cara kerjanya adalah tabung reaksi masing-masing diisi 3 ml air susu, tabung I ditambah 3 ml alkohol 68 %, tabung II ditambah 3 ml alkohol 70 %, tabung III ditambah alkohol 75 % dan tabung ke IV ditambah alkohol 96 % 3 ml untuk kontrol, masing-masing diamati, bila susu pecah maka sampel tersebut asam dan hasil uji positif.

5.Uji didih / uji masak.
Uji didih cara kerjanya adalah masukan 5 ml air susu kedalam tabung reaksi dan panaskan sampai mendidih, penilaian bila terdapat butiran-butiran dan susu tidak homogen berarti susu pecah dan hasil posotif.

6.Uji Reduktase dengan biru metilen.
Pada uji reduktase dengan biru metilen cara kerjanya yaitu masukan 1 ml larutan biru metilen ke dalam tabung reduktase tambahkan sampel susu sampai batas lingkaran. Tutup tabung tersebut dengan sumbat, lalu campurkan sehingga warna biru merata. Caranya dengan membolak-balik tabung (kira-kira 3 kali). Masukan tabung ke dalam penangas air selam 4-4.5 jam. Penangas air diletakan ditempat yang terlindung cahaya. Apabila akan membaca hasil, maka warna yang sudah berubah menjadi putih. Sebaiknya reaksi ditunggu sampai seluruh warna biru hilang.





















HASIL DAN PEMBAHASAN

1.      uji sensorik atau organoleptik

a.uji warna
 Uji kesegaran air susu, setelah menggunakan metoda maka didapatkan hasil yaitu uji warna untuk kesegaran air susu hasilnya adalah susu berwarna putih berarti susu tersebut normal (baik).hal ini menandakan susu trsbut normal dan baik dikonsumsi menurut Kanisius (1986), menyatakan susu mempunyai warna putih kebiruan sampai kuning kecoklatan, warna putih pada susu serta penampakannya akibat penyrapan butiran koloud lemak, kaliumdan kalsium fosfat dan bahan yang memberikan warna kekuningan adalah karoten dan ribovalavin,warna susu dapat dipengaruhujenis sapi dan makananya. 


Gambar gelas ukur

b. uji bau
setelah sample susu diambil dan dimasukkan kedalam botol 100 ml kemudian ditutup dan disimpan dalam suhu rendah lalu dimasukkan kedalam penangas air (34-40C) sampai hangat. Kemudian tutup botol diangkat dan didapatkan hasil susu berbau susu yang berarti susu normal(baik). Menurut Anggorodi (1992),bila susu berbau busuk berarti susu kena matitis dan apabila susu berbau asa berarti susu sudah rusak atau lama.
c.Uji kekentalan
setelah tabung reaksi berisi susu dimiringkan, kemudian ditegakkan kembali kemudian perhatikan dinding tabung dan didapatkan hasil susu encer yang berarti terjadi penambahan air atau pengurangan lemak. Menurut Anggorodi (1992), bila susu dalam keadaan encer ini berarti ada penambahan air atau pengurangan lemak susu. bila susu dalam keaddan pekat ini berarti terjadi penambahan pati atau santan. Bila berlendir berarti susu rusak dan tidak layak lagi dikonsumsi.
dfyind







Gambar  sampel susu pada uji rasa

d. uji rasa
setelah diteteskan air susu ketelaapak tangan dan dicicipi didapatkan hasil susu terasa agak manis yang berarti susu normal.

2.      Uji kenersihan dengan metode saring

Setelah 500ml sample susu homogen lalu tuangkan sample susu secara perlahan-lahan melalui dinding corong, Dimana pada mulut corong telah terpasang kertas saring, susu ditampung dengan beker gelas.kemudian kertyas saring dilepaskan, dan amati kotoran yang tertinggal dikertas saring apakah ada bulu, potongan rambut, pasir, feses, dll.dan masukkan kertas saring dalam incubator atau lemari pengering agar kering lalu periksa kotoran yang tampak pada kertas saring dan jenis kotoran yang tampak, penilaian dapat berupa bersih, sedikit kotor.Menurut Hediwiyoto(1983),menyatakan bahwa tujuan penyaringan untuk memisahkan benda-benda asing seperti debu, pasir, dan sebagainya dengan kertas saring yang bersih.

3.Uji Alkohol
Pada kempat tabung reaksi yang masing-masing disi 3ml air susu, lalu dimasukkan pula berturut-turut 3ml alcohol 68%, 70%, 75%, dan 96%, kemudian keempat tabung reaksi tersebut dikocok dan diamati perubahan yang terjadi dan catat. Hasil didapat susu pecah dan uji positif. Menurut siregar(1989),menyatakan bahwa sapi perah laktasi yang terinsektif mastitis air susunya berubah menjadi encer dan pecah dengan uji alcohol.

4.Uji didih dan masak

Setelah 5 ml air susu dimasukkan kedalam tabung reaksi dipanaskan didapatkan hasil susu tetap homogen yang berarti susu masih dalam keadaan baik. Dari hasil percobaan sample berubah ke warna menjadi putih setelah 3 jam. Hal ini menandakan sample dalam keadaan baiok dan tidfak mengandung banyak mikroba.Menurut Hadiwiyoto (1999), menyatakan pengujian daya reduksi dapat dikerjakan dengan larutan biru metal atau larutan reza urine.

5. Uji Reduktase dengan biru metillien

Setelah dimasukkan 1ml larutan biru metilen kedalam tabung reduktase, ditambahkan 10 ml susu sampai batas lingkaran kemudian tutup tabung tersebut kemudian dibolak-balik sampai birunya menjadi rata.Menurut hadiwiyoto(1982),menyatakan pengujian daya reduksi dapat dikerjakan dengan larutan biru metilen  atau larutan reza urinaria.Sesuai dengan prinsip kerja dari uji reduktase ini yaitu enzim reduktase yang dihasilkan mikrooganisme dalam susu akan mereduksi zat warna biru metilen yang ditambahkan ke dalam susu sampai tidak berwarna. Pada percobaan ini tidak didapatka hasil, karena keadaan yang tidak mendukung, dimana listrik dalam keadaan padam, sehingga alat yang ingin digunaka tidak bisa berfungsi. Tapi pada dasarnya jika uji reduktase ini dapat berjalan dengan lancar, jika waktu reduksi kurang dari 20menit maka kualitas dari susu tersebut jelek, jika 20 menit sampai 2 jam, maka kualitas susu masuk ke dalam kelas III, jika lebih dari 2 jam sampai 4,5 jam maka kualitas susu masuk ke dalam kelas II dan jika lebih dari 4,5 jam maka kualitas susu masuk  ke dam kelas no I atau baik.

















PENUTUP


 Kesimpulan

            Setelah selesai melakukan praktikum ini maka kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa susu yang diamati atau yang dipraktikumkan, secara umum dapat dikatakan susu segar dan normal, sehingga susu tersebut baik atau bisa dikonsumsi atau bisa digunaka sesuai kebutuhan.
 Saran

            Saran dari saya selaku praktikan adalah pada saat melakukan  praktikum adalah semua praktikan harus mengikuti prosedur dari praktikum supaya praktikum berjalan dengan lancar dan juga agar praktikan dapat mendengar dengan baik penjelasan dari asisten, supaya tidak terjadi suatu kesalahan di dalam praktikum, dan para praktikan haruslah berhati-hati di dalam memasukkan zt-zat kimia. Sesuai dengan prosedur kerja yang ada dan mengenai ketersediaan peralatan yang sangat mendukung pelaksanaan praktikum harus lebih diperhatiakan.
















DAFTAR PUSTAKA


Ressang, A.A, 1963. Ilmu  Peternakan .  Gadjah  Mada  University  Press.   Yogyakarta.
Woodman, 1951. Proteolitik  Enzymes  Food  Processimg  2  ED.Academic  Press.  New  York.
 Bearkly, R.D. 1966Ilmu  Pangan.  Gadjah  Mada  University  Press,  Yogyakarta.

N’goow, Jeremy. 2003.composition of milk. Jaksel, Kanisius. 43 Hal.
Sinclair, Billy. 1999.milk as the source of nutrient  3 ed.  New Jersey,  Prentice –Hall,
Inc.: 278-279.

Bearkly, R.D. 1966Ilmu  Pangan.  Gadjah  Mada  University  Press,  Yogyakarta.






AYAM PEDAGING( BROILER)
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Setiap hari kebutuhan manusia akan konsumsi bahan pangan, khususnya konsumsi bahan pangan yang berasal dari hewani seperti konsumsi daging yang berasal dari ternak ruminanasia maupun dari ternak unggas yang semakin hari semakin meningkat dan belum dapat swasembada.
Ternak unggas merupakan ternak yang mudah dikembangkan dan dapat dijadikan sebagi prospek yang besar dalam mencukupi kebutuhan asupan bahan pangan berupa daging.
Ayam pedaging atau yang lebih dikenal dengan nama ayam broiler merupakan salah satu ternak unggas yang dapat menghasilkan daging dalam waktu yang relative singkat dan merupakan salah satu sumber protein hewani. Ditinjau dari segi mutu, daging ayam memiliki nilai gizi yang tinggi dibandingkan ternak lainnya. Hingga saat ini, usaha peternakan ayam broiler merupakan salah satu kegiatan yang paling cepat dan efisien untuk menghasilkan bahan pangan hewani yang bermutu dan bernilai gizi tinggi.
Faktor yang mempengaruhi laju pertumbuhan ayam yang lebih cepat dibandingkan dengan komoditas ternak lainnya, permodalan yang relatif lebih kecil, penggunaan lahan yang tidak terlalu luas serta kebutuhan dan kesadaran masyarakat meningkat akan kandungan gizinya. Sehingga kondisi ini menuntut adanya penyediaan daging ayam yang cukup, baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
Kemampuan ayam pedaging tersebut untuk menghasilkan daging tidak terlepas dari pakan, bibit, dan system pemeliharaan yang baik. Pemeliharaan ayam broiler membutuhkan penanganan yang intensif karena sistim pemeliharaan sangat mempengaruhi keberhasilan dalam mencapai pertumbuhan yang optimal.
Keberhasilan dalam pengelolaan ternak ayam pedaging ini adalah tergantung kepada management atau tata kelola, yaitu bagaimana cara untuk mendapatkan cara yang paling efektif dan efesiaen dalam pemakaian infut usaha peterakan dalam mendapatkan produksi yang maksimal.
Peranana manusia sebagai pengelola sangat penting dalam mengkombinasikan factor bibit, pakan,  SDM dan menciftakan lingkungan ayang tepat dalam satu kesatuan usaha peternakan unggas.
Ha inilah yan mendasari mahasiswa atau praktikan untuk belajar lebih lagi dalam memelihara ayam pedaging atau ayam broiler dengan praktikum secara langsung, agar kedepanya praktikan atau mahasiswa dapat mengetahu bagaimnana cara yang baik dalam berternak ayam broiler.
                       
1.2 Tujuan dan Manfaat
Tujuan pelaksanaan praktikum Produksi Ternak Unggas ini adalah Untuk mengetahui  dan mengenal secara mendeteil karakteristik dari  ayam broiler. Serta dapat menambah pengalaman dalam tatalaksana pemeliharaan ayam broiler. Dan juga belajar bekerja sama, melatih sikap mandiri, bertanggung jawab, disiplin dan hidup bermasyarakat.
Manfaat dari pelaksanaan praktikum ini adalah selain membantu mahasiswa dalam memahami mata kuliah Produksi Ternak Unggas, juga dapat menambah wawasan yang lebih luas tentang bagaimana caranya berternak ayam broiler dengan cara yang baik dan tepat, mahasiswa dapat memahami betapa pentingnya kita mendirikan suatu usaha peternakan untuk menghasilkan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi.


                                                                                                                                                                                                               II. TINJAUAN PUSTAKA
            Ayam broiler adalah istilah untuk menyebut galur ayam hasil budi daya teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan cirri khas pertumbuhan yang cepat sebagai penghasil daging siap potong pada umur relative muda. Ayam broiler memiliki cirri-ciri antara lain bentuk dada besar, kuat dan penuh daging, temperamennya lamban dan tenang (Suharno dan Nazarudin, 1991).
Ayam potong (broiler) merupakan ternak yang paling ekonomis bila dibandingkan dengan ternak lain, kelebihan yang dimiliki adalah kecepatan pertambahan/produksi daging dalam waktu yang relatif cepat dan singkat atau sekitar 4-5 minggu produksi daging sudah dapat dipasarkan atau dikonsumsi (Murtidjo, 2003).
Wahju (1988) menyatakan bahwa kisaran bobot badan dan waktu potong tergantung dari berbagai faktor, dimana bobot akhir dipengaruhi oleh jenis kelamin, bangsa ayam, suhu lingkungan, energi metabolis ransum dan kadar protein dalam ransum.
Menurut Mounthney (1983) ayam broiler yang baik adalah ayam yang cepat tumbuh dengan warna bulu putih, tidak terdapat warna-warna gelap pada karkasnya, memiliki konfirmasi dan ukuran tubuh yang seragam. Ayam broiler akan tumbuh optimal pada temperature lingkungan 19-21˚C (Soeharsono, 1976).
Menurut Rasyat (2004) yang dimaksud dengan ayam potong (broiler) adalah ayam yang muda jantan atau betina yang berumur dibawah 8 minggu dengan bobot tertentu, pertumbuhan yang cepat timbunan daging baik dan banyak.           
Sarmono (2007), menytakan bahwa ada beberapa bentuk pakan ayam buras yaitu tepung halus, tepung kasar, pellet, atau bijian yang utuh. Pakan tepung halus digunakan untuk fase starter, tepung kasar untuk fase grower, selanjutnya pakan ayam buras dewasa berbentuk pellet, biji utuh, atau tepung kasar.
Sumber bahan pakan yang dimaksud di atas dapat diperoleh dengan cara memanfaatkan limbah, baik limbah pertanian, limbah perkebunan yang masih belum lazim digunakan (Sinurat, 1999),
            Ransum disusun iso-protein (21-22%) dan iso-energi (3000 kkal/kg) sesuai kebutuhan menurut Scott, et al (1982).
            Kandungan serat kasar dalam ransum tidak boleh lebih dari lima persen (Morrison, 1961).
Meningkatnya ransum yang dikonsumsi dengan kualitas yang baik, akan memberikan kesempatan pada tubuh ternak untuk meretensi zat-zat makanan yang lebih banyak, sehingga kebutuhan protein untuk pertumbuhan terpenuhi (Wahju, 1972).
Wahju (1992) yang menyatakan bahwa kandungan energi ransum yang sama akan menghasilkan konsumsi ransum yang sama pula. Begitu pula penambahan ampas umbi garut produk fermentasi sampai dengan tingkat 20% dalam ransum, tidak meningkatkan kandungan serat kasar ransum perlakuan yang nyata.
Kandungan serat kasar dalam ransum yang relatif sama (3,59% - 4,25%), akan memberikan dampak yang sama pula terhadap konsumsi ransum (Morrison, 1961; Lubis, 1963).
Faktor-faktor yang mempengaruhi konsumsi ransum adalah energi dalam
ransum, type ayam, temperatur dan iklim setempat, bobot badan, palatabilitas dan serat kasar ransum (Heuser, 1955).
Ransum yang memiliki nilai kecernaan rendah, menyebabkan protein yang diserap tubuh ternak yang bersangkutan menjadi rendah. Hal demikian akan berpengaruh terhadap pertambahan bobot badan, sebab derajat pertumbuhan ayam
sangat berhubungan erat dengan kecernaan protein (Lubis, 1963).
Kandungan serat kasar yang tinggi akan menurunkan daya cerna, terutama daya cerna protein (Tulung, 1987).
Ayam broiler jantan lebih efisien dalam mengubah ransum mejadi daging daripada betina. Ayam broiler jantan dengan bobot badan 1,66 kg membutuhkan rasum sekitar 2,94 kg, sedangkan untuk betina dengan bobot badan yang sama membutuhkan 3,26 kg (North, 1984).
Menurut North (1984), metode pemberian pakan yang dibatasi disesuai dengan kebutuhan yang diperlukan setiap harinya. Metode ini tidak cocok untu ayam broiler karena akan mengurangi pertambahan berat badan dan efisiensi pakan.
Tinggi rendahnya nilai konversi ransum sangat dipengruhi oleh konsumsi ransum dan pertambahan bobot badan. Pertambahan bobot badan yang semakin rendah pada tingkat konsumsi ransum yang sama akan menghasilkan nlai konversi ransum yang semakin besar (Scott, 1982).
Kandungan zat-zat ransum dalam produksi broiler bersifat kritis. Ransum itu harus menyediakan semua makanan yang penting untuk pertumbuhan yang cepat dan adalah biasa untuk menambahkan antibiotika dan mungkin bahan-bahan tambahan lainnya (Payne et al., 1993).
Karbohidrat disamping merupakan kebutuhan pokok untuk hidup, juga untuk pertumbuhan daging. Kebutuhan energi untuk ayam broiler adalah 2800 – 3200 kcal/kg (NRC, 1984).
Koversi ransum adalah jumlah ransum yang dikonsmsi untuk seitap pertambahan berat badan. Konversi ransum mecerminkan kesanggupan ternak dalam  memafaatkan rasum (Wahju, 1992). 

                                     III. MATERI DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat
            Praktikum Produksi Ternak Unggas ini dilaksanakan pada 23 mei  sampai dengan 19 Juni 2011 atau kurang lebih selama 35 hari, yang bertempat di Kandang Percobaan Produksi Ternak Unggas Fakultas Peternakan Universitas Jambi.
3.2 Materi
            Materi yang digunakan dalam praktikum ini adalah ayam broiler, pakan, vita chick,  tempat pakan, tempat minum, lampu, detergen, sapu, penyemprot, plastik, timbangan, aquades, brush, pisau, terpaldan litter yang digunakan sebagai alas untuk mengurangi kontaminasi dari kotoran ayam.
3.3 Metoda
            Cara kerja atau metoda yang dilakukan dalam praktikum pemeliharaan ternak ayam pedaging atau broiler ini adalah meliputi persiapan kandang, pemeliharaan ternak ayam, dan yang terakhir adalah pengambilan karkas.
            Sebelum ternak yam dimasukkan ke dalam kandang yang pertama sekali dilakukan adalah melakukan sanitasi lingkungan kandang ayam, semua pekarangan kandang dibersihkan beserta peralatannya, kemudian  dikapur dan didesinfeksi dengan menggunakan aquades, tempat pakan dan minum dibersihkan, kandang dibentuk sesuai yang diinginkan dan terbuat dari jaring-jaring kawat, kandang dilapisi dengan koran sebagai alas . Kandang  dilengkapi dengan tempat pakan dan minum masing-masing 1 buah, lampu pijar dipasang pada setiap kandang dan diberi nomor atau tanda.

            Setelah persiapan kandang dilakukan maka anak ayam siap untuk dimasukkan dan dipelihara yang mana anak ayam dibagikan kepada setiap kelompok 5 - 6 ekor setiap kelompok dan diletakkan pada kandang yang sudah tersedian pakan, air minum dan lampu. Pada kaki ayam diberi tanda supaya lebih mudah untuk melakukan penimbangan. Setelah itu bobot badan awal ayam ditimbang lalu dilakukan pemeliharaan selama 35 hari, setiap hari mahasiswa harus mengatur piket untuk melihat perkembangan ayam dan memperhatikan pakan serta air minum, lokasi harus tetap bersih tidak boleh ada keributan, setiap minggu ayam harus ditimbang, demikian juga pakan yang diberi dan yang sisa harus ditimbang. Vaksinasi dilakukan hanya 1 kali, vita chick diberikan melalui air minum.
            Pada  minggu ke 5 atau hari panen, ayam di timbang terlebih dahulu lalu di beri tanda kembali, selanjutnya semua ayam di masukkan ke dalam keranjang ayam kemudian dipotong. Setelah itu dilakukan pencabutan bulu dimana pertama sekali ayam direndam dalam air panas sebentar kemudian di letakkan pada alat pencabut bulu yang menggunakan mesin. Kemudian ayam dibersihkan dan di pisahkan karkasnya. 


                                                   IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
            Setelah  selesai melaksanakan praktikum selama kurang lebih 35 hari maka didapatkan hasil praktikum sebagai brikut;
            Pada praktikum kali ini ayam yang digunakan  adalah ayam  tipe pedagin atau yang lebih dikenal dengan ayam broiler. Ayam broiler adalah istilah untuk menyebut galur ayam hasil budi daya teknologi yang memiliki karakteristik ekonomis dengan cirri khas pertumbuhan yang cepat sebagai penghasil daging siap potong pada umur relative muda. Ayam broiler memiliki cirri-ciri antara lain bentuk dada besar, kuat dan penuh daging, temperamennya lamban dan tenang (Suharno dan Nazarudin, 1991).
             Masa  panen dari ayam tipe pedaging ini dapat dikatakan sangat singkat atau cepat jika dibandingkan dengan ayam yang lainnya, hal ini dikarenakan ayam ini merupakan ayam unggulan hasil seleksi yang dikhususkan pada produksi daging.
            Sepeti pendapat seorang ahli yang menyatakan  bahwa ayam potong (broiler) merupakan ternak yang paling ekonomis bila dibandingkan dengan ternak lain, kelebihan yang dimiliki adalah kecepatan pertambahan/produksi daging dalam waktu yang relatif cepat dan singkat atau sekitar 4-5 minggu produksi daging sudah dapat dipasarkan atau dikonsumsi (Murtidjo, 2003).
            Setelah melaksanakan praktikum selama 35 hari maka didapatkan bobot ayam yang dipelihara yaitu sebagai berikut;
Table 1. Bobot Badan
No
Kode ayam
Bobot awal (gr)
Bobot minggu I (gr)
Bobot minggu II (gr)
Bobot minggu III (gr)
Bobot minggu IV (gr)
Bobot akhir (gr)
1
D18.1
48
202
503
935
1257
1680
2
D18.2
46
231
439
872
1280
1602
3
D18.3
45
176
484
920
1352
1352 (mati)
4
D18.4
50
206
495
945
1470
1695
5
D18.5
53
254
614
1250
1780
2253
Jumlah
242
1069
2535
4922
7139
8582
Rata-rata
48.4
231.8
507
984.4
1427.8
1716.4

            Berdasarkan  data yang diperoleh di atas dapat terlihat dengan jelas bahwa bobot badan ayam broiler setiap minggu meningkat dengan cepat. Hal ini diakibatkan oleh tingkat konsumsi dari pada ayam sangat tinggi sehingga ayam cepat berkembang.
            Menurut pendapat seorang ahli yang menyatakan bahwa kisaran bobot badan dan waktu potong tergantung dari berbagai faktor, dimana bobot akhir dipengaruhi oleh jenis kelamin, bangsa ayam, suhu lingkungan, energi metabolis ransum dan kadar protein dalam ransum (Wahju, 1988)
             Dalam pemeliharaan ayam broiler ini hal yang paling jelas dapat dilihat, apakah ayam yang dipelihara sehat dan produksinya maksimal adalah pertambahan bobot badan (PBB) dari ayam. Agar  mendapatkan hasil pertambahan bobot badan ayam broiler dapat dilihat contoh rumus sebagai berikut:
PBB = Bobot ayam pada minggu (n) – bobot ayam sebelumnya
            Berdasarkan  rumus diatas diperoleh hasil data pertambahan bobot badan selama pemeliharaan ayam broiler setiap minggunya dapat dilihat pada table berikut:
Table 2. Pertambahan Bobot Badan Ayam Broiler (gr)
No
Kode ayam
PBB minggu I (gr)
PBB minggu II (gr)
PBB minggu III (gr)
PBB minggu IV (gr)
PBB minggu V (gr)
1
D18.1
154
455
432
322
430
2
D18.2
185
393
433
457
405
3
D18.3
131
439
436
432
-
4
D18.4
156
445
450
525
479
5
D18.5
201
561
636
530
486
Jumlah
827
2291
2387
2266
1800
Rata-rata
165.4
458.2
552
435,2
450

Pertambahan bobot badan ayam broiler pada saat praktikum ini tergolong sangat tinggi, sesuai dengan yang diharapkan walaupun ada ayam yang mati akibat diserang penyakit secara tiba-tiba.

 Ayam broiler jantan lebih efisien dalam mengubah ransum mejadi daging daripada betia. Ayam broiler jantan dengan bobot badan 1,66 kg membutuhkan rasum sekitar 2,94 kg, sedangkan untuk betina dengan bobot badan yang sama membutuhkan 3,26 kg (North, 1984).
Menurut North (1984), metode pemberian pakan yang dibatasi disesuai dengan kebutuhan yang diperlukan setiap harinya. Metode ini tidak cocok untu ayam broiler karena akan mengurangi pertambahan berat badan dan efisiensi pakan.
            Pakan yang baik adalah yang cukup mengandung zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh ayam (protein, lemak, abu, serat kasar, energi, vitamin dan asam-asam amino).
            Konsumsi pakan yang diberikan perminggunya semakin hari semakin meningkat, hal ini sesuai dengan pertambhan bobot badan ayam. Semakin tinggi pertambhan bobot badan ayam maka konsumsi pakanya juga semakin besar juga ataupu sebaliknya. Berikut ini adalah tabel konsumsi pakan ayam per minggunya.

Tabel 3. Konsumsi Pakan
Perlakuan
Jumlah ayam
Minggu I
Minggu II
Beri
Sisa
Konsumsi
Beri
Sisa
Konsumsi
Klmpk D18
5 ekor
1 kg
-
1 kg
2 kg
279 gr
1,721 kg

Minggu III
Minggu IV
Minggu V
Beri
Sisa
Knsmsi
Beri
Sisa
Konsumsi
Beri
Sisa
Konsumsi
3 kg
-
3 kg
5 kg
1,414 kg
3,586 kg
5kg
250 gr
4750 gr

 Data  diatas dapat terlihat bahwa tingkat konsumsi pakan dari pada ayam broiler  dapat tergolong dalam kategori  sangat tinggi. Setiap minggu dilakukan penambahan pakan yang banyak, semakin bertambah umur ayam semakin banyak pula ayam membutuhkan / mengkonsumsi pakan dan air minum untuk melangsungkan hidupnya.
Seperti yang diutarakan oleh seorang ahli yang menyatakan meningkatnya ransum yang dikonsumsi dengan kualitas yang baik, akan memberikan kesempatan pada tubuh ternak untuk meretensi zat-zat makanan yang lebih banyak, sehingga kebutuhan protein untuk pertumbuhan terpenuhi (Thomas.S, 1996)
Praktikan yang yang memebrikan pakan pada ternak kurang memeprhatikan, bagaimana cara memebrikan pakan yang benar dan kurang memperdulikanjumlah yang diberikan.
 Menurut pendapat seorang ahli yang menyatakan bahwa konsumsi pakan setiap ternak ayam berbeda beda  hal ini  dikarenakan beberap faktor yaitu energi dalam ransum, type ayam, temperatur dan iklim setempat, bobot badan, palatabilitas dan serat kasar ransum dan cara ayam makan. (Wahju, 1992).
Meningkatnya ransum yang dikonsumsi dengan kualitas yang baik, akan memberikan kesempatan pada tubuh ternak untuk meretensi zat-zat makanan yang lebih banyak, sehingga kebutuhan protein untuk pertumbuhan terpenuhi (Wahju, 1972).
Dilihat dari sifat ayam makan, ayam lebih suska pakan yang warnanya cerah dan teksturnya kasar atau berupa butir butiran. Jenis ataupun pakan ayam berbeda beda, sesuai dengan orang yang memberikannya, seperti yang diungkapkan oleh Sarmono (2007), bahwa ada beberapa bentuk pakan ayam buras yaitu tepung halus, tepung kasar, pellet, atau bijian yang utuh. Pakan tepung halus digunakan untuk fase starter, tepung kasar untuk fase grower, selanjutnya pakan ayam buras dewasa berbentuk pellet, biji utuh, atau tepung kasar.
Jumlah konsumsi pakan dan pertambhan bobot badan dari ternak ayam sangat mempengaruhi angka dari konversi. Angka konversi menunjukkan apakan ternak yang dipelihara menguntungkan ataupun sebaliknya.
            Angka  konversi  pada ayam broiler perlakuan kelompok D18 bisa dikatakan bagus. Karena besar dari konversi yang di dapat masih standar sehingga untuk menghasilkan pertambahan bobot badan ayam broiler 1 kg membutuhkan pakan sekitar 1 kg setiap minggunya. Seperti yang dikatakan Wahju, (1992) yaitu koversi ransum adalah jumlah ransum yang dikonsumsi untuk seitap pertambahan berat badan. Konversi ransum mecerminkan kesanggupan ternak dalam  memafaatkan rasum

Tabel 4.  Angka Konversi
No
Perlakuan
Konversi pakan
Minggu 1
Minggu 2
Minggu 3
Minggu 4
Minggu 5
1
Kelompok D18
1,035
0,78
1,15
1,59
2,63

            Menurut pedapat seorang ahli yang menyatakan bahwa  yang mempengaruhi tinggi rendahnya nilai konversi ransum adalah  konsumsi ransum dan pertambahan bobot badan. Pertambahan bobot badan yang semakin rendah pada tingkat konsumsi ransum yang sama akan menghasilkan nilai konversi ransum yang semakin besar ataupun sebaliknya  (Husry, 1998)

Berikut ini adalah hasil penimbangan dari karkas ayam yang broiler atau pedaging yang dipelihara .

Tabel 5. Bobot Karkas Bersih
No
Kode ayam
Berat Karkas
1
B7.1
1,295kg
2
B7.2
1,250 kg
4
B7.4
1,325kg
5
B7.5
1,650 kg

Sebelum ayam dipotong terlebih dahulu ditimbang bobotakhirnya sebelum diambil karkasnya. Bagian dari tubuh ternak yang dipisahkan adalah bagian organ dalam, khususnya sistim pencernaan, lalu kepala, kaki ayam, yang mana bagian bagian masing masing dipisahkan dan ditimbang.
Berdasarkan data diatas dapat dilihat dengan jelas bahwa ayam yang dipelihara pertumbuhan atau pertambhan bobot badanya cukup tinggi, hal ini dapat dilihat dari hasila khir karkas setelah dilakukan pemotongan
Hasil karkas yang diperoleh pada saat praktikum mempunyai nilai karkas yang bagus karena bobot bersih dari pada karkas yang sangat tinggi. Dagingnya bagus dan banyak mengandung lemak atau ayam dikatakan sangat gemuk. Karkas yang baik dapat menentukan nilai harga yang sangat tinggi. 

V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
            Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa ayam broiler yang dipelihara selama 35 hari produksinya cukup maksimal dan bagus, hal ini terbukti dari pertambahan bobot badan ayam yang cukup tinggi.


5.2 Saran
Setelah melaksanakan praktikum ini diharapkan mahasiswa untuk  atau praktikan harus memperhatikan dalam pemberian pakan ayam, kebersihan kandang dan pemberian pakan maupaun air minum secara teratur.

DAFTAR PUSTAKA

Anas. 1999. Pemilihan Bibit Ternak Ayam Type Pedaging. Cetakan ke-5. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Kurniawan,P.1998.Cara Bertenak Ayam Pedaging.  Yudistira. Jakarta.

Loparst. 1996. Feed OF Chicken Broiler.Publishing Company Inc. England.

North. 1984. Comercial Chicken Production Manual. The Avi Publishing Company Inc. Wesport Connecticut.

Rasyaf, M. 1992. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sinurat. 1999. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Cetakan ke-5. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Siregar, A.P, M. Sabrani, dan S. Pra. 1980. Teknik Beternak Ayam Pedaging di Indonesia. Cetakan I . Penerbit Margie. Jakarta.

Thomas, S. 1995. Pengaruh Pemberian Pakan Bermutu Terhadap Pertambahan Bobot Badan  Ayam. Disertasi. Universitas Padjadjaran. Bandung.

Wahyu. 1992. Ilmu Nutrisi Unggas. Cetakan ke-3. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.




                                                      LAMPIRAN
1. Pertambahan Bobot Badan
PBB Minggu I =  Bobot Minggu I – Bobot Minggu Awal


D18.1        = 202 – 48
                  = 154 gr
D18.2        = 231 – 46
                  = 185gr
D18.3        = 176 – 45
                  = 131gr
           
D18.4           = 206 – 50
                     = 156gr
D18.5           = 254 – 53
                     = 201 gr

PBB Minggu II = Bobot Minggu II – Bobot Minggu I


D18.1        = 532 – 216,5
                  = 315,5 gr
D18.2        = 455 – 187
                  = 268 gr
D18.3        = 508 – 189
                  = 319 gr
           
D18.4           = 518 – 200,5
                     = 317,5 gr
D18.5           = 512 – 201,5
                     = 310,5 gr

PBB Minggu III = = Bobot Minggu III – Bobot Minggu II


D18.1        = 848 – 532
                  = 316 gr
D18.2        = 846 – 455
                  = 391 gr
D18.3        = 821 – 508
                  = 313 gr
           
D18.4           = 825 – 518
                     = 307 gr
D18.5           = 811 – 512
                     = 299 gr

PBB Minggu IV = = Bobot Minggu IV – Bobot Minggu III


D18.1        = 1410 - 848
                  = 562 gr
D18.2        = 1315 – 846
                  = 469 gr
D18.3        = 1327 – 821
                  = 506 gr
           
D18.4           = 1371 – 825
                     = 546 gr
D18.5           = 1089 – 811
                     = 278 gr

PBB minggu V = = Bobot Minggu V – Bobot Minggu IV
D18.1        = 1840 - 1410
                  = 430 gr
D18.2        = 1720 – 1315
                  = 405 gr
D18.3        = 1400- 1327
                  = 73 gr
           
D18.4           = 1850 - 1371
                     = 479 gr
D18.5           = 1400 - 1089
                     = 311 gr