Translate

Senin, 27 Februari 2012

Zat Aditif Makanan

Ditulis oleh Indri Puspita pada 20-10-2007
Sekitar bulan Oktober 2007 ini, penulis dengan beberapa dosen Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung telah melakukan suatu survei tentang tingkat pengetahuan masyarakat mengenai zat aditif (bahan tambahan) yang dikhususkan pada penggunaan zat aditif makanan/bahan tambahan pangan (BTP) di beberapa penduduk desa di Lampung Timur, Provinsi Lampung. Sebelum menginformasikan lebih lanjut beberapa hasil survei, penulis akan menginformasikan terlebih dahulu tentang apa itu zat aditif makanan.
Zat Aditif Makanan
Pada dasarnya baik masyarakat desa maupun kota, pasti telah menggunakan zat aditif makanan dalam kehidupannya sehari-hari. Secara ilmiah, zat aditif makanan di definisikan sebagai bahan yang ditambahkan dan dicampurkan sewaktu pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu. Disini zat aditif makanan sudah termasuk : pewarna, penyedap, pengawet, pemantap, antioksidan, pengemulsi, pengumpal, pemucat, pengental, dan anti gumpal.
Istilah zat aditif sendiri mulai familiar di tengah masyarakat Indonesia setelah merebak kasus penggunaan formalin pada beberapa produk olahan pangan, tahu, ikan dan daging yang terjadi pada beberapa bulan belakangan. Formalin sendiri digunakan sebagai zat pengawet agar produk olahan tersebut tidak lekas busuk/terjauh dari mikroorganisme. Penyalahgunaan formalin ini membuka kacamata masyarakat untuk bersifat proaktif dalam memilah-milah mana zat aditif yang dapat dikonsumsi dan mana yang berbahaya.
Secara umum, zat aditif makanan dapat dibagi menjadi dua yaitu : (a) aditif sengaja, yaitu aditif yang diberikan dengan sengaja dengan maksud dan tujuan tertentu, seperti untuk meningkatkan nilai gizi, cita rasa, mengendalikan keasaman dan kebasaan, memantapkan bentuk dan rupa, dan lain sebagainya. Dan kedua, (b) aditif tidak sengaja, yaitu aditif yang terdapat dalam makanan dalam jumlah sangat kecil sebagai akibat dari proses pengolahan.
Bila dilihat dari sumbernya, zat aditif dapat berasal dari sumber alamiah seperti lesitin, asam sitrat, dan lain-lain, dapat juga disintesis dari bahan kimia yang mempunyai sifat serupa dengan bahan alamiah yang sejenis, baik susunan kimia, maupun sifat metabolismenya seperti karoten, asam askorbat, dan lain-lain. Pada umumnya bahan sintetis mempunyai kelebihan, yaitu lebih pekat, lebih stabil, dan lebih murah. Walaupun demikian ada kelemahannya yaitu sering terjadi ketidaksempurnaan proses sehingga mengandung zat-zat berbahaya bagi kesehatan, dan kadang-kadang bersifat karsinogen yang dapat merangsang terjadinya kanker pada hewan dan manusia.
Beberapa Contoh Zat Aditif
Zat aditif makanan telah dimanfaatkan dalam berbagai proses pengolahan makanan, berikut adalah beberapa contoh zat aditif :

Zat aditifContohKeterangan
PewarnaDaun pandan (hijau), kunyit (kuning), buah coklat (coklat), wortel (orange)Pewarna alami
Sunsetyellow FCF (orange), Carmoisine (Merah), Brilliant Blue FCF (biru), Tartrazine (kuning), dllPewarna sintesis
PengawetNatrium benzoat, Natrium Nitrat, Asam Sitrat, Asam Sorbat, FormalinTerlalu banyak mengkonsumsi zat pengawet akan mengurangi daya tahan tubuh terhadap penyakit
PenyedapPala, merica, cabai, laos, kunyit, ketumbarPenyedap alami
Mono-natrium glutamat/vetsin (ajinomoto/sasa), asam cuka, benzaldehida, amil asetat, dllPenyedap sintesis
AntioksidanButil hidroksi anisol (BHA), butil hidroksi toluena (BHT), tokoferolMencegah Ketengikan
PemutihHidrogen peroksida, oksida klor, benzoil peroksida, natrium hipoklorit-
Pemanis bukan gulaSakarin, Dulsin, SiklamatBaik dikonsumsi penderita diabetes, Khusus siklamat bersifat karsinogen
Pengatur keasamanAluminium amonium/kalium/natrium sulfat, asam laktatMenjadi lebih asam, lebih basa, atau menetralkan makanan
Anti GumpalAluminium silikat, kalsium silikat, magnesium karbonat, magnesium oksidaDitambahkan ke dalam pangan dalam bentuk bubuk
Penutup
Sebagaimana telah diuraikan diatas, bahwasanya telah dilakukan survei tentang tingkat pengetahuan masyarakat desa di Lampung Timur mengenai zat aditif. Dari hasil observasi yang penulis lakukan (diluar kesimpulan riset secara umum), diketahui bahwa tingkat pengetahuan masyarakat mengenai zat aditif sangat rendah sekali, walaupun terdapat kesadaran yang mumpuni dari masyarakat untuk menggunakan dosis zat aditif secukupnya. Tetapi kabar gembiranya adalah terdapat kecenderungan dari masyarakat desa (walaupun didominasi dengan latar pendidikan terakhir Sekolah Dasar (SD)) untuk tidak masa bodoh terhadap informasi-informasi mengenai zat aditif. Kabar ini merupakan peluang bagi para kimiawan untuk melakukan penyuluhan lebih intensif mengenai zat aditif kepada masyarakat di daerahnya masing-masing.
Bentuk-bentuk penyuluhan yang tepat guna dalam penyebarluasan informasi zat aditif ini dapatlah disesuaikan dengan sosio-kultural masyarakat setempat dan kemampuan dari team penyuluh. Sosio-kultural yang dimaksud disini adalah dengan mempertimbangkan latar pendidikan masyarakat, kehidupan sosial masyarakatnya, dan latar belakang dari pekerjaan penduduk. Diharapkan masyarakat akan dapat lebih cerdas dalam penggunaan dosis atau takaran dari penggunaan zat aditif dan dapat mengetahui zat-zat aditif mana saja yang dapat dikonsumsi dan zat mana saja yang berbahaya bagi manusia.
Daftar Pustaka
Direktorat Surveilan dan Penyuluhan Keamanan Pangan. 2006. Pemanfaatan Zat Aditif Secara Tepat. Badan Pengendalian Obat dan Makanan (BPOM). Lampung
Yandri A. S. 2006. Zat Aditif. Makalah Seminar Kimia Expo X 2006. Jurusan Kimia FMIPA Universitas Lampung. Lampung

Kata Pencarian Artikel ini:

  • kultur starter yogurt serta probiotik.
    Artikel ini dibuat dan dipublikasi oleh Manglayang Farm Online.
    Mohon maaf bila ada kesalahan. Koreksi dan kritik silahkan dilayangkan pada kami.
  • Silahkan ambil minuman dan penganan anda, dan selamat membaca.
  • Home Made Yogurt
    Yogurt, dipasteurisasi dan difermentasi didalam toples gelas.
  • Bagian 2
    Mikrobiologi Susu dan Yogurt Starter
    oleh: Manglayang Farm
  • Copyright (c) 2006 Manglayang Farm.
    Permission is granted to copy, distribute and/or modify this document under the terms of the GNU Free Documentation License, Version 1.2 or any later version published by the Free Software Foundation; with no Invariant Sections, no Front-Cover Texts, and no Back-Cover Texts.
  • Pengantar
  • Mikroorganisme adalah sebuah organisme kehidupan yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mata telanjang. Ukuran yang digunakan untuk mikroorganisme adalah mikrometer (µ m); 1 µ m = 0.001 milimeter; 1 nanometer (nm) = 0.001 µ m.
    Mikroorganisme dapat ditemukan dimana mana dan sangat berperan dalam semua kehidupan di muka bumi. Kaitannya dengan makanan, mereka dapat menyebabkan atau mencegah pembusukan, atau bahkan menyebabkan kita sakit.
    Mikroorganisme dapat dibagi menjadi beberapa kelas, diantaranya adalah bakteri, fungi dan virus.
    Susu, ketika di sekresi di dalam ambing ternak berada dalam keadaan yang steril. Namun ketika dalam perjalanan dari ambing menuju puting, bahkan sebelum susu keluar dari puting, susu sudah terkontaminasi oleh sedikit bakteri yang tinggal di dalam puting (apalagi jika puting tersebut kurang diperhatikan kebersihannya).
    Walaupun demikian kontaminasi pada tahap ini boleh dibilang sangat sedikit dan masih terbilang aman, terkecuali apabila sapi menderita penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti Mastitis.
    Oleh sebab itu, mikroorganisme dan kontaminasinya memiliki peran yang sangat penting dalam proses pembuatan dan pengolahan susu.
  • Pertumbuhan Mikroorganisme
  • Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan daya hidup dan pertumbuhan dari mikroorganisme pada sebuah bahan makanan (faktor intrinsik), diantaranya adalah:
  • 1. kandungan nutrisi
    2. kandungan air
    3. derajat keasaman (pH)
    4. kandungan oksigen
    5. struktur biologi
    6. kandungan antimikrobial
  • Sedangkan faktor ekstrinsik yang berpengaruh terutama yang berkaitan dengan lingkungan tempat bahan makanan tersebut disimpan, yaitu suhu, kelembaban relatif, dan kandungan gas yang ada disekitar bahan makanan.
  • Dalam sebuah kelompok, mikroorganisme dapat tumbuh pada kisaran temperatur yang cukup luas. Namun jumlah dan jenisnya sangat berkaitan dengan suhu lingkungan dimana dia berada. Secara umum, menurut suhu, mikroorganisme dapat dibedakan menjadi 4 jenis utama:
  • Mikroorganisme Psycrophillic, tumbuh optimum pada suhu antara 20 to 30°C. Masih dapat tumbuh pada suhu dibawah 7°C. Dibagi dua kelompok lagi, Obligate Psychrophillic (0 - 15° C) dan Facultative Psychrophillic (0 - 40° C). Pada umumnya organisme inilah yang bertanggung jawab terhadap pembusukan dalam suhu ruang pendingin.
  • Mikroorganisme Mesophillic, tumbuh optimum pada suhu 30 to 40°C. Mikroorganisme mesofilik cenderung tidak tumbuh pada suhu dalam ruang pendingin (refrigerator).
  • Mikroorganisme Thermophillic, tumbuh optimum pada suhu 55 and 65° C.
  • Mikroorganisme Hyperthermophillic, yang hidup dengan baik pada suhu sangat tinggi (sampai 110 ° C, bahkan dalam percobaan, ada yang tahan pada suhu 130° C selama 2 jam).
  • Untuk setiap kelompok, tingkat pertumbuhan meningkat pesat sampai mencapai temperatur optimum, setelah itu pertumbuhan kembali menurun.
  • Mikroorganisme dalam Susu
  • Seperti telah disinggung diatas, susu berada dalam kondisi steril ketika di sekresi di dalam ambing, namun dalam perjalanan menuju puting, susu dapat terkontaminasi berbagai macam mikroorganisme. Apa saja mikroorganisme tersebut ?
  • Bakteri Asam Laktat (BAL), tidak berlebihan kiranya bila bakteri dalam genus ini disebut sebagai salah satu bakteri terpenting (yang sudah diketahui tentunya) dalam kehidupan manusia.
    Lactic acid bacteria termasuk bakteri gram positif fakultatif dan secara umum tidak berbahaya, bahkan dibutuhkan oleh manusia dan hewan. BAL banyak ditemukan di sekeliling kita, sebagai contoh, BAL banyak ditemukan di sekitar vagina dan di dalam usus halus. BAL sangat berperan dalam membantu proses pencernaan kita. Kalau anda ingat minuman kesehatan Yakult, BAL inilah yang juga berperan dalam aspek kesehatan dari minuman tersebut selain kandungan mineral dan nutrisi lainnya. BAL mampu memproses karbohidrat dalam susu yang disebut laktosa menjadi asam laktat. Mereka secara natural ada didalam susu (murni) dan secara luas digunakan sebagai kultur starter dalam produksi berbagai macam produk olahan fermentasi susu.
  • Bakteri Coliform, coliform adalah mikroorganisme yang berbentuk batang (rod) dan memiliki gram negatif. Coliform memiliki sifat fakultative anaerob. Artinya bakteri ini normalnya dalam pernafasan aerobik memproduksi ATP (Adenosine Triphosphate, sebuah monomer yang berfungsi sebagai media transportasi energi kimia antar sel dalam makhluk hidup) apabila dalam lingkungannya tersedia oksigen. Apabila oksigen tidak tersedia, organisme ini dapat berubah menjadi pemproduksi asam laktat dan alkohol atau yang dikenal dengan nama fermentasi.
    Coliform aktif tumbuh pada suhu sekitar 37° C. Organisme ini dapat menyebabkan pembusukan yang cepat pada susu karena mampu melakukan fermentasi pada laktosa pada suhu sekitar 35° C dan sekaligus juga memproduksi asam dan gas. Selain itu mereka juga mampu mendegradasi protein pada susu.
    Coliform adalah organisme indikator. Artinya, kehadiran organisme ini sering diasosiasikan dengan organisme patogen, tapi tidak berarti bahwa coliform ini dengan sendirinya adalah patogen. Kehadiran coliform merupakan indikator yang baik bahwa sesuatu itu telah terkena kontaminasi.
    Coliform dapat dimatikan dengan proses yang disebut HTST (High Temperature, Short Time) pada 72°C selama 16 detik.
    Escherichia coli (E-coli) merupakan salah satu anggota dari kelompok coliform dan dapat melakukan fermentasi gula susu (laktosa) pada suhu 44°C.
  • Mikroorganisme Perusak pada Susu
  • Kualitas mikrobial dalam susu segar sangat penting bagi penilaian dan produksi produk susu yang berkualitas. Susu dapat disebut telah rusak apabila terdapat gangguan dalam tekstur, warna, bau dan rasa pada kondisi dimana susu tersebut sudah tidak patut lagi dikonsumsi oleh manusia. Kerusakan yang disebabkan oleh mikroorganisme dalam makanan sering melibatkan degradasi dari zat zat nutrisi seperti protein, karbohidrat dan lemak, baik oleh mikroorganisme itu sendiri maupun enzim yang diproduksinya.
    Secara umum pada susu mikroorganisme yang berperan dalam hal ini adalah organisme psikotrof. Meskipun kebanyakan dari kelompok ini dapat dihancurkan pada temperatur pasteurisasi, sayangnya, beberapa jenis seperti Pseudomonas fluorescens dan Pseudomonas fragi dapat memproduksi proteolitik dan lipolitik enzim yang stabil pada suhu tinggi dan dapat menyebabkan kerusakan.
  • Beberapa spesies dan keturunan dari Bacillus, Clostridium, Cornebacterium, Arthrobacter, Lactobacillus, Microbacterium, Micrococcus , dan Streptococcus dapat bertahan pada temperatur pasteurisasi dan sekaligus mampu tumbuh pada suhu dalam ruang pendingin yang pada akhirnya dapat menyebabkan masalah kerusakan dan pembusukan pada bahan makanan terutama susu.
  • Mikroorganisme Patogen pada Susu
  • Produksi susu yang higienis seperti penanganan yang cepat dan tepat, penggunaan alat produksi dan alat penyimpanan serta teknik teknik pasteurisasi telah menurunkan ancaman penyebaran penyakit melalui susu seperti tuberkulosis (TBC), brucellosis dan lain sebagainya. Walaupun masih menjadi perdebatan di kalangan ilmuwan, terbukti sudah ada beberapa kasus penyakit yang berasal dari mengkonsumsi susu segar, atau produk susu sapi yang dibuat dari susu yang tidak di pasteurisasi dengan benar atau kurang baik dalam penanganan sepanjang proses produksinya. Beberapa bakteri patogen dalam susu segar dan produk susu yang masih menjadi perhatian saat ini antara lain:
  • Bacillus cereus
    Listeria monocytogenes
    Yersinia enterocolitica
    Salmonella spp.
    Escherichia coli O157:H7
    Campylobacter jejuni
  • Perlu diungkapkan juga disini bahwa beberapa jenis jamur, kebanyakan dari spesies Aspergillus, Fusarium, dan Penicillium dapat tumbuh dalam media susu dan produk susu lainnya. Apabila kondisinya memungkinkan, organisme ini dapat memproduksi zat mycotoxin yang dapat berbahaya bagi kesehatan.
  • Biakan Pengawal Yogurt
  • Yogurt starter culture, agak sulit mencari padanan kata ini dalam bahasa Indonesia. Tapi baiklah, kultur starter yogurt atau biasa disebut starter atau kultur saja adalah sekumpulan mikroorganisme yang digunakan dalam produksi biakan atau budidaya dalam pengolahan susu seperti yogurt atau keju.
    Seperti diketahui, ‘kebun binatang dan hutan raya’ yang secara natural ada di dalam susu memiliki berbagai kekurangan. Flora dan fauna mikro yang secara natural ada didalam susu ini dianggap tidak efisien, tidak dapat dikendalikan atau bahkan telah hancur akibat perlakuan (biasanya panas) pada media susu itu sendiri.
    Kekurangan ini sebagian besar disebabkan karena kita tidak tahu dengan pasti (tanpa dilihat dengan mikroskop) hewan dan tanaman mikro apa saja yang ada di dalam susu tersebut. Dengan menggunakan biakan kultur tertentu, masalah masalah yang ada diatas dapat di hindari.
    Kultur starter yang dibiakan oleh manusia (sekarang umumnya dilakukan di laboratorium) dimulai ketika orang mulai memisahkan gumpalan whey/dadih atau krim yang didapat dari proses fermentasi sebelumnya yang berhasil. Dan menggunakannya sebagai inokulan atau starter untuk pembuatan produk selanjutnya.
    Dengan menggunakan kultur starter ini dapat dihasilkan karakteristik tertentu yang lebih mudah dikendalikan sehingga menghasilkan produk fermentasi yang diinginkan. Secara umum, fungsi utama dari kultur ini adalah untuk memproduksi asam laktat (lactic acid) dari gula yang ada dalam susu (laktosa).
    Selain itu, kultur dapat digunakan juga untuk mengatur:
  • rasa, aroma dan tingkat produksi alkohol
  • aktivitas proteolitik dan lipolitik
  • penghambat organisme yang tidak diinginkan
  • Secara umum ada dua kategori kultur starter laktat:
    1. kultur sederhana. Terdiri dari satu jenis organisme, atau lebih dari satu yang masing masing jumlahnya diketahui.
    2. kultur campuran. Lebih dari satu jenis organisme, yang masing masing menghasilkan karakter yang spesifik.
  • Sekurangnya sekarang terdapat 11 genus LAB (dairyscience.info, 2006) dan yang digunakan untuk kultur starter tidak lebih dari 5 saja. Yang termasuk dalam jenis bakteri asam laktat dan digunakan sebagai kultur starter adalah:
  • Enterococcus
    Lactobacillus
    Lactococcus
    Leuconostoc
    Streptococcus
  • Enterococcus
    Organisme ini termasuk gram positif, katalase negatif berbentuk spiral (cocci) yang sering cenderung membentuk rantai yang memiliki panjang bervariasi. Mereka merupakan organisme penghuni yang secara natural ada di dalam sistem pencernaan manusia dan beberapa jenis hewan. Enterococcus seringkali digunakan sebagai organisme indikator untuk menentukan adanya kontaminasi. Beberapa spesies dari genus ini termasuk kategori patogen. Selain daripada kemampuan untuk tumbuh pada suhu 45 °C dan pH 9.6, dan pada kondisi konsentrasi garam tinggi, mereka sangat mirip dengan lactococci.
    Adanya keraguan, bahwa kelompok ini dapat digunakan sebagai starter ditepis oleh bukti bahwa Enterococcus ternyata digunakan oleh beberapa ahli pada kulturnya, sehingga secara praktis dapat dianggap bahwa genus ini termasuk starter.
  • Lactobacillus
    Ada beberapa spesies yang terkenal dalam kelompok ini.
    Lb. delbrueckii subsp. bulgaricus, yang umum digunakan sebagai starter yogurt bersama dengan St. thermophillus adalah spesies homofermentatif, menghasilkan sekitar 2% berat asam laktat per volume susu. Temperatur optimum pada 42 °C dan tetap hidup dan tumbuh pada 45 °C atau lebih. Spesies ini tidak menyukai lingkungan dengan kadar garam rendah.
    Lb. acidophilus yang secara natural hidup dalam usus secara umum tidak digunakan sebagai starter namun lebih pada penggunaan sebagai probiotik (lihat ulasan probiotik dibawah). Bakteri ini termasuk homofermentatif dan memproduksi D isomer dari asam laktat (D-laktat) pada konsentrasi yang tinggi, memiliki temperatur pertumbuhan optimum pada 37 °C dan relatif toleran terhadap oksigen dibandingkan dengan spesies probiotik lainnya seperti Bifidobacterium. Dibawah suhu 20 °C, pertumbuhannya sudah melambat, dan kebanyakan spesies tidak tumbuh lagi pada suhu 15 °C.
    Karena Lb. acidophilus ini memproduksi D-laktat yang cukup besar, penggunaanya pada bayi harus diawasi. Hal ini disebabkan karena isomer D dari laktosa ini tidak dapat segera di metabolis, berbeda dengan L-laktat yang dapat segera diserap tubuh. Ada batasan maksimum D-laktat yang boleh dikonsumsi oleh bayi, sehingga oleh sebab itu pada beberapa produk probiotik untuk bayi, penggunaan Lb. acidophilus ini digantikan oleh jenis lain dari Lactobacilus atau Bifidobacter (dairyscience.info, Probiotic Bacteria, 2006).
    Lb. casei juga merupakan penghuni natural dari usus halus manusia dan resistan terhadap cairan empedu. Spesies ini umumnya digunakan sebagai probiotik meskipun digunakan juga pada beberapa kultur starter sebagai non-starter lactic acid bacteria (NSLAB) pada keju Cheddar. L-laktat adalah isomer utama yang diproduksi oleh jenis ini, meskipun beberapa strain juga memproduksi D-laktat dalam jumlah kecil. Rogosa agar telah secara luas digunakan sebagai medium isolat untuk lactobacilli.
    Lb. helveticus sering digunakan bersama sama dengan bakteri asam laktat dari kelas termofilik lainnya dalam proses pembuatan produk susu fermentasi seperti keju Emmental, Mozzarella dan yogurt. Salah satu keuntungan penggunaan spesies ini bersama sama dengan Lb. delbrueckii subsp. bulgaricus adalah bahwa Lb. helveticus mengkonsumsi galaktosa, hal ini berguna bila diinginkan produk yang mengandung sedikit atau bahkan bebas gula. Selain itu beberapa jenis yang dibudi daya kan di laboratorium juga digunakan sebagai perubah karakter rasa manis, mengurangi rasa pahit, mengembangkan rasa atau bahkan mempercepat pematangan pada keju.
    Secara umum, jenis Lb. helveticus ini tumbuh baik pada suhu sampai 45 °C, dan optimal pada 42 – 43 °C. Kebanyakan tidak tumbuh atau melambat pada suhu 15 °C.
  • Lactococcus
    Dahulu, bakteri dalam kelompok ini di klasifikasikan sebagai anggota dari genus Streptococcus. Dibedakan karena reaksi spesifik daripada antiserum Grup N dan toleransi jenis ini terhadap suhu dan kandungan garam.
  • Leuconostoc
    Spesies ini penting bagi pembentuk rasa pada beberapa produk olahan susu. Ada semacam kesepakatan bahwa 2 jenis spesies, Leuconostoc mesenteroides subsp. cremoris dan Leuconostoc lactis merupakan spesies utama dalam kultur starter. Tidak seperti lactococci, keluarga leuconostoc ini tumbuh dalam Rogosa agar dan merupakan organisme hetrofermentatif yang menghasilkan karbon dioksida dari glukosa dan juga fruktosa. Keluarga Leuconostoc termasuk keluarga spiral gram positif, yang masing masing memiliki ukuran dan bentuk yang hampir sama dengan lactococci. Walaupun tidak seperti lactococci, keluarga leuconostoc tidak menghasilkan amonia dari arginine dan hanya menghasilkan D isomer dari asam laktat.
  • Streptococcus
    St. thermophillus adalah satu satunya spesies dari genus ini yang digunakan secara luas sebagai kultur starter beberapa jenis keju termasuk Mozzarella dan yogurt. Sejak pertengahan 1990, St. thermophillus juga digunakan sebagai starter pada pembuatan keju Cheddar.
  • Kultur starter mikrobial pada yogurt (dan keju) berdasarkan suhu pertumbuhan optimalnya secara umum dapat bagi menjadi 2 macam, mesofilik dan termofilik seperti telah diuraikan diatas.
  • Mesofilik
    Lactococcus lactis subsp. cremoris (LLC)
    Lactococcus lactis subsp. lactis biovar diacetylactis (LLD)
    Leuconostoc mesenteroides subsp. cremoris (LMC)
  • Termofilik
    Streptococcus thermophilus (ST)
    Lactobacillus delbrueckii subsp. bulgaricus (LB)
    Lactobacillus lactis (LBL)
    Lactobacillus casei subsp. casei (LBC)
    Lactobacillus helveticus (LH)
    Lactobacillus plantarum (LP)
  • Simbiosis Dua Sejoli
  • Campuran atau kombinasi dari kedua kelompok ini sering digunakan pada beberapa macam produksi yogurt dan keju. Namun demikian, yang paling umum digunakan, terutama di Indonesia menurut pengetahuan penulis adalah kombinasi dua buah bakteri utama yaitu Streptococcus thermophilus dan Lactobacillus delbrueckii subsp. bulgaricus. Walaupun kedua mikro organisme tersebut dapat digunakan secara terpisah, namun penggunaan keduanya dalam kultur starter yogurt secara bersama sama terbukti telah bersimbiosis dan meningkatkan efisiensi kerja kedua bakteri tersebut. Selain menyebabkan tingkat produksi asam yang lebih tinggi, St. thermophilus tumbuh lebih cepat dan menghasilkan asam dan karbon dioksida. Format dan karbon dioksida yang dihasilkan ini menstimulasi pertumbuhan Lb. bulgaricus. Disamping itu, aktivitas proteolitik dari L. bulgaricus ternyata juga menghasilkan peptide dan asam amino yang digunakan oleh S. thermophillus. Seperti diketahui pula, dalam proses pembuatan yogurt, susu menggumpal disebabkan oleh derajat keasaman yang turun. S. thermophillus berperan dahulu untuk menurunkan pH sampai sekitar 5.0, baru kemudian disusul L. bulgaricus menurunkan lagi sampai mencapai 4.0. Kerjasama yang indah sekali bukan ?. Selain itu beberapa zat hasil fermentasi mikroorganisme yang berperan dalam menentukan rasa produk adalah asam laktat, asetaldehid, asam asetat dan diasetil.
  • Initinya adalah jenis dan jumlah mikroorganisme dalam starter yang digunakan sangat berperan dalam pembentukan dan formasi rasa serta tekstur yogurt. Selain tentunya lama fermentasi dan suhu lingkungan.
  • Probiotik
  • Selain beberapa bakteri yang telah disebutkan diatas, dewasa ini berkembang juga kelas organisme yang disebut probiotik atau prebiotik.
    Definisi probiotik mungkin diawali dari kerja Ilya Mechnikov (1908) seperti telah diungkapkan pada bagian pertama tulisan mengenai sejarah perkembangan yogurt. dan telah berevolusi sejak saat itu.
    Pada 1965, Lilley dan Stillwell yang kemungkinan adalah orang orang pertama yang menggunakan terminologi tersebut, menyatakan bahwa probiotik adalah sebuah substansi yang dihasilkan oleh satu mikroorganisme yang menstimulasi pertumbuhan mikroorganisme yang lain. Merupakan lawan dari antibiotik.
    Pada 1971, Sperti menggunakan kata tersebut untuk menggambarkan ekstrak jaringan yang menstimulasi pertumbuhan mikroorganisme. Sedangkan Parker menyatakan bahwa Probiotik adalah organisme dan substansi yang memiliki kontribusi pada keseimbangan mikroba dalam sistem pencernaan (1974). Selanjutnya, Fuller pada 1989 mendefinisikan probiotik sebagai “suplemen makanan dalam bentuk mikroba hidup yang bermanfaat bagi ternak inang (host) dengan cara meningkatkan keseimbangan mikroba dalam sistem pencernaan” (dairyscience.info, 2006)
    Cara kerjanya adalah dengan membantu menurunkan derajat keasaman dan menghambat pertumbuhan organisme penganggu dalam sistem pencernaan. Sementara klaim mengungkapkan bahwa probiotik juga ikut berperan dalam meningkatkan kekebalan tubuh (Wikipedia, 2006).
    Pada umumnya, dalam tubuh kita terdapat sistem ekologi dari mikroorganisme yang disebut sebagai gut flora atau flora usus. Jumlah dan keseimbangan bakteri dalam sistem pencernaan tersebut dapat berubah akibat adanya intrusi dari luar seperti penggunaan obat obatan dan antibiotik, alkohol yang berlebihan, stres, penyakit, paparan terhadap racun, bahkan sekedar penggunaan bahan bahan antibakteri pada sabun. Pada kondisi terkena paparan ini, jumlah bakteri (tidak saja yang jahat, yang baik pun juga berkurang) yang bekerja dan hidup di dalam usus menjadi berkurang. Situasi ini membuat kondisi tubuh lemah dan lebih jauh akan membuat kemungkinan paparan dari bakteri yang merugikan menjadi meningkat.
    Disinilah probiotik berperan. Dengan terlebih dahulu mengintroduksi berbagai jenis bakteri ‘baik’ ke dalam flora usus, akan mengurangi kemungkinan terserang bakteri yang merugikan.
  • Beberapa jenis bakteri yang masuk dalam kelas probiotik adalah:
  • Bifidobacterium bifidum
    Bifidobacterium breve
    Bifidobacterium infantis
    Bifidobacterium longum
    Lactobacillus acidophilus
    Lactobacillus casei
    Lactobacillus plantarum
    Lactobacillus rhamnosus
    Lactobacillus GG
  • Penutup
  • Dalam perkembangan selanjutnya mungkin akan ditemukan strain-strain mikroorganisme baru yang dapat digunakan untuk melakukan pengolahan makanan fermentasi khususnya produk susu sapi, seperti misalnya Matsoni, produk yogurt dari daerah kaspia yang disebut juga Georgian Yogurt dimana setelah dianalisa ternyata mikroorganisme yang digunakan adalah Lactococcus cremoris dan Gluconobacter sp.
    Dan kita tentunya tidak lupa, seperti telah disinggung pada artikel pertama, mengenai dadih, bakteri apa yang berperan dalam dadih tersebut ?
  • Karena fungsinya sebagai penganan sekaligus suplemen kesehatan, penulis sependapat pada pernyataan yang menyebutkan bahwa setiap produk yogurt itu harus mengandung biakan mikroorganisme non-patogen yang hidup dan aktif (live and active culture). Bila tidak mengandung mikroorganisme aktif (biasanya karena produk mengalami pasteurisasi untuk memperpanjang shell-life/lama simpan), maka sebaiknya disebut fermented milk, atau susu yang telah difermentasi.
  • Mudah mudahan pada kesempatan lain penulis dapat menyusun artikel lanjutan mengenai yogurt ini dan kandungan yang ada didalamnya, serta tidak lupa juga tulisan dan gambar mengenai proses pembuatan yogurt yang telah dilakukan.
  • Pustaka
  • Dairy Microbiology, Guelph University.
    Yogurt Forever: The Yogurt Encyclopaedia, 1996 – 2006, Roberto Flora.
    The Online Encyclopaedia. Wikipedia.
    Microbiology of Starter Cultures Dairy Science and Food Technology, 2006
    Probiotic Bacteria, Dairy Science and Food Technology, 2006.
    An Introduction to Lactic Acid Bacteria. Microbiology and Bacteriology. University of Wisconsin.
    MAD.SCI Libe: Microbiology.
    The Microbiology Information Portal

Kamis, 23 Februari 2012

Firehouse – I Live My Life For Yo

you know you’re everything to me and I could never see

The two of us apart
And you know I give myself to you and no matter what you do
I promise you my heart
I’ve built my world around you and I want you to know
I need you like I’ve never needed anyone before
Chorus:
I live my life for you
I wanna be by your side in everything that you do
And if there’s only one thing you can believe is true
I live my life for you
I dedicate my life to you, you know that I would die for you
But our love would last forever
And I will always be with you and there is nothing we can’t do
As long as we’re together
I just can’t live without you and I want you to know
I need you like I’ve never needed anyone before
Chorus
i’ve built my world around u and i want you to know
i need u live i never needed anyone before
chorus
i live my life for you
i live my life for u
Click the link below if you wanna see the video on youtube:

Minggu, 12 Februari 2012

ALAT LAB, FORMULASI RANSUM, BAHAN PAKAN


BAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM









OLEH
JUFRIN TANJUNG
E1C 009051
D









UNIVERSITAS JAMBI
2011





KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa  atas berkat, rahmat dan karunia-Nya praktikan dapat menyelesaikan Laporan  Semester Praktikum dengan pokok bahasan yang telah dipraktikumkan dari awal praktikum, hingga akhir praktikum berlangsung.
Bahan Pakan dan Formulasi Ransum merupakan mata kuliah yang sangat penting dalam penyusunan ransum dalam bahan pakan serta untuk mengetahui kandungan kadar zat makanan. Penyusunan laporan ini juga diharapkan dapat menolong mahasiswa untuk mengenal dan mengetahui lebih dalam lagi tentang pengenalan alat, pengenalan bahan pakan, dan obat-obatan, preparasi sampel, analisis proksimat, formulasi ransum dan mencampur ransum, disamping itu juga dapat digunakan sebagai sarana penunjang bagi mahasiswa demi kelancaran proses perkulihan dan pendalaman materi serta tidak hanya mengetahui sebatas teori saja namun harus dapat menerapkannya dalam kehidupnan nyata.
Dan kami juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada asisten dosen mata kuliah BPFR (Bahan Pakan dan Formulasi Ransum) yang meluangkan waktu dan tenaga lebih dan telah banyak memberikan pelajaran dan bimbingan dalam menyelesaikan laporan ini dengan sebaik mungkin.
Praktikan juga menyadari bahwa selama pembuatan laporan ini begitu banyak kesalahan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca, agar praktikan dapat menyempurnakan laporan ini.
Akhir kata praktikan mengucapkan terima kasih kepeda semua pihak yang telah membantu hingga terselesainya kliping ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan kita.

            Jambi,     Januari 2011

            Penulis







DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ................................................................................             i
DAFTAR ISI ...............................................................................................            ii
I. PENDAHULUAN ...................................................................................            1
........ 1.1 Latar Belakang ..............................................................................           1
1.2 Tujuan Praktikum .........................................................................           3         II. TINJAUAN PUSTAKA …...…………………………………………..            4
III. MATERI DAN METODA …………………………………………....          13
........ 3.1 Waktu dan Tempat …………………………………………….          13
........ 3.2 Materi ...………………………………………………………..          13
........ 3.3 Metoda ........................................................................................          14
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ………..……………………………...          19
......... 4.1 Pengenalan alat, Bahan pakan dan Obat-obatan ..........................         19
........... 4.2 Pengenalan Bahan Pakan ............................................................         30
........... 4.3 Preparasi Sampel ........................................................................         37
........... 4.4 Analisis Proksimat ......................................................................         41
4.5 Formulasi Rsansum .....................................................................         47
4.6 Mencampur Ransum ....................................................................         50
V. PENUTUP ..…………………………………………………………….         52
5.1 Kesimpulan ……………………………………………....…….         52
5.2 Saran …......…………………………………………………….         52
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
LAMPIRAN




I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahan pakan merupakan makanan yang terdiri dari bahan kering dan air. Bahan kering juga terbagi dua yaitu bahan organik dan abu. Bahan organik terbagi menjadi protein kasar dan (BOTN) bahan organik tanpa nitrogen. (BOTN) bahan organik tanpa nitrogen terbagi dua lagi yaitu lemak kasar dan karbohidrat. Terakhir karbohidrat dibagi menjadi serat kasar dan (BETN) bahan ekstrak tanpa nitrogen. Bahan pakan lain merupakan semua bahan pakan yang dapat dimakan oleh ternak yang mengandung protein, lemak, bahan organik tanpa nitrogen terbagi lagi menjadi lemak kasar dan karbohidrat. Karbohidrat terbagi lagi menjadi serat kasar dan (BETN) bahan ekstrak tanpa nitrogen. Sedangkan pengertian bahan pakan yang lain merupakan semua bahan pakan yang dapat dimakan oleh ternak yang mengandung protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral yang disusun menjadi satu bahan pakan dan tidak meracuni ternak.
         Kegiatan ini merupakan suatu kegiatan untuk menambah pengetahuan dan pemahaman tentang alat-alat laboratorium, bahan pakan dan obat-obatan melalui pengamatan yang dilakukan secara langsung. Sehingga praktikan dapat mengetahui dan mengenal lebih lanjut dari pada bahan pakan itu sendiri,obat-obatan yang diberikan pada ternak serta alat yang digunakan dalam percobaan maupun pengamatan.
Komposisi bahan pakan dalam beberapa buku menyajikan rataan dari sekumpulan data yang diperoleh dari beberapa hasil analisis dapat digunakan sebagai pedoman dalam menentukan komposisi kimia suatu bahan pakan. Karena komposisi kimia suatu bahan pakan dipengaruhi beberapa faktor, seperti umur tanaman, kondisi tanah, iklim dan lain-lain, maka dalam penyusunan ransum bahan-bahan penyusun harus dianalisis, agar diperoleh ransum merata.
Akan dicapai secara baik jika pengambilan sample bahan dilakukan secara benar dan representatif pada kegiatan resperasi sample pada praktikum ini dilakukan pengambilan sample yang benar merupakan analisa bahan pakan,  maka

teknik pengambilan sampel harus dilakukan dengan baik dalam arti tepat dan benar.          Tujuan diadakannya praktikum bahan pakan dan formulasi ransum ini  diharapkan kepada praktikan dapat mengetahui cara pengambilan sampel yang benar dan baik sesuai aturan praktikum.
            Analisis proksimat adalah sebuah analisis yang dilakukan untuk menganalisa bahan pakan dengan pembahasan dan penelitian seperti pada penentuan kadar air, penentuan kadar abu, penentuan protein kasar, penentuan  lemak kasar, penentuan serat kasar dan selanjutnya Kandungan BETN (Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen) semua ditentukan dengan metoda pembelajaran dan petunjuk dari buku panduan.
            Analisis proksimat pertama kali di kembangkan di Weende Experiment Station Jerman oleh Hennerberg dan Stokmann. Analisis proksimat di sebut juga sebagai analisis Weende. Analisis proksimat memiliki manfaat sebagai penilaian kualitas pakan atau   bahan   pangan   terutama   pada   standar   zat   makanan  yang   seharusnya terkandung di dalamnya.
         Kegiatan praktikum ini merupakan suatu kegiatan untuk menambah pengertian dan pemahaman tentang formulasi ransum, sehingga mahasiswa peternakan dapat memahami dan mengenal lebih lanjut dari pada formulasi ransum khususnya pada ayam broiler/ayam pedaging, bagaimana cara menyusun ransum yang sesuai dengan kebutuhan ayam broiler terhadap zat makanan tertentu. Dalam perusahan peternakan tidak lepas dari pakan, yang mana biaya produksi pakan yang tinggi yaitu 60-70%. Pakan yang terjual dipasaran merupakan pakan komersil saja. Ternak juga butuh pakan tambahan yang berfungsi membantu proses pertumbuhan dan perkembangan seperti konsentrat.
         Pakan merupakan bahan makanan yang sangat erat hubungannya oleh ternak sebagai sumber kehidupan ternak yang mana nutrient adalah berbagai zat makanan yang terdapat dalam bahan makanan yang terdapat dalam bahan makanan yang digunakan dalam tubuh untuk memperoleh energi dan mengatur proses raktikum ini merupakan suatu kegiatan yang ilakukan agar mendapatkan pengalaman  -  pengalaman   dalam   mencampur   ransum,   sehingga   mahasiswa

peternakan dapat memahami dan mengenal lebih lanjut cara mencampur ransum dengan benar khususnya pada ayam broiler/ayam pedaging, bagaimana cara menyusun ransom dan mencampur yang sesuai dengan kebutuhan ayam broiler terhadap zat makanan tertentu.
            Maka dengan kegiatan ini dilaksanakan mahasiswa peternakan akan mengetahui apa-apa saja yang perlu diketahui dalam hal peternakan yang baik.

1.2 Tujuan Praktikum
Pada pengenalan alat-alat, bahan pakan dan obat-obatan ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan kegunaan alat-alat apa saja yang terdapat di laboratorium yang dipergunakan, serta kegunaan secara spesifikasi dari masing-masing alat tersebut, pada pengenalan bahan pakan bertujuan untuk dapat membedakan bahan pakan sumber protein nabati dan hewani, sumber energi (bentuk tepung,biji-bijian, bentuk cairan), sumber mineral, sumber vitamin, asal limbah pertanian atau by prodak industry, dapat mengetahui obat-obatan, komposisi dari obat yang tersedia bagi ternak, dapat mengetahui cara pengambilan sampel yang benar dan baik sesuai aturan praktikum, pada analisis proksimat yaitu agar mahasiswa dapat mengetahui cara-cara dalam penentuan kadar air, kadar abu, protein kasar, lemak kasar, selain itu mahasiswa juga dapat memahami cara dalam pengerjaan lemak kasar, serat kasar dan BETN, dari praktikum Formulasi Ransum ini yaitu agar mahasiswa lebih mengetahui kebutuhan ayam broiler terhadap suatu zat makanan dan dapat menyusun ransum sesuai dengan kebutuhan tersebut dan mengenai Mencampur Ransum ini yaitu agar mahasiswa mendapatkan pengalaman cara-cara mencampur ransum secara manual.
Dari semua kegiatan praktikum yang telah dilakukan, dapat diambil manfaat bagi mahasiswa yaitu mahasiswa lebih mengetahui, memahami dan dapat melaksanakan atau melakukan serta dapat berbagi pengetahuan kepada khalayak banyak tentang seluruh kegiatan praktikum bahan pakan dan formulasi ransum.



II. TINJAUAN PUSTAKA
Adhaldy. 2003. Analisis proksimat adalah suatu metoda analisis kimia untuk mengidentifikasi kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan serat pada suatu zat makanan dari bahan pakan atau pangan. Analisis proksimat memiliki manfaat sebagai penilaian kualitas pakan atau bahan pangan terutama pada standar zat makanan yang seharusnya terkandung di dalamnya.
Adha Rilascka. 2000. Penunjang kegitan praktikum berlangsung serta salah satu partikel penting dalam kegiatan praktikum adalah peralatan yang memadai, dimana dengan adanya perlatana yang ada, maka kegiatan praktikum dapat berjalan sesuai dengan ketentuan yang ada.
Adnan. 2004. Formulasi ransum  adalah upaya untuk mengkombinasikan berbagai macam bahan makananternak untuk memenuhi kebutuhan ternak akan zat makanan dengan meniminalkan biaya yang ditimbulkan akibat penyusunan ransum tersebut.
Adnan. 2005. Hijauan makanan ternak (rumput dan legum) sampai hasil dan limbah tanaman pertanian dengan jumlah air yang terkandung didalamnya sangat beragam berat jenis airnya dan walaupun telah dikeringkan dengan jumlah berat awal yang sana akan tetapi hasilnya akan berbeda.
Ardinarasti. 2001. Aditif bahan konsentrat, aditif bahan suplemen dan aditif bahan premix. Pakan aditif, bahan pakan tambahan yang diberikan pada ternak dengan tujuan untuk meningkatkan produktifitas ternak maupun kualitas produksi. Selain itu merupakan tambahan umum digunakan dalam meramu pakan.
Ardinawati. 2001. Aditif bahan konsentrat, aditif bahan suplemen dan aditif bahan premix. Pakan aditif adalah bahan pakan tambahan yang diberikan pada ternak dengan tujuan untuk meningkatkan produktifitas ternak maupun kualitas produksi. Selain itu adalah pakan tambahan yang umum digunakan dalam meramu pakan ternak.


Baharuddin. 2005. Peralatan laboratorium mempunyai fungsi yang sangat beragam dari spesifikasi alat-alat lab untuk penentuan pengujian dari zat-zat tertentu hingga bersifat nyata hasil yang didapat, bukan mengada-ada.
Budianto. 2005. Bahan pakan untuk ternak adalah segala sesuatu yang diberikan kepada ternak, baik berupa bahan organik maupun anorganik yang sebagian atau seluruhnya dapat dicerna tanpa mengganggu kesehatan ternak yang mengandung karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral-mineral esensial. Selenium adalah salah satu contoh mineral yang baik untuk ternak.
Carita. 2001. Pengurangan kadar air dengan pelayuan perlu ditentukan lama dan KA akhir yang diperoleh. Demikian juga penambahan air pada bahan dengan KA yang rendah, diperlukan perhitungan yang lebih cermat.
Carlia. 2000. Makanan sumber protein adalah semua bahan makanan yang mempunyai kandungan protein 20% atau lebih,baik makanan berasal dari tumbuhan maupun hewan.
Ceriman,T. 2001. Serat kasar didefinisikan sebagai bahan yang masih tertinggal setelah bahan pakan direbus dalam asam dan basa. Serat kasar mengandung fraksi-fraksi selulosa, hemiselulosa dan lignin, yang dapat dikategorikan sebagai fraksi penyusun dinding sel tanaman. Definisi tersebut didasarkan pada nilai nutrisi dan serat kasar yang dapat dicerna oleh enzim – enzim yang dikeluarkan oleh saluran pencernaan mamalia maupun ternak nonruminansia.
Darmani. 2001. Pemberian ransum dapat dilakukan dengan cara bebas  maupun terbatas. Cara bebas, ransum disediakan ditempat pakan sepanjang waktu  agar saat ayam ingin makan ransumnya selalu tersedia. Cara ini biasanya  disajikan dalam bentuk kering, baik tepung, butiran, maupun pelet. Penggantian ransum starter dengan  ransum  finisher sebaiknya tidak dilakukan sekaligus,  tetapi secara bertahap. Hari pertama diberi ransum  starter 75%  ditambah  ransum finisher 25%, pada hari berikutnya diberi ransum starter 50%  ditambah  ransum finisher 50%, hari berikutnya diberi ransum starter  25% ditambah ransum finisher 75%   dan hari  terakhir diberi  ransum finisher seluruhnya.   Jika tahapan ini tidak


dilakukan maka nafsu  makan ayam menurun untuk beberapa hari dan dikhawatirkan akan menghambat pertumbuhan.
David. 2008. Zat-zat nutrisi yang dibutuhkan tubuh antara lain: karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral-mineral esensial juga tersedia dalam buah atau bijian seperti jagung dan kacang.
Dedyarso. 2000. Kadar air yang terdapat didalam bahan makanan akan menguap disebabkan oleh panas yang tersisa dimana dengan melakukan pengeringan secara alami dan secara buatan maka yang tertinggal hanyalah bahan keringnya saja.
Dodo. 2009. Zat pakan (zat makanan) adalah bagian dari bahan pakan yang dapat dicerna, dapat diserap dan bermanfaat bagi tubuh  dan terdapat 6 macam zat pakan yaitu: air, mineral, karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin.
Ernidian. 2003. Bahan pakan (bahan makanan ternak) adalah segala sesuatu yang diberikan kepada ternak (baik berupa bahan organik maupun organik) yang sebagian atau seluruhnya dapat dicerna tanpa mengganngu kesehatan ternak.
Farhan. 2000. Zat-zat mineral sebagai suatu golongan dalam bahan makanan atau jaringan hewan ditentukan dengan membakar zat-zat organik dan kemudian menimbang sisanya yang disebut abu. Abu hasil pembakaran dapat digunakan sebagai titik tolak untuk determinasi persentase zat-zat tertentu yang terdapat dalam bahan makanan.
Farhan. 2007. Ayam broiler telah dikenal  masyarakat dengan berbagai kelebihannya, antara lain hanya 5-6 minggu sudah siap dipanen. Ayam yang dipelihara adalah ayam broiler yakni ayam yang berwarna putih & cepat tumbuh.
Farida. 2001. Ayam broiler merupakan ayam pedaging yang mengalami pertumbuhan pesatpada umur 1 – 5 minggu. Selanjutnya dijelaskan bahwa ayam broiler yang berumur 6 minggu sudah sama besarnya dengan ayam kampung dewasa yang dipelihara selama 8 bulan. Keunggulan ayam broiler tersebut didukung oleh sifat genetic dan keadaanlingkungan yang meliputi makanan, temperature lingkungan dan pemeliharaan.

6
Galuh. 2000. Dalam penentuan kadar air dari setiap sampel-sampel dapat berasal dari tumbuh tumbuhan maupun hewan dan hasil ikutan lainnnya dengan kadar air yang berragam jumlah dan keadaan normalnya.
Galuh. 2000. Kadar protein rata-rata dedak gandum adalah 15%; kadar lemak 9% dan biasanya kadar serat kasarnya tidak lebih dari semua bahan makanan ternak, akan tetapi dedak tersebut rendah kadar kalsiumnya. Kandungannya adalah 1,1% fosfor, tetapi hanya 1,14% kalsium. Bahan makanan ini kaya akan masin dan tinggi kadar thiaminnya. Tetapi rendah kadar riboflavinnya.
Handoko. 2000. Zat-zat yang terdapat dalam daun, bunga, buah lamtoro adalah zat protein yang berkisar antara 30-40 %, zat lemak 6,13 %, sedangkan kadar salah satu jenis alkoid yaitu memosin hanya 2,80 %.
Harmoko. 2001. Kandungan dalam dedak gandum adalah serat kasar 89,29%; protein kasar 16,89%; serat kasar 9,91%; lemak kasar 3,59%; abu 4,96%, dan BETN 64,9%.
Ikalita. 2001. Koefisien cerna yang ditentukan secara In vivo biasanya 1% sampai 2 % lebih rendah dari pada nilai kecernaan yang diperoleh secara In vitro. Pencernaan ruminansia terjadi secara mekanis, fermentative, dan hidrolisis.
Intan. 2000. Ransum seimbang atau ransum serasi adalah ransum yang mengandung semua nutrien yang dibutuhkan ternak sesuai dengan tujuan pemeliharaan.
Jarmuddin. 2000. Kadar abu pada pakan berhubungan dengan kadar mineral yang terdapat pada pakan tsb. Semakin tinggi kadar abu, semakin tinggi mineralnya. Sedangkan kadar air berhubungan dengan kualitas pakan secara umum. Pakan dengan kadar air tinggi, akan mudah terkontaminasi mikroba, yang akan menurunkan kandungan nutrisinya.
Jefriko. 2001. Pakan Sumber Karbohidrat merupakan senyawa yang banyak terdapat di alam terutama dalam tumbuhan dan hewan dan sangat berguna bagi sumber energi, dan zat-zatnya terdiri atas Mono,Di, dan Polisaccarida.


Jeremmy. 2001. Tepung ikan merupakan bahan pakan asal hewani yang paling umum dalam formulasi ransum. Kandungan protein ikan beragam, berkisar antara 42,3%-68,8%. Tepung ikan merupakan sumber asam amino yang paling baik dan 90% kandungan fosfornya tersedia sebagaimana sumber protein hewani lainnya. Umumnya tepung ikan digunakan antara 4-8% dari total formulasi ransum. Bungkil kedelai merupakan limbah pembuatan minyak kedelai, mempunyai kandungan protein ± 42,7% dengan kandungan energi metabolisme sekitar 2240 Kkal/Kg, kandungan serat kasar rendah, sekitar 6%. Namun kandungan metionin dalam bungkil kedelai rendah sehingga perlu di fortifikasi atau ditambahkan dari luar. Penggunaan bungkil kedelai dalam ransum non ruminansia dianjurkan tidak melebihi 40%, sedang kekurangan metionin dapat dipenuhi dari tepung ikan atau metionin buatan pabrik.
Jossemariee. 2010. Analisis proksimat memiliki manfaat sebagai penilaian kualitas pakan atau bahan pangan terutama pada standar zat makanan yang seharusnya terkandung di dalamnya. Tujuan untuk mengetahui komponen.
Karmila. 2004. Istilah proksimat memiliki pengertian bahwa hasil analisisnya tidak menunjukan angka sesungguhnya, tetapi mempunyai nilai mendekati. Hal ini disebabkan dari komponen praktisi yang dianalisisnya masih mengandung komponen lain yang jumlahnya sangat sedikit yang seharusnya tidak masuk kedalam fraksi yang dimaksud. Namun demikian analisis kimia ini adalah yang paling ekonomis (relative) dan datanya cukup memadai untuk digunakan dalam penelitian dan keperluan praktis.
Klementina. 2004. Formulasi Ransum untuk ayam pedaging dibedakan menjadi dua macam yaitu ransum untuk periode starter dan periode finisher. Hal ini  disebabkan oleh perbedaan kebutuhan nutrien ransum sesuai dengan periode pertumbuhan ayam.
Kronika. 2000. Ransum   merupakan    sumber   utama kebutuhan  nutrien  ayam  broiler  untuk  keperluan  hidup  pokok  dan  produksinya karena tanpa ransum yang sesuai dengan yang dibutuhkan menyebabkan produksi tidak  sesuai dengan  yang diharapkan.

8
Laura. 2005. Aditif bahan konsentrat, aditif bahan suplemen dan aditif bahan premix. Pakan aditif adalah bahan pakan tambahan yang diberikan pada ternak dengan tujuan untuk meningkatkan produktifitas ternak maupun kualitas produksi. Selain itu merupakan tambahan umum digunakan dalam meramu pakan.
Leo. 2003. Khusus untuk ransum broiler, maka ransum broiler hendaklah memiliki nisbah kandungan energi-protein yang diketahui, kandungan     proteinnya tinggi untuk menopang pertumbuhannya yang sangat cepat, mengandung energi yang lebih untuk membuat ayam broiler dipanen cukup mengandung lemak.
Martha. 2005. Bahan pakan untuk ternak adalah segala sesuatu yang diberikan kepada ternak, baik berupa bahan organik maupun anorganik yang sebagian atau seluruhnya dapat dicerna tanpa mengganggu kesehatan ternak yang mengandung karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral-mineral esensial. Selenium adalah salah satu contoh mineral yang baik untuk ternak.
Nana. 2001. Konsumsi ransum ayam broiler merupakan cermin dari masuknya sejumlah unsur nutrien kedalam tubuh ayam. Jumlah yang masuk ini harus sesuai dengan  yang  dibutuhkan  untuk  produksi  dan  untuk  hidupnya.
Naoserby. 2000. Lemak merupakan sekelompok zat yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam kloroform, eter atau benzene. Kadar lemak dapat diketahui dengan jalan menghitung banyaknya bahan yang terlarut. Pelarut yang dipanaskan secara terus-menerus kemudian didinginkan secara kondensasi akan mengekstrak semua bahan-bahan yang larut dalam pelarut. Lemak yang di dapat bukan lemak murni tetapi merupakan campuran dari beberapa zat yang terdiri dari klorofil, xantofil, dan karoten.
Okta. 2001. Pertumbuhan pada ayam broiler  dimulai dengan perlahan-lahan kemudian berlangsung cepat sampai dicapai pertumbuhan maksimum  setelah  itu  menurun  kembali hingga  akhirnya terhenti. Pertumbuhan yang  paling  cepat  terjadi sejak menetas   sampai  umur   4-6  minggu,  kemudian mengalami penurunan.


Rahardja. 2007. Energi yang dikonsumsi oleh ayam digunakan untuk  pertumbuhan jaringan tubuh, produksi, menyelenggarakan aktivitas fisik dan  mempertahankan temperatur tubuh yang normal.
Ratno. 2006. Konversi ransum didefinisikan sebagai banyaknya ransum    yang dihabiskan untuk menghasilkan setiap kilogram pertambahan bobot badan.  Angka konversi ransum yang kecil berarti banyaknya ransum yang digunakan    untuk menghasilkan satu kilogram daging semakin sedikit.
Ratih. 2000. Nutrien  tersebut  adalah  energi, protein, serat kasar, kalsium (Ca) dan fosfor (P). Sumber energi utama yang terdapat ransum ayam broiler  adalah karbohidrat dan lemak. Energi metabolisme yang diperlukan ayam berbeda, sesuai tingkat umurnya, jenis kelamin dan cuaca. Semakin tua ayam   membutuhkan energi metabolisme  lebih  tinggi.
Reno. 2001. Menyatakan  bahwa  kebutuhan  energi  untuk ayam   broiler periode   starter 3080  kkal/kg  ransum   pada  tingkat  protein  24%, sedangkan periode finisher 3190 kkal/kg ransum pada tingkat protein 21%. Angka kebutuhan energi yang absolut tidak ada karena ayam dapat menyesuaikan jumlah rasnsum yang dikonsumsi dengan kebutuhan energi bagi tubuhnya.
Revika. 2001. Kandungan  protein  dalam  ransum  untuk  ayam broiler umur   1-14  hari  adalah  24%   dan  untuk  umur    14-39  hari adalah  21%.
Riandy. 2001. Konversi ransum merupakan suatu ukuran yang dapat digunakan untuk menilai efisiensi penggunaan ransum serta kualitas ransum. Konversi ransum adalah perbandingan antara jumlah ransum yang dikonsumsi dengan pertambahan bobot badan dalam jangka waktu tertentu.
Sandra. 2001. Menyatakan salah satu ukuran efisiensi adalah dengan membandingkan antara jumlah ransum yang diberikan (input) dengan hasil yang diperole baik itu daging atau telur (output).
Sarjuff. 2001. Kadar abu ini ditentukan dengan pembakaran bahan pakan pada suhu yang tinggi, sisa dari pembakaran adalah abu, tetapi abu tidak terlau penting untuk ternak kadar abu yang paling tinggi ada pada dedak padi.


Shella. 2001. Nilai suatu ransum selain ditentukan oleh nilai konsumsi ransum dan tingkat pertumbuhan bobot badan juga ditentukan oleh tingkat konversi ransum, dimana konversi ransum menggambarkan banyaknya jumlah ransum yang digunakan untuk pertumbuhannya.
Sintha. 2002. Semakin rendah angka konversi ransum berarti kualitas ransum semakin baik. Nilai konversi ransum dapat dipenuhi oleh beberapa factor, diantaranya adalah suhu lingkungan, laju perjalanan ransum melalui alat pencernaan, bentuk fisik, dan konsumsi ransum.
Solihin. 2003. Bahwa kebutuhan energi metabolis  berhubungan erat dengan kebutuhan protein yang mempunyai peranan penting pada pertumbuhan     ayam broiler selama masa pertumbuhan.
Tarmidjo. 2004. Air Pakan akan menguap oleh panas, sehingga yang tinggal adalah bahan kering. Persentase air dihitung dari perbedaan bobot contoh sebelum dan sesudah perlakuan panas.
Tandirta. 2007. Nilai konversi ransum berhubungan dengan biaya produksi, khususnya biaya ransum, karena semakin tinggi konversi ransum maka biaya ransum akan meningkat karena jumlah ransum yang dikonsumsi untuk menghasilkan bobot badan dalam jangka waktu tertentu semakin tinggi. Nilai konversi ransum ransum yang tinggi menunjukkan jumlah ransum yang dibutuhkan untuk menaikkan bobot badan semakin meningkat dan efisiensi ransum semakin rendah.
Teriska. 2000. Persentase serat kasar yang dapat dicerna oleh ternak ayam  sangat bervariasi. Efeknya terhadap penggunaan energi sangat kompleks. Serat  kasar yang tidak tercerna dapat membawa nutrien lain yang keluar bersama feses.
Tika. 2000. Kesanggupan ternak dalam mencerna serat kasar tergantung dari jenis alat pencernaan yang dimiliki oleh ternak tersebut dan tergantung pula dari  mikroorganisme  yang  terdapat  dalam  alat  pencernaan.  Ternak  ayam  tidak dapat  memanfaatkan serat  kasar sebagai  sumber   energi.
Tjatiro. 2006. Serat  kasar  ini  masih dibutuhkan  dalam jumlah  kecil  oleh  unggas  yg  berperan  sebagi  bulky, untuk memperlancar pengeluaran feses.


Trihartanti. 2005. Bahan pakan untuk ternak adalah segala sesuatu yang diberikan kepada ternak, baik berupa bahan organik maupun anorganik yang sebagian atau seluruhnya dapat dicerna tanpa mengganggu kesehatan ternak yang mengandung karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral-mineral esensial. Selenium adalah salah satu contoh mineral yang baik untuk ternak.
Ulfa. 2001. Kebutuhan  anak  ayam  (starter)  akan  kalsium  (Ca)  adalah     1%  dan  ayam sedang   tumbuh    adalah   0,6%,   sedangkan     kebutuhan    ayam   akan   fosfor   (P) bervariasi   dari  0,2-0,45%     dalam   ransum.
Uriph. 2007. Ransum ternak unggas perlu mengandung mineral Ca dan P dalam jumlah yang cukup. Peranan Ca dalam tubuh ternak unggas tercermin jelas bahwa  70-80%  tulang  ternak  terdiri  atas  Ca  dan  P.
Vindra. 2005. Ca dan P adalah mineral esensial, dan keduanya saling berhubungan erat dalam proses biologis ternak ayam. Nisbah  Ca dan P antara  1:1-2:1. Apabila nisbahnya tidak tepat selanjutnya dapat mempengaruhi penyerapannya.
Walfin. 2004. Feed additive adalah bahan pakan tambahan yang diberikan pada ternak dengan tujuan untuk meningkatkan produktifitas ternak maupun kualitas produksi.
Wardana,I. 2003. Kenyataan dilapangan menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap nilai nutrisi dari serat kasar, karena adanya mikrobia yang hidup didalam saluran pencernaan yang mampu memproduksi enzim yang dapat mencerna serat kasar dijadikan sumber energinya. Mikrobia tersebut hidup di rumen ternak ruminansia dan sel pencernaan belakang (sekum) ternak tertentu. Hal tersebut menyebabkan hasil analisis serat kasar pada analisis proksimat lebih bermakna pada ternak non ruminansia dari pada ternak ruminansia.


           
III. MATERI DAN METODA
3.1 Waktu dan Tempat
Seluruh kegiatan praktikum Bahan Pakan Formulasi Ransum dilaksanakan pada setiap hari Jum’at dimulai dari tanggal 12 November 2010 – 17 Desember 2010 dan 14 Januari 2011, pada kegiatan Analisis Proksimat dilakukan selama 1 Minggu dimulai tanggal 3 Januari 2011 pada pukul 14.00 Wib s/d selesai. Bertempat di Laboratorium Bahan Pakan dan Formulasi Ransum Gedung C Fakultas Peternakan, Universitas Jambi.

3.2 Materi
            Alat-alat yang dipergunakan pada saat praktikum pengenalan alat, obat-obatan dan pengenalan bahan pakan adlh Neraca, Eksikator, Cawan Porselin, Oven, Tanur, Peralatan Gelas, Alat Penyaring, Penjepit, Buret dan Alat Soklet.
Sedangkan bahan pakan yang dipergunakan pada pengenalan bahan pakan hijauan yang diamati adalah Rumput Gajah, Ruput Stylo, Rumput Setaria, Daun Turi, Rumput Benggala, Rumput Raja, Rumput Mutiara, Daun Cabe-cabean, Euchlena, Lamtoro, dan Jagung, serta obat-obatan dan vitamin pada ternak, menggunakan pensil, pena, penggaris & buku-buku tulis untuk membuat laporan.
            Bahan pakan yang dipergunakan pada pengenalan bahan pakan hijauan yang diamati adalah Jagung, Tepung ikan, Ampas tahu, Tongkol Jagung, Batu kapur, Pati ubi, Serbuk batu bata, Klobot (Kulit jagung), Menir (Bulir padi), Seka, Bungkil Kelapa, Pelepah sawit, Bungkil inti sawit, Bagas tebu, Tepung K.Kedelai, Serbuk gergaji, Tepung tulang, Dedak dan Tepung darah, serta menggunakan pensil, pena, penggaris dan buku tulis untuk membuat laporan.
            Alat yang digunakan pada saat praktikum preparasi sampel yang dilakukan kali ini yaitu Timbangan (Neraca) untuk melkaukan penimbngan terhadap sampel dalam menentukan berat awal dan berat setelah pengeringan, dan bahan-bahan yg dipergunakan yaitu Rumput Gajah, Rumput Raja, Feses Ayam dan Feses Sapi.

            Pada kegiatan praktikum analisis proksimat Dalam Penentuan Kadar Air,alat yang digunakan adalah: Oven listrik, Timbangan analitik, Cawan aluminium, Eksikator, Tang penjepit. Penentuan Kadar Abu: Cawan porselen 30 mL, Pembakar bunsen atau hot plate, Tanur listrik, Eksikator, Tang penjepit. Penentuan Kadar Protein Kasar. Peralatan yang dipergunakan: Labu Kjeldahl 300 mL, Satu set alat estilasi, Erlenmeyer 250 cc, Buret 50 cc skala 0,1 mL, Timbangan analitik Bahan ( zat kimia) : Asam Sulfat pekat, Asam Chorida ( yang sudah diketahui normalitasnya), Natrium Hydroxsida 40%, Katalis campuran (yang dibuat dari CuSO4.5H2O dan K2SO4 dengan perbandingan 1:5, Asam borax 5%,Indikator campuran (brom cresolgreen: Methyl merah = 4 : 5. sebanyak 0,9 gram campuran dilarutkan dalam alkohol 100 mL).
Penentuan Kadar Lemak Kasar. Alat : Satu set alat sokhlet, Kertas saring bebas lemak, Kapas dan biji hekter, Eksikator, Timbangan analitik. Bahan (zat kimia): Kloroform. Penentuan Kadar Serat Kasar. Alat : Gelas piala khusus 600 mL, Cawan porselen 30 mL, Corong Buchner diameter 4,5 cm, Satu set alat pompa vakum, Eksikator, Kertas saring bebas abu, Tanur listrik, Hot plate, Tang penjepit, Timbangan analitik. Bahan (zat kimia) : H2SO4 1,25 %, NaOH 1,25 %, Aseton, Aquades panas.
            Pada kegiatan praktikum formulasi ransum dan pencampuran ransum Materi yang digunakan pada praktikum ini yaitu Tabel Kebutuhan Ternak, Tabel komposisi bahan makanan ternak, Kalkulator, dan Alat-alat tulis.

3.3 Metoda
            Cara kerja yang dilakukan pada praktikum pertama adalah praktikan mengambil salah satu dari setiap bahan pakan dan alat tersebut kemudian digambarkan serta diberi keterangan fungsi dan kegunaannya. Jika bahan pakan hijauan dijelaskan serta diklasifikasikan dan termasuk bahan pakan termasuk sumbernya. Jika obat-obatan dan vitamin tidak digambarkan tetapi diberikan keterangan, kegunaan, cara pakai, kandungannya.


Cara kerja yang kedua atau pengenalan bahan pakan yang dilakukan oleh praktikan adalah praktikan mengambil salah satu dari setiap bahan pakan tersebut kemudian diamati, dijelaskan dan diklasifikasikan serta tambahkan  keterangan fungsi dan kegunaannya. Bahan pakan diklasifikasikan dan termasuk kedalam jenis bahan pakan yang tergolong apa-apa saja.
Cara kerja atau metode yang dilakukan oleh praktikan pada praktikum kali ini  tentang preparasi sampel yaitu praktikan menimbang bahan yang masih dalam keadaan segar dimana berat itu adalah berat awal bahan tersebut setelah ditimbang kemudian bahan di jemur hingga kadar air tidak ada kemudian ditimbang lagi dan dihitung berat akhir lalu hitung kembali kadar air dan kadar bahan kering. Ada pun cara lain yang dapat dilakukan seperti dilakukan berikut ini cawan perselen yang telah dicuci bersih, dikeringan didalam oven ± 1 jam dengan temperatur 1050C. kemudian didinginkan didalam eksikator sekitar 10-20 menit dan ditimbang, kemudian sampel sebanyak 0,5-1 gram dan dimasukkan dalam cawan porselen. Kemudian cawan dan sampel tersebut dikeringkan dalam  oven 1050C selama ± 12-16 jam, lalu cawan dan sampel dikeluarkan dari oven dan didinginkan dalam eksikator selama ± 10-20 menit sampai diperoleh berat yang tetap.
            Cara kerja yang dilakukan atau metoda yang dilakukan pada analisis proksimat tentang penentuan kadar air ini adalah cawan porselen yang telah dicuci bersih, dikeringkan dalam oven selama 1 jam dengan suhu 1050C, lalu dinginkan dalam eksikator selama 10-20 menit lalu timbang. Timbang sampel sebanyak 0,5-1 gram lalu masukkan kedalam cawan porselen,  cawan dan sampel dikeringkan dalam oven 1050C selama 12-16 jam. Setelah itu  cawan dan sampel dikeluarkan dari oven didinginkan dalam eksikator selama 10-20 menit sampai diperoleh berat yang stabil.
Cara  kerja dalam penentuan Kadar Abu adalah keringkan cawan porselen ke dalam oven selama 1 jam pada suhu 100°-105°C. Dinginkan dalam eksikator selama 15 menit dan timbang, catat sebagai A gram Masukkan sejumlah sampel kering oven 2-5 gram ke dalam cawan, catat sebagai B gram Panaskan dengan hot

plate atau pembakar bunsen sampai tidak berasap lagi, Masukkan ke dalam tanur listrik dengan temperatur 600-700°C, biarkan beberapa lama sampai bahan berubah menjadi abu putih betul. Lama pembakaran sekitar 3-6 jam, Dinginkan dalam eksikator kurang lebih 30 menit dan timbang dengan teliti, catat sebagai C gram, Hitung kadar abunya.
Penentuan Kadar Protein Kasar, untuk percobaan Dekstruksi Timbang contoh sampel kering oven sebanyak ± 1 gram ( catat sebagai A gram). Masukan ke dalam labu kjeldhal dengan hati-hati, dan tambahkan 6 gram katalis campuran. Tambah 20 mL Asam Sulfat pekat. Panaskan dalam nyala api kecil di lemari asam. Bila sudah tidak berbuih lagi destruksi diteruskan dengan nyala api yang besar. Destruksi sudah di anggap selesai bila larutan sudah berwarna hijau jernih.
dalam percobaan destilasi,cara kerja yang dilakukan adalah siapkan alat destilasi selengkapnya, pasang dengan hati-hati jangan lupa batu didih, vaselin dan tali pengaman, Pindahkan larutan hasil destruksi ke dalam labu didih, kemudian bilas dengan aquades sebanyak lebih kurang 50 mL. Pasangkan erlenmeyer yang telah diisi  asam  borax  5%  sebanyak  5 mL  untuk  menangkap  gas  amonia, dan telah
diberi indikator campuran sebanyak 2 tetes. Basakan larutan bahan dari destruksi dengan menambah 40-60 mL NaOH 40% melalui corong samping. Tutup kran corong segera setelah larutan tersebut masuk ke labu didih Nyalakan pemanas bonsen dan alirkan air ke dalam kran pendingin tegak. Lakukan destilasi sampai semua N dalam larutan dianggap telah tertangkap oleh asam borax yang ditandai dengan menyusutnya larutan dalam labu didih sebanyak 2/3 bagian (atau sekurang-kurangnya sudah tertampung dalam erlenmeyer sebanyak 15 mL. Pada percobaan titrasi cara kerjanya adalah erlenmeyer berisi sulingan tadi diambil (jangan lpa membilas bagian yang terendam dalam air sulingan). Kemudian titrasi dengan HCl yang sudah diketahui normalitasnya catat sebagai B, titik titrasi dicapai dengan ditandai perubahan warna hijau ke abu-abu. Catat jumlah larutan HCl yang terpakai sebagai C mL.
Cara kerja yang dilakukan pada saat penentuan Kadar Lemak Kasar adalah
Siapkan  kertas saring yang elah kering oven (gunakan kertas saring bebas lemak).
16
Buatlah selongsong penyaring yang dibuat dari kertas saring, timbang dan catat beratnya sebagai A gram. Masukkan sampel sekitar 2-5 gram dalam selongsong kemudian timbang dan catat beratnya sebagai B gram. Tutup dengan kapas kemudian dihekter, lalu timbang dan catat beratnya sebagai C gram. Berat sampel = (B-A) gram. Selongsong penyaring berisi sampel dimasukkan ke dalam alat soxhlet. Masukan pelarut lemak (Klorofom) sebanyak 100-200 mL ke dalam labu didihnya. Lakukan ekktarksi (yalakan pemanas hot plate dan alirkan air pada bagian kondensornya). Ekstrasi dilakukan selama lebih kurang 6 jam. Ambil selongsong yang berisi sampel yang telah diekstrasi dan keringkan di dalam oven selama 1 jam pada suhu 1050 . kemudian masukan ke dalam eksikator 15 menit dan kemudian timbang dan catat beratnya sebagai D gram. Kloroform yang terdapat dalam labu didih, didestilasi sehingga tertampung di penampungan sokhlet. Kloroform yang tertampung disimpan untuk digunakan kembali.
      Yang dilakukan dalam penentuan serat kasar yaitu keringkan kertas saring whatman no.41  dalam  oven  1050C  selama  1 jam dan timbang. Sapel ditimbang sebanyak 1 gram, lalu masukkan kedalam gelas piala, tambahkan 50 ml H2SO4 0,3 N dan didihkan selama 30 menit. Setelah dididihkan tambahkan dengan cepat 50 ml NaOH 1,5 N dan didihkan kembali selama 30 menit. Cairan disaring melalui kertas saring yang telah di ketahui beratnya didalam corong buchner yang telah dihubungkan dengan pompa vakum. Kertas saring yang berisi residu dicuci berturut-turut dengan 50 ml H2O panas, 50 ml H2SO4 0,3 N, 50 ml H2O panas dan aseton. Kertas saring berisi residu dimasukkan ke cawan dikeringkan kedalam oven 1050C sampai didapat berat yang konstan, dinginkan dalam eksikator dan timbang. Pijarkan sampel dalam cawan hingga tak berasap. Lalu masukkan ke dalam tanur 6000C selama 3-4 jam, setelah isi cawan berubah jadi abu, dinginkan dan ditimbang samp
            Cara kerja yang dilakukan dalam penentuan BETN yaitu dengan mengurangi total kandungan zat makanan dalam bahan pakan dengan persentase air, abu, protein kasar, lemak kasar dan serat kasar.

17
            Pada praktikum formulasi ransum yaitu tentukan jenis ransum yang akan disusun terlebih dahulu, lalu tentukan bahan pakan yang akan digunakan. Kemudian tentukan kandungan zat makanan masing-masing bahan pakan penyusun ransum terpilih pada tabel komposisi zat makanan bahan pakan. Tentukanlah jumlah ransum yang akan disusun dan perkirakan persentase penggunaan setiap bahan pakan dari jumlah total bahan pakan. Hitung kontribusi zat gizi (PK, Sk, LK, Energi Metabolisme, dan Lemak) dari masing-masing jenis bahan pakan. Bandingkan hasil perhitungan ransum yang dibuat dengan kebutuhan ternak yang bersangkutan.

Pada kegiatan praktikum mencampur ransum yang dilakukan yaitu kelompokkan bahan-bahan yang jumlahnya sedikit dan teksturnya halus (misalnya garam, premix, CaCO3) dan campurkan sampai rata, Jika menggunakan dedak dan minyak sawit, campurkan keduanya terlebih dahulu. Setelah itu tambahkan tepung ikan, bungkil kedele, jagung dan bahan lainnya. Campurkan semua bahan tersebut sampai rata dan homogen.



IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengenalan Alat, Pengenalan Bahan Pakan, dan Obat – Obatan.
Pengenalan alat :
1. Neraca atau timbangan digital
                Neraca atau timbangan digital biasanya digunakan untuk mengukur massa benda sebelum atau sesudah suatu aktivitas pengujian. Penggunaan alat ini digunakan untuk menentukan berat bahan sebelum dan atau sesudah sesuatu aktivitas pengujian dilakukan Berbagai jenis dan bentuk timbangan atau neraca yang dipergunakan dalam aktivitas pengujian.

2. Eksikator
Eksikaotr juga merupakan alat penting untuk kegiatan praktikum yang dilakukan dalam laboratorium digunakan untuk mendinginkan sampel biasanya sampel tersebut yang telah melalui proses pemanasan atau pengurangan kadar air didalam oven lalu setelah itu didinginkan dengan menggunakan alat ini dengan waktu sekitar 10-20 menit proses pendinginan.

3. Cawan Porselin.
            Cawan atau sebagai wadah yang berbentuk seperti cangkir dengan penutup lengkap biasanya dipergunakan untuk tempat zat-zat ataupun bahan-bahan yang digunakan untuk praktikum baik itu untuk tempat perlakuan pemanasan atau tempat pereaksi bahan-bahan yg terdapat didalamnya selama proses berlangsung.

4. Oven
            Oven biasanya digunakan ibu-ibu untuk membuat kue, akan tetapi dalam kegiatan praktikum yang dilakukan dilaboratorium dimana dipergunakan untuk membuat bahan kering suatu bahan sampel yang diperlukan pada kegiatan praktikum berlangsung atau untuk menurunkan kadar air yang ada pada bahan pakan (segar) biasanya digunakan dengan suhu 1050C dgn waktu  bervariasi.
19
5. Tanur
Proses kegiatan pengurangan kadar air dilakukan didalam oven, dan pendinginan didalam eksikator, sedangkan tanur digunakan sebagai alat membuat abu, alat ini disebut alat pemanas (500-6000C) tetapi sebelum bahan dimasukkan kedalam tanur biasanya bahan yang diperguankan harus dipijarkan terlebih dahulu agar sewaktu didalam tanur tidak terjadi pengepulan asap tebal yang dapat mengganggu proses pengabuan dan merusak alat tersebut.

6. Peralatan Gelas
            Peralatan-peralatan gelas terdiri dari bermacam-macam seperti contoh gelas ukur, gelas piala, beker glas, labu ukur, labu erlenmeyer, labu destilasi, labu destruksi, dan berbagai macam lainnya yang fungsinya tidak jauh berbeda satu sama lain yaitu untuk mengukur takaran benda cair, sebagai tempat untuk proses pemindahan zat-zat dan lain-lain.

7. Peralatan Penyaring
Penyaringan adalah proses pembersihan suatu zat-zat cair dari kotoran atau campuran zat atau benda kasar terdapat didalamnya biasanya penyaring tersebut berupa kertas saring, kertas saring juga bermacam-macam ada kertas saring yang terdapat kandungan lemaknya, ada juga kertas saring bebas lemak untuk  menyaring  larutan agar terbebas dari lemak, dan macam-macam bentuk namun yang paling sering ditemui yaitu berbentuk bulat, tipis dan berwarna putih.

8. Penjepit
            Alat yang paling sering diperguanakan untuk mengambil benda seperti tabung reaksi, zat atau bahan yang telah ditimbang dan kertas saring yang telah ditimbang, tidak boleh diambil menggunakan tangan langsung, karena dapat mempengaruhi berat timbangan yang telah ditimbang untuk proses perlakuan berikutnya.


9. Buret
            Buret juga alat penunjag praktikum yang sangat penting kedunaanya yang sering dilakukan sehingga membuat alat ini juga selalu harus ada didalam laboratorium biasanya digunakan sebagai alat pentitrasi untuk mengetahui jumlah Nitrogen yang terdapat dalam zat atau bahan pakan.

10. Alat Soket
            Alat soklet juga sangat diperlukan, dngan berbagai proses alat ini sangat berpengaruh biasanya dipergunakan untuk destilasi larutan yang akan diperguanakan dalam kegiatan praktikum yang sedang berlangsung.

Pengenalan bahan pakan :
Hijauan pakanan ternak  merupakan tumbuh – tumbuhan yang sengaja maupun yang tumbuh liar yang dapat berfungsi sebagai pakan ternak, dimana hijauan tersebut tidak berracun. Bahan pakan adalah suatu bahan makanan yang protein, lemak, vitamin, mineral dan karbohidrat yang disusun menjadi satu pakanan ternak. Menurut pendapat ahli menyatakan bahan pakan untuk ternak adalah segala sesuatu yang diberikan kepada ternak, baik berupa bahan organik maupun anorganik yang sebagian atau seluruhnya dapat dicerna tanpa mengganggu kesehatan ternak yang mengandung karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral-mineral esensial. Selenium adalah salah satu contoh mineral yang baik untuk ternak. (Trihartanti, 2005). Klasifikasi bahan pakan adalah:

Jenis jenis bahan pakan:
1. Jagung (Zea mays)
Klasifikasi
Kingdom         : Tracheobionta                       Subkelas          : Commelinidae
Super divisi     : Spermatophyta                      Ordo                : Poales
Divisi               : Magnoliophyta                      Famili              : Poaceae
Kelas               : Liliopsida       Genus : Zea  Spesies              : Zea mays
21
            Jagung  memiliki  ciri-ciri  sebagai   berikut :  berakar   serabut,   tergolong
graminae, batang beruas-ruas, bentuk daun panjang dan melengkung, memiliki pelepah daun, memiliki buah diantara pelepah daun, pucuk daun berstruktur lemah dan bentuknya menggulung, termasuk monocotylodenae.
Protein kasar Lemak kasar Serat kasar adalah sebagai berikut :Protein kasar 8.6%, Lemak kasar 3,8%, dan Serat kasar 2,5%. Kualitas protein terdiri dari lisin + tryptofan. Kandungan nutrisi Jagung: Karbohidrat 70%, Protein 10%, Air 11% (Lebih kuning jagung semakin baik nutrisinya). Dedak / Katul: Karbohidrat  37%, Protein  8–11%, Serat kasar 11–48%. Selain itu, jagung juga mengandung xantofil + karoten, riboflavin (B2), thiamin (B1), dan asam pantotenat      

2. Lamtoro atau Petai Cina (Leuchaena leuchocepala)
Klasifikasi
Divisio
            : Spermatophyta          Ordo                : Mimosaceae
Sub divisio
     : Angiospermae           Familia            : Leucaena
Class
               : Dicotyledone                        Species            : Leuchaena leuchocepala
Genus
             : Rosales

      Ciri-ciri : berakar tunggang, tergolong dalam leguminosa, bentuk batangnya bercabang, termasuk tanaman berbiji satu atau monocotyl.
          Kandungan dalam petai cina hampir sama dengan kacang tanah karena termasuk jenis leguminosa. tetapi perbedaannya terlihat dari bentuk morfologinya yaitu daunnya lebih kecil dari kacang tanah, batang lebih besar,memiliki akar dan warnanya hijau. (Handoko, 1999) menyatakan semua zat yang terdapat dalam bagian tubuh seperti daun, bunga, buah lamtoro adalah zat protein yang berkisar antara 30 – 40 %, zat lemak 6,13 %, sedangkan kadar salah satu jenis alkoid yaitu memosin hanya 2,80 %.



22
3. Rumput gajah (Pennisetum purpureum)
Klasifikasi
Kingdom         : Plantae
                                  Sub Kelas        : Commelinidae
Subkingdom    : Tracheobionta                       Ordo                : Poales
Super Divisi    : Spermatophyta                      Famili              : Poaceae
Divisi               : Magnoliophyta                      Genus              : Pennisetum
Kelas               : Liliopsida                  Spesies            : Pennisetum purpureum
Ciri – ciri : berakar serabut, tergolong dalam graminae, batangnya beruas-ruas, daunnya panjang dan melengkung, pada permukaan daun terdapat bulu-bulu.
          Rumput gajah merupakan tumbuhan yang memerlukan hari dengan waktu siang yang pendek, dengan fotoperiode kritis antara 13-12 jam. Pendapat ahli yang menyatakan bahwa rumput gajah merupakan hijauan pakan sumber energi, memiliki batang yangkadar serat lebih rendah sehingga dapat dipotong pada tingkat pertumbuhan yang lebih menggunakan potongan batang atau potongan rumput. Rumput gajah ini banyak juga di jumpai di persawahan. Tingginya bisa mencapai 5 m, batangnya keras, daun panjang, dan dapat berbunga. Kandungan rumput gajah terdiri dari 19,9% (BK) Bahan Kering, 10,2% (PK) Protein Kasar, 1,6% Lemak, 11,7% Abu, 34,2% (SK) Serat Kasar, dan 42,3% (BETN) Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen. (Cahyono, 2002)
          Keunggulan dari rumput ini adalah dapat tumbuh baik di daerah pegunungan, disukai ternak,dapat tumbuh pada struktur tanah sedang sampai berat dengan kemampuan menahan air yang tinggi ,agak toleran terhadap tanah yang asam dan alkalis,tahan lindung sedang, tahan kering dan berproduksi tinggi dapat mencapai 150-200 ton/ha/thn.

4. Rumput setaria (Setaria anceps)
Klasifikasi
Kingdom         : Plantae                                  Ordo                : Poaceae
Divisi               : Magnoliophyta                      Genus              : Setaria
Class                : Liliopsida                              Spesies            : Setaria anceps.
23
Ciri-cirinya yaitu tumbuh dalam bentuk rumpun, berdaun banyak dan berwarna hijau, batang tidak terlihat karena tertutup oleh daun, bentuk daun memanjang seperti pita. Rumput ini merupakan rumput potong atau gembala di daerah dataran tinggi,termasuk tanaman yang tahan kering dan teduh, berdaun lunak dan disukai ternak. Sering juga disebut sebagai rumput setaria lampung. Rumput setaria bersifat perennial, tumbuh tegak, berumpun lebat, tinggi dapat mencapai 2 m, berdaun halus dan lebar berwarna hijau gelap, berbatang lunak dengan warna merah keungu-unguan, bunga tersusuri dalam tandan coklat keemasan, pangkal batang pipih, dan pelepah daun pada pangkal batang tersusun seperti kipas.

5. Rumput raja (Pennisetum purphopoides)
Klasifikasi:
Divisi      : Spermatophyta                   Famili      : Graminaceae
Class       : Monocotyledonae              Genus      : Pennisetum
Ordo       : Graminales                         Spesies    : Pennisetum purphopoides

          Ciri-ciri rumput ini berakar serabut, batang tegap bercabang-cabang dan mempunyai ruas-ruas buku, termasuk graminae, bentuk daun panjang dan melengkung, memiliki pelepah daun. Rumput raja atau King grass (Pennisetum purpuroides) adalah jenis rumput baru yang merupakan hasil persilangan antara Pennisetum purpureum (rumput gajah) dengan Pennisetum typoides. Rumput ini merupakan sumber energi yang paling banyak mengandung serat kasar. bentuk morfologinya mempunyai batang. akar, daun yang menjulur paniang lebih kec dibanding rumput gajah dan mempunyai bulu halus.

6. Kacang Tanah (Arachis hypogea)
Klasifikasi
Kingdom         : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom    : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
24
Kelas               : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Ordo                : Fabales
Famili              : Fabaceae (suku polong-polongan)
Genus              : Arachis
Spesies            : Arachis hypogaea L.S

         Ciri-cirinya yaitu berakar tunggang dan memiliki bintil akar, tergolong dalam leguminosa, batang bercabang dan mempunyai ruas yang dilapisi daun daun muda, daunnya berbentuk spiral dan pada satu tangkai terdapat 3-5 buah daun, memiliki biji dibawah/bersama akar dan bunga berwarna kuning muda.
Kacang tanah Merupakan sumber protein nabati dan dapat dijadikan bungkil kacang tanah yang memilki kandungan nutrisi sebagai berikut: Protein kasar 47%, lemak kasar 1%,  dan serat kasar 14%.

7. Rumput Benggala (Panicum maximum)
Klasifikasi
Divisio    : Spermatophyta                               Famili  : Graminaeae
Class       : Monocotyledonae                          Genus  : Penicum
Ordo       : Graminales                                     Spesies : Penicum maximum

         Ciri-ciri seperti rumput raja,berdaun panjang dan batang beruas-ruas. Termasuk tanaman rumput berumur panjang, tumbuh tegak, batang seperti padi,mencapai tinggi 2m-2,5m, warna hijau tua, berdaun lebar, bagian tepi kasar tetapi lunak dengan lidah daun yang kuat,dan memiliki akar yang dalam.

8. Legum stylo  (Stylosantes humilis)
Klasifikasi
Kingdom         : Plantae                      Class                : Dycotiledonae
Divisi               : Spermatophyta          Genus              : Stylosantes
Subdivisi         : Angiospermae           Spesies            : Stylosantes humilis
25


         Ciri-ciri berdaun hijau kecil batang menjalar dan keras akar tunggang, tergolong dalam leguminosa, bentuk batang bercabang dan strukturnya keras dan terdapat pembungkus batang, berdaun tiga dan memiliki tangkai daun, memiliki bunga berwarna kuning.

9. Daun cabe-cabean
Kandung nutrisi didalam daun cabe-cabe adalah karbohidrat dan merupakan sumber energi. Ciri-cirinya berakar serabut, termasuk graminae, bentuk batang bercabang dan halus dan memilki batasan-batasan pada batang pada ujung batang lebih banyak kelompok daun, mencapai 4-8 buah memiliki tangkai daun dan berbentuk bulat hati.

10. Rumput mutiara
ciri-cirinya yaitu berakar tunggang, termasuk leguminosa, memiliki batang bercabang dan strukturnya keras, pada kelompok daun terdapat 2 buah daun diantara mahkota daun muda.

11. Daun Turi (Putri Malu)
Ciri-cirinya yaitu tumbuh di daerah tropis,bentuk daun dari tanaman ini adalah kecil dan jumlahnya banyak,batangnya bercabang dan sedikit keras,serta akarnya berbentuk serabut,tanaman ini sensitif terhadap sentuhan.

Obat-obatan dan Vitamin:
Aditif adalah bahan pakan tambahan yang diberikan pada ternak dengan tujuan untuk meningkatkan produktifitas ternak maupun kualitas produksi. Menurut pendapat ahli ada 3 jenis pakan aditif yakni, aditif bahan konsentrat, aditif bahan suplemen dan aditif bahan premix. Pakan aditif adalah bahan pakan tambahan   yang   diberikan   pada   ternak   dengan   tujuan   untuk meningkatkan
26
produktifitas ternak maupun kualitas produksi. Selain itu adalah pakan tambahan yang umum digunakan dalam meramu pakan ternak. (Ardinawati, 2001)
Gizi isi dari pakan ternak bukan hanya dipengaruhi oleh kandungan nutrisi tetapi juga oleh banyak aspek lain seperti, presentasi pakan, kebersihan, kecernaan, dan efek pada kesehatan usus untuk beberapa nama. Bahkan dengan semua manfaat pakan sebagian besar diet hewan ternak masih terdiri dari jagung, gandum dan bungkil kedelai karena biaya pakan kualitas Dalam beberapa kasus, jika hewan tidak memiliki beberapa jenis pakan dalam diet yang tidak dapat tumbuh dengan baik.
                  
Table Obat Hewan Ternak
   Nama obat: coxy
    Kegunaan: koksidiosis
    Bentuk dan Warna: Serbuk warna coklat muda
    Cara pemakaian
    Pengobatan:
-          5 gr setiap 1 liter air minum atau 5 sendok plastik putih rata terlampir tiap 1 liter air minum, pemberian secara 3-2-3, yaitu 3  hari denga obat, 2 hari air minum biasa, lalu 3 hari berikutnya dengan obat. Cara ini diteruskan sampai gejala penyakit hilang
   
    Kandungan: tiap kg mengandung  sodiumsulfatnoquinoxaline 82,5 kg
    Produsen: Medion

Nama obat: Tetra-Chlor
    Kegunaan: 1. Korisa(pilek, muka bengkak)
                      2. Kolera (Berak Hijau)
                      3. CDR (Batuk, Ngorok)
                      4. Pullorum (Berak putih)
    Bentuk dan Warna: kapsul dan berwarna merah
    Cara pemakaian:
-          Ayam umur sampai 4 minggu: 1x1/2 kapsul per hari
-          Ayam umur 4- 8 minggu        : 2x1/2 kapsul per hari
-          Ayam umur lebih dari 8 minggu: 2x1/2 kapsul per hari.

    Kandungan bahan: tiap kapsul mengandung tetrecyline HCL 50 mg, 
                                   eritrhomycin base 10 mg, VIT B1, VIT B2, VIT B6, VIT
                                   B12, Sodium sulfate
    Produsen: Medion

27
   Nama obat: Doxyvet
    Kegunaan: CDR (Ngorok)
    Bentuk dan Warna: Bubuk, warna kuning
    Cara pemakaian : 2gr tiap liter air minu diberikan selama 3 hari berturut-turut
    Kandungan Bahan: setiap kg mengandung  doxycyline HCL 25 gr
    Produsen: Medion


Nama obat: Therapy
   Kegunaan :1.kolera
                     2. CDR
                     3.Pullorum (Berak kapur, Kedinginan)
                     4.Synovitis (radang persendian)
                     5.Kalbsidiosis
                     6.Korisa (pilek, muka bengkak)
   Bentuk dan Warna: serbuk warna coklat gelap
  Cara pemakaian:
   Pencegahan:
   -  untuk mencegah penyakit pada waktu stress 1gr tiap 2 liter  air minum 
      /  5 sendok plastik putih rata terlampir tiap liter air  minum  diberi  
      selama 2-3 hari berturut-turut.
   -  untuk pencegahan terhadap adanya wabah: 1 gr tiap 2 liter air minum atau
      5 sendok plastik putih rata terlampir tiap 4 liter air minum diberi selama 5-
      7  hari berturut-turut.
  Pengobatan :
-    1 gr tiap 1 liter air minum atau 5 sendok plastik putih rata terlampir tiap 2 liter air minum diberi selama 5-7 hari berturut-turut.

  Kandungan bahan : VIT A, K, Amprolium, oxytetracycline HCL
  Produsen : medion

Sumber Vitamin
No
Nama Vitamin
Bentuk Fisik
Warna
Rasa
Bau
1
Vita Stress
Serbuk
Kuning
-
Menyengat
2
Egg stimulant
serabut
Orange
-
Menyengat
3
Turbo
Kental
Hitam
-
Asam
5
Vita Chicks
Halus
hitam
-
Asam
2
Neobro
serabut
Coklat tua
-
Menyengat

28
1. Vita Stress
Indikasi: menambah daya tahan tubuh dan mencegah stress pada waktu sebelum dan sesudah vaksinasi, setelah potong paruh, pindah kandang, penggantian ransum pada waktu iklim yang burk dan pada masa rontok bulu. Mencegah kekurangan vitamin pada ayam terutama pada jika terdapat gangguan pertumbuhan bulu. Memperbaiki pemulihan, kesehatan, setelah sakit dan sesudah pengobatan dengan obat- obatan antibiotika.      

2. Egg stimulant
         Indikasi : mempercepat terjadinya produksi telur yang meksimal, mencegah kemerosotan produksi telur sewaktu ayam tersserang penyakit stress karena vaksinasi, perubahan cuaca dan pemindahan kandang.

3. Turbo
          Indikasi : meningkatkan dan memperpanjang produksi telur, menambah kesuburan, mencegah penyakit yang disebabkan oleh kekurangan vitamin, dan mencegah stress. Komposisinya terdiri: vitamin (A, D, E, K, B1, B2, B6, B12, C ), Metionin, Folic acid, Calcium-D-pentatonat, dan nicotinamid.

4. Vita Chicks
Indikasi: mempercepat pertumbuhan, mencegah kekurangan vitamin, mengatasi stress, dan mengurangi angka kematian pada anak ayam.Komposisi: bacitracin, vitamin A, Vitamin D3, Vitamin E, Vitamin E, Vitamin K3, Vitamin B2, Vitamin B1, Vitamin B12

5. Neobro
Indikasi: merangsang pertumbuhan ayam pedaging, melengkapi segala kebuthan vitamin dan asam amino, meningkatkan efisiensi ransum, mencegah stress dan daya tahan tubuh meningkat.Komposisinya antaralain: metionin, lisin, sodium sulfat, vitamin (vitamin: A, D3, E, K3, B1, B6, B12, C), Ca-d-pantotenat, nicotinamid, zinc, manganese, magnesium, copper, cobalt.

29
4.2 Pengenalan Bahan Pakan
Bahan pakan adalah suatu bahan makanan yang protein,lemak,vitamin, minerak dan karbohidrat yang disusun menjadi satu pakanan ternak yang dapat dimakan oleh ternak dan sifatnya tidak  memberikan efek negatif pada ternak itu sendiri atau tidak bersifat toksik pada ternak. Menurut pendapat ahli menyatakan bahan pakan untuk ternak adalah segala sesuatu yang diberikan kepada ternak, baik berupa bahan organik maupun anorganik yang sebagian atau seluruhnya dapat dicerna tanpa mengganggu kesehatan ternak yang mengandung karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral-mineral esensial. Selenium adalah salah satu contoh mineral yang baik untuk ternak. (Budiono, 2005).
Klasifikasi pakan dapat dibedakan antara lain: Bahan pakan asal hewan seperti: tepung daging, tepung tulang, tepung darah, tepung susu, tepung telur. Bahan Pakan asal ikan tepung ikan, tepung kepala udang. Bahan pakan asal tanaman: pakan hijauan pakan ini dikenal pula dengan hijauan makanan ternak seperti: leguminosa misalnya kedelai, kacang tanah. Menurut bentuk fisik dibedakan menjadi: Bentuk Tepung yaitu tepung ikan, tepung kedelai, tepung tulang, tepung darah, Bentuk butiran antara lain: jagung dan  pakan ini biasanya disukai oleh ternak unggas dan  yang terakhir adalah bentuk cair misalnya minyak ikan dan minyak kedelai, tapi pada praktikum kali ini bahan pakan yang dipraktikumkan atau yang diamati tidak ada yang berbentuk cair.
Menurut Kelazimannya: Bahan pakan konvensional adalah bahan pakan yang lazim dipakai unuk menyusun ransum, bahan pakan ini dapat berasala dari tanaman ataupun hewan, ikan, dan hasil sampingan industri pertanian contohnya rumput-rumputan. Bahan pakan inkonvensional adalah bahan pakan yang tidak atau belum lazim dipakai untuk menyusun ransum. Bahan pakan ini bisa berasal dari industri kimia, pertanian maupun hasil fermentasi.
 Makanan yang mengandung sumber Energi yaitu pakan yang berasal dari biji-bijian, akar-akaran, umbi-umbian, dan buah-buahan.
Makanan sumber Protein yaitu bisa berasal dari protein hewani (tepung ikan)   maupun  protein  nabati  (tepung  daun).   Makanan  sumber  mineral  yaitu
30
tepung tulang dan kapur. Makanan sumber vitamin yaitu makanan yang berasal dari buah-buahan. Makanan additive yaitu bahan makanan yang diambahkan kedalam ransum dalam jumlah yang sedikit dengan tujuan tetentu, seperti: Antibiotik, bahan pewarna, dan hormon.
Menurut Sumber zat gizinya di bedakan atas: Serat Kasar rendah, Protein Kasar rendah antara lain: Jagung, molases atau bagass tebu.  Carbonacleus roughages kandungan energi rendah, Serat Kasar tinggi, protein kasar rendah. Proteinacleus concentrates kandungan pakan dengan energi rendah, Serat Kasar rendah, Protein Kasar tinggi antara lain: Bungkil,  kacang kacangan, kedelai, kapas, tepung daging, dan urea. Proteinacleus roughages bahan pakan dengan kandungan energi rendah, Serat kasar cukup, Protein kasar cukup, kalsium tinggi, Contohnya: Hijauan leguminosa, hijauan kering. Bahan aditif adalah  Bahan pakan yang ditambahkan kedalam ransum dalam jumlah yang sedikit Contonya :Virtamin, mineral, antibiotik, hormon, obat pewarna.

- Pakan Sumber Protein
1. Protein Hewani
No
Bahan Pakan
Bentuk Fisik
Tekstur
Warna
Bau
1
Tepung ikan
Berbentuk tepung
Halus dan sebagian ada yang masih kasar
Hitam  kecoklatan
Ikan

Tepung ikan ini banyak manfaatnya, karena kandungan proteinya yang cukup tinggi dan juga kandungan zat nutrien lainnya, dimana kandungan protein dari tepung ikan ini adalah lebih dari 20%, sedangkan kandungan karbohidratnya kurang dari 18%, dan bahan makanan yang kandungan proteinnya lebih dari 20% dan karbohidratnya kurang dari 18%, maka bahan pakan ini dimasukkan ke dalam bahan pakan sumber protein.
Menurut pendapat Karina, 2003. Fungsi dari protein adalah sumber energi, suber gula darah, sumber glikogen, sumber bagian-bagian kerangka karbon untuk
31
sintesis protein, dan sumber gula air susu bagi ternak dan Kertanegara,1999, Molekul protein adalah sebuah polimer-polimer dari asam-asam amino yang digabungkan dengan ikatan-ikatan peptida hal ini sesuai dengan kenyataanya.
Tampak jelas diketahui bahwa tepung ini berasal dari ikan. Manfaat utama dari tepung ikan ini bagi ternak adalah untuk membantu pertumbuhan dan perkembanagan ternak dan juga dapat memacu peningkatan nafsu makan ternak, tepung tulang ini diperoleh dari hasil sis pembuangan atau dari limbah pembuanagan perikanan dan juga sisa sisa pembuangan dari hasil pemasaran ikan ikan, dimana sisa sisa ikan ini dikumpulkan kemudian digiling sampai halus atau sampai berbentuk  tepung.

2. Protein nabati
No
Bahan pakan
Bentuk fisik
tekstur
warna
Bau
1
Ampas tahu
Berbentuk tepung
Halus
Putih
Ubi kayu atau normal
2
Tepung  kedelai
Berbentuk tepung
Halus
Putih
Berbau kacang kedelai atau normal
3
Bungkil  kedelai 
Berbentuk butitan
Campuran ada yang halus dan yang kasar
Putih campur kuning
Kacang kedelai








Bahan pakan diatas dimasukkan ke dalam bahan pakan protein hewani karena bahan pakan ini kaya akan protein.Dikatakan ampas tahu, karena bahan pakan ini terbuat atau berasal dari sisa sisa pembuatan tahu. Kegunaanya cukup besar karena di dalam ampas tahu ini masih banyak tertinggal protein yang bisa membantu  mencukupi  kebutuhan  protein untuk pertumbuhan dan perkembangan
ternak.hal ini tidak jauh beda manfaatnya dari tepung kedelai dan bungkil  kedelai karena ketiga bahan pakan ini berasal dari kacang kedelai,   yang membedakannya
adalah jumlah kandungan nutrien yang dimiliki masing masing bahan pakan, dimana
32
 kndungan protein dari tepung kedelai lebih banyak.
Hal ini berrealsi dengan prinsip Liliana,2000, Fungsi-fungsi protein dan asam-asam nukleat dalam tubuh yaitu membangun dan menjaga protein jaringan dan organ tubuh, menyediakan asam-asam amino makanan dan Lora,2001, Fungsi protein lain yaitu untuk menyediakan sumber gula darah, sumber beberapa hormon dalam tubuh, menyediakan komponen tertentu dari DNA, menyediakan komponen tertentu dari RNA, dan menyediakan komponen tertentu dari ATP.

- Pakan Sumber Energi

A.Berbentuk Biji-bijian atau Butiran

No
Bahan pakan
Bentuk  fisik
Ukuran(mm)
Berat
Warna
Bau
1
Jagung
Berbentuk butiran
10 mm
500 gr
Kuning keputihan
Berbau jagung atau normal
2
 Bungkil inti sawit
Butiran
5 mm
500 gr
Hitam bercampur coklat
Berbau tengik / khas

            Bahan pakan yang termasuk kedalam pakan sumber energi, jika bahan pakan tersebut mempunyai kandungan karbohidrat yang tinggi, < 20%. Jagung mempunyai kandungan karbohidrat yang cukup tinggi yaitu sekitar 60% - 80% dan sisanya adalah ada protein dan kandungan nutrien lainnya. Sama dengan bungkil inti kelapa sawit, jika bahan pakan ini dianalisis dan diamati, kandungan bahan pakan ini cukup tinggi begitu pula terhadap lemaknya.
Jagung  memiliki  ciri-ciri  sebagai   berikut :  berakar   serabut,   tergolong graminae,  batang  beruas-ruas,  bentuk  daun  panjang dan melengkung, memiliki
pelepah daun, memiliki buah diantara pelepah daun, pucuk daun berstruktur lemah dan bentuknya menggulung, termasuk monocotylodenae.
33
Protein kasar Lemak kasar Serat kasar adalah sebagai berikut :Protein kasar 8.6%, Lemak kasar 3,8%, dan Serat kasar 2,5%. Kualitas protein terdiri dari lisin + tryptofan. Kandungan nutrisi Jagung: Karbohidrat 70%, Protein 10%, Air 11% (Lebih kuning jagung semakin baik nutrisinya). Dedak / Katul: Karbohidrat  37%, Protein  8–11%, Serat kasar 11–48%. Selain itu, jagung juga mengandung xantofil + karoten, riboflavin (B2), thiamin (B1), dan asam pantotenat.

B. Berbentuk Tepung

No
Bahan pakan
Bentuk fisik
Warna
Bau
1
Tepung pati
Berbentuk tepung dan sangat halus
Putih
Berbau ubi kayu atau normal
2
Dedak
Berbentuk serbuk
Merah muda
Beras atau debu beras

            Bahan pakan ini sangat besar manfaatnya bagi ternak, karena sebagian besar bahan pakan ini, khususnya digunakan sebagai bahan pakan tambahan untuk
ternak ruminansia besar maupun ternak non ruminansia, seperti ternak babi, bahan pakan ini juga digunakan sebagai feed aditif  bagi ternak unggas. Pakan dedak berasal dari hasil penggilingan padi, dimana dedak ini campuran dari sekam halus dan kulit ari dari beras.

- Sumber Mineral.

No
Bahan pakan
Bentuk fisik
Warna
Bau
1
Tepung tulang
Berbentuk tepung halus
Putih
Normal
2
Tepung kulit kerang
Halus dan  keras
Warnanya adalah warna  putih
Normal

34
            Bahan pakan diatas dikatakan bahan pakan sumber mineral karena bahan pakan tersebut kaya akan kandungan  zat mineral dan manfaatnya cukup besar, khusunya untuk membantu  memperkuat persendian tulang bagi ternak.dan bahan pakan ini dinamakan tepung kulit kerang, karena berasal dari kulit kerang dan dikatkan tepung tulang, karena asalnya dari tulang.
Menurut Nelly,2005, Saat ini lebih dari 60 unsur mineral yang diketahui, yang terdiri dari mineral makro dan mineral mikro dalam bahan makanan dan jaringan tubuh. dan menurut pandngan Renova,2007, Apabila produksi tidak normal berarti terjadi ketidakseibangan energi dan protein, kalau protein dan energi sudah seimbang namun produksi juga tidak normal maka kemungkinan besar terjadi desiensi, kelebihan atau ketidakseimbangan mineral. Sementara Sartika,2001, Unsur-unsur yang membentuk bagian dari abu yang telah mengalami pembebasan dari komponen organik, itulah yang kita sebut dengan sebagai mineral, abu atau unsur-unsur organik. Lalu Urmadi,2006, menyatakan demikian beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan mineral yaitu antaralain: jenis dan level produksi,   Bentuk ikatan kimia dan  Bangsa ternak.
- Pakan Asal Limbah Pertanian / Agroindustri.
No
Nama limbah
Asal limbah
Bentuk fisik
Warna
Bau
1
Tongkol jagung
Dari jagung
Panjang dan berbentuk silinder
Coklat muda
Normal
2
Klobot
Daun pembungkus biji jagung
Lebar lebar dan kering
Coklat
Normal  sebagaimna mestinya
3
Menir
Padi
Berbentuk ikatan
Kuning kecoklatan
Seperti bisa sebagaimana bau normalnya
4
Kulit pisang
Dari pisang
Lebar dan panjang sesuai dengan bentuk dan jenis pisang itu sendiri
Ada yang berwarna kuning jika sudah masak dan ada hijau jika masih mengkal
Baunya normal sebagaimana bau pisang
5
Sekam
Dari hasil panen, seperti padi
Berbentuk rumput dan kering
Sesuai dengan jenis sekam
Sesuai degan jenis sekam itu sendiri
6
Pelepah sawit
Dari pohon sawit
Berbentuk batangan
Hijau, coklat sesuai umur pelepah
Sesuai umur pelepah
7
Bagass tebu
Tebu
Serat
Putih kekuningan
Berbau air tebu / gula

36
            Dimana bahan pakan yang berasal dari limbah pertanian atau agroindustri harus diolah atau diproses terlebih dahulu dengan ramuan-ramuan pakan lain baik itu dari sumber vitamin, sumber mineral, sumber protein, sumber karbohidrat, sumber lemak dan kandungan-kandungan nutrisi lainnya.

- Bahan Pemalsu Makanan.

No
Bahan pakan
Bentuk fisik
Sumber
Warna
1
Serbuk batu bata
Serbuk halus
Batu bata
Merah
2
Batu kapur
Berbentuk serbuk
Batu kapur
Putih

Bahan pakan pemalsu makanan biasnya digunakan untuk menarik perhatian ternak yang dipelihara saat ingin makan, dimana biasnya ternak lebih tertarik pada warna yang lebih cerak, khusunya untuk ternak unggas.

4.3 Preparasi Sampel
Dalam pengambilan sampel suatu bahan harus dilakukan secara benar agar diperoleh sampel yang benar-benar representatif, yang mampu menggambarkan keadaan bahan yang diambil sampelnya secara tepat. Untuk tujuan tersebut maka dalam pengambilan sampel perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :

a.      Homogenitas Sampel
Salah satu faktor yang menentukan tingkat representatif sampel yang diambil adalah homogenitas bahan yang akan diambil sampelnya. Efek ukuran dan berat partikel sangat berpengaruh terhadap homogenitas bahan, dimana bagian yang berukuran dan berat lebih besar kemungkinan akan berpisah dengan bagian yang lebih kecil dan ringan (SEGREGRASI). Pada hijauan di suatu lahan, kualitas hijauan pada tiap-tiap bagian lahan, kemungkinan mempunyai kualitas yang berbeda karena adanya kemungkinan perbedaan kesuburan tanah pada lahan tersebut.  Oleh  karena  itu  agar  diperoleh  sampel harus dilakukan pada beberapa
37
 bagian lahan secara acak, sehingga data yang diperoleh memberikan informasi yang benar terhadap kualitas bahan tersebut.

b.      Cara Mengambil Sampel
Cara pengabilan sampel dilakukan dengan dua cara yaitu secara ASELEKTIF dan SELEKTIF. ASELEKTIF artinya cara pengambilan sampel yang dilakukan secara acak dari keseluruhan bahan tanpa memperhatikan atau memisahkan bagian-bagian daribahan tersebut. Misalnya dalam pengambilan sampel pada rumput gajah, sampel kita ambil dari seluruh bagian rumput gajah tersebut baik bagian daun maupun bagian batang, kemudian dipotong-potong dan dicampur secara merata agar diperoleh bahan yang benar-benar homogen, sehingga sampel yang diambil benar-benar representatif.
SELEKTIF artinya cara pengambilan sampel yang dilakukan secara acak dari bagian-bagian tertentu suatu bahan. Misalnya dalam pengambilan sampel bagian batang dan bagian daun rumput gajah, maka sebelum diambil sampelnya bagian-bagian tersebut harus dipisahkan terlebih dahulu antara batang dan daunnya, baru diambillah sampelnya.

c.       Jumlah sampel
            Jumlah sampel yang diambil akan sangat berpengaruh terhadap tingkat representatif sampel yang diambil. Jumlah sampel yang diambil tergantung pada kebutuhan untuk evaluasi dan jumlah bahan yang diambil sampelnya. Sebagai pedoman jumlah sampel yang diambil adalah 10% dari jumlah bahan. Pada bahan yang berjumlah banyak misalnya lebih dari 100 kg, sampel diambil sebanyak 10% dari jumlah tersebut secara acak, kemudian sampel diambil lagi sebanyak 10% dari sampel yang terambil tersebut.

d.      Penanganan sampel
Sampel yang telah diambil harus segera diamankan agar tidak rusak atau berubah sehingga mempunyai sifat yang berbeda dengan bahan dari mana sampel tersebut diambil. Misalnya terjadi penguapan air, pembusukan atau tumbuhnya jamur,  ketengikan  dan  lain-lain.  Sampel  yang  diperoleh  dari  kadar  air rendah
38
(kurang dari 15%), kemungkinan terjadi kerusakan sampel sangat kecil sekali. Sehingga sampel dapat langsung dimasukkan kedalam kantong plastik dan dibawa ke laboratorium untuk dianalisis. Sedang sampel yang diperoleh dari bahan segar misalnya hijauan atau silase, maka kemungkinan terjadi penguapan besar sekali. Jika lokasi pengambilan sampel jauh dari laboratorium maka sampel yang telah diambil segera ditimbang, dikeringkan atau dijemur sampai beratnya konstan di tempat yang aman (diusahakan tidak terdapat bagian sampel yang hilang), kemudian dibawa ke laboratorium untuk selanjutnya dianalisis.

e.       Prosesing sampel
Untuk tujuan evaluasi terutama evaluasi secara mikroskopik, kimia dan biologis, semua sampel harus digiling lebih dahulu sehingga diperoleh sampel yang halus. Tipe evaluasi pakan pada prisipnya ada 3 yaitu metode In vitro, Insacco, In vivo. Tipe evaluasi pakan In vivo merupakan metode penentuan kecernaan pakan menggunakan hewan percobaan dengan analisis pakan dan feses. Pencernaan ruminansia terjadi secara mekanis, fermentative, dan hidrolisis Karim,2005. Dengan metode Invivo dapat diketahui pencernaan bahan pakan yang terjadi didalam seluruh saluran pencernaan ternak, sehingga nilai kecernaan pakan yang diperoleh mendekati nilai sebenarnya. Koefisien cerna yang ditentukan secara In vivo biasanya 1% sampai 2 % lebih rendah dari pada nilai kecernaan yang diperoleh secara In vitro (T.cole.2001).
Bahan pakan yang diambil dalam pada praktikum reparasi sample ini adalah rumput gajah, rumput raja, feses ayam, dan feses sapi hali ini sesuai dengan pernyataan Galuh,2000, Dalam penentuan kadar air dari setiap sampel-sampel dapat berasal dari tumbuh tumbuhan maupun hewan dan hasil ikutan lainnnya dengan kadar air yang berragam jumlah dan keadaan normalnya.
Kadar airnya dihitung dengan rumus :
Kadar air   =   A-B x 100 %
   A
Setelah dilakukan penghitungan pada pengukuran kadar air didapatkan berat  awal sampel  pada saat sebelum dikeringkan masing-masing,  feses sapi  250gr
39
feses ayam 250gr, rumput gajah 500gr, dan rumput raja 250gr, setelah dilakukan pengeringan berat sampel berubah menjadi:
Nama bahan
Berat Awal (gr)
Berat  Setelah Pengeringan (gr)
- Feses sapi
250gr
108gr
- Feses ayam
250gr
127gr
- Rumput gajah
500gr
160gr
- Rumput raja
250gr
90gr
    Tabel pengukuran berat bahan yang digunakan                                             
Maka kadar air setiap sample dapat dihitung dengan hasil seperti berikut :
Kadar air  feses sapi            = 250 - 108 x 100 %  
                                                     250
                                           = 0, 56x 100%
                                 = 56 %

Kadar air  feses ayam          = 250 - 127 x 100 %  
                                                     250
                                          = 0,49 x 100%
                                 =  49 %

Kadar air  rumput gajah       = 500 - 160 x 100 %  
                                                     500
                                           = 0, 68 x 100%
                                 = 68 %

Kadar air  rumput raja         = 250 - 90 x 100 %  
                                                     250
                                           =  0, 64 x 100%
                                 = 64 %

            Jadi setelah kadar air setiap sample sudah didapat maka bahan kering yang didapat  seperti :

40
Bahan kering = 100% - % kadar air
Kadar kering sapi                                = 100% - 56%
                                                            = 44 %
Kadar bahan kering  ayam                  = 100% - 49 %
                                                            = 51 %
Kadar bahan kering rumput gajah       = 100% - 68 %
                                                            = 32 %
Kadar bahan kering rumput raja         = 100% - 64 %
                                                            = 36 %

Setelah hasil didapat kan dapat disimpulkan kadar air yang paling banyak terdapat di feses dari pada dari tumbuhan  menurut Carita,2001, Pengurangan kadar air dengan pelayuan perlu ditentukan lama dan KA akhir yang diperoleh. Demikian juga penambahan air pada bahan dengan KA yang rendah, diperlukan perhitungan yang lebih cermat. Demikian hasil yang diperoleh pada praktikum preparasi sampel yang telah dilakukan dengan cara yang terdapat pada buku pedoman.

4.4 Analisis Proksimat.
      Penentuan Kadar Air dilakukan dengan menguapkan air yang terdapat dalam sampel dengan oven dengan suhu 105°C dalam jangka waktu tertentu hingga air yang terdapat dalam bahan menguap atau penyusutan berat sampel tidak berubah lagi kemudian didinginkan dalam eksikator lalu yang tinggal adalah bahan kering dan presentase air dihitung melalui perbedaan bobot sebelum dan sesudah perlakuan panas maka diperoleh lah berat yang tetap.



41
Hasil dari analisis Bahan Segar
TABEL 1. Penentuan Kadar Air
No
Sampel
C (gr)
D (gr)
E (gr)
KA (gr)
Bk (%)
1.
Rumput raja
40,4076
1,0008
41,3558
5,2558
94,7442
2.
Rumput gajah
37,3960
1,0009
38,3536
4,3261
95,6739
3.
Rumput benggala
38.4245
1,0007
39,3651
6,0058
93,9942
4.
Ampas tahu
39,1910
1,0003
40,1457
4,5586
95,4414
5.
Pati
39,5736
1,0007
40,4185
15,5691
84,4309
6.
Feses ayam
39,3367
1,0004
40,2925
4,4582
95,5418
7.
Fesas sapi
35,2774
1,0003
36,1920
8,5674
91,4326
8.
Jagung
337,6452
1,0009
38,5162
12,9783
87,0217

            Tabel diatas menunjukkan bahwa kadar air yang paling tinggi adalah ampas tahu dan kadar air yang paling rendah yaitu pada jagung. Hal ini menunjukan bahwa ampas tahu banyak banyak mengandung air. Namun pada bahan kering ampas tahu hanya memiliki 6,24 % jauh dibandingkan dari jagung yakni sebanyak 80, 64 %. Bahan kering diperoleh dengan jalan memanaskan bahan pakan 105 selama beberapa jam sehingga semua air yang ada menguap. Kondisi ini disebut juga kering mutlak, kering oven, kering mutlak atau dry matter.
         
            Penentuan kadar abu, dengan membakar sampel dalam tanur 400-6000C selama 3-4 Jam sehingga seluruh sampel dalam cawan terbakar. Sisanya yang tidak terbakar adalah abu yang merupakan kumpulan dari mineral-mineral yang terdapat dalam bahan. Dimana abu merupakan total mineral dalam bahan pakan diamati  .


42
TABEL 2. Penentuan Kadar Abu
No
Sampel
F
 (gr)
(gr)
H
(%)
KA
(%)
1
Rumput raja
35,2760
3,040
35,5064
7,5789
2
Rumput gajah
33,3452
3,0006
34,0938
24,9483
3
Rumput benggala
40,2927
3,0008
40,5353
8,0945
4
Ampas tahu
40,2899
2,0000
40,3693
3,97
5
Pati
39,3509
2,0009
39,3610
0,5048
6
Feses ayam
36,6595
2,0007
37,2071
27,37
7
Feses sapi
33,7465
2,0003
33,9665
10,9983
8
Jagung
39,1943
2,0004
39,1997
0,2699
Dari analisis proksimat tersebut menunjukkan bahwa kadar abu tertinggi ada pada feses ayam sedangkan pada kadar abu terendah ada pada pati. Penentuan kadar abu yaitu usaha untuk mengetahui kadar abu, dalam analisis secara umum ditentukan dengan membakar bahan pakan biasanya hanya zat-zat organic yang terbakar dan yang tertinggal adalah zat anorganik yang kita sebut dengan abu/

Penentuan protein kasar dilakukan dnegan penetapan nilai protein kasar dilakukan secara tidak langsung, karena analisis ini didasarkan pada penentuan kadar nitrogen yang terdapat dalam bahan. Kandungan nitrogen yang diperoleh dikalikan dengan angka 6,25 sebagai angka konversi menjadi nilai protein. Nilai 6,25 diperoleh dari asumsi bahwa protein mengandung 16% nitrogen (perbandingan protein : nitrogen =100 :16 = 6,25:1).







43
TABEL  3. Penentuan Protein Kasar.
No
Sampel
I (gr)
J (gr)
K (gr)
PK (%)
1.
Rumput raja
0,3007
25,6
26,00
3,50805
2.
Rumput gajah
0,3006
25
26,00
8,77329
3.
Rumput benggala
0,004
24,8
26,00
10,53492
4.
Ampas tahu
0,003
23,9
26,00
18,44239
5.
Pati
0,006
25,9
26,00
0,87741
6.
Feses ayam
0,002
23,1
26,00
25,47635
7.
Feses sapi
0,004
25,4
26.,00
5,26754
8.
Jagu
0,008
25,5
26,00
4,38371

Nitrogen yang terdapat dalam bahan selain terdapat dalam protein juga terdapat dalam senyawa organic lain yang bukan protein. Senyawa nitrogen yang bukan berasal dari senyawa protein disebut NPN (non protein nitrogen) sehingga terhitung sebagai PK. Nilai 6,25 tidak selalu tetap, tergantung bahan yang dianalisis.

Prinsip Penentuan lemak kasar adalah Melarutkan (ekstraksi) lemak yang terdapat dalam bahan dengan pelaut lemak (ether) selama 3-8 jam. Ekstraksi menggunakan   alat   sokhlet.   Beberapa   pelarut   yang   dapat  digunakan adalah
ether,kloroform dan benzena. Lemak yang dihasilkan bukan merupakan lemak murni eteapi campuran dari beberapa zat seperti klorofil, xantofil dan

TABEL 4. Penentuan Lemak Kasar.
No
Sampel
L (gr)
M (gr)
N (gr)
LK (%)
1.
Rumput raja
1.0003
2,1233
2,1077
1,55953
2.
Rumput raja
1,0000
2,1058
2,0857
2,01
3.
Rumput beggala
1,0003
2,1160
2,1014
1,45956
4.
Ampas tahu
1,0004
2,1698
2,0361
13,36465
5.
Pati
1,0004
2,0116
2,0013
1,02959
6.
Feses ayam
1,0004
2,1267
2,0996
2,70892
7.
Feses sapi
1,0001
2,1188
2,0827
3,60964
8.
Jagung
1,0001
2,0919
1,0896
0,22998

            Lemak merupakan zat makanan yang sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk menambah sumber energi bagi tubuh untuk aktivitas sehari-hari dan merupakan dan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi tubuh dan merupakan sumber makanan yang dihasilkan dari suatu proses yang disebut dengan proses sekretorit sejati.

Penentuan serat kasar yaitu Komponen dalam suatu bahan yang tidak dapat larut dalam pemasakan dengan asam encer dan basa encer selama 30 menit adalah serat kasar dan  abu. Untuk mendapatkan nilai serat kasar, maka bagian yang tidak larut tersebut (residu) dibakar sesuai dengan prosedur analisis abu. Selisih antara residu dengan abu adalah serat kasar.
            Dari analisis proksimat tersebut menunjukkan bahwa serat kasar tertinggi ada pada feses sapi sedangkan pada serat kasar terendah ada pada jagung. Terdapat sebagian kecil senyawa organik yang tergolong serat masih dapat larut dalam asam dan basa encer, dpt mengurangi nilai kandungan komponen serat.


TABEL 5. Penentuan Serat Kasar.
No 
Sampel
O (gr)
P (gr)
Q (gr)
R (gr)
Sk (%)
1.
Rumput raja
1,1058
1,0005
22,6617
21,2982
25,75712
2.
Rumput gajah
1,1489
1,0001
22,4593
21,0616
24,87751
3.
Rumput benggala
1,0921
1,0001
22,8774
21,4744
31,08689
4.
Ampas tahu
1,1420
1,0005
23,9362
22,6149
17,92104
5.
Pati
1,0719
1,0006
19,1161
18,0013
4,28743
6.
Feses ayam
1,1005
1,0002
23,6520
22,3876
16,38672
7.
Feses sapi
1,0074
1,0003
21,8453
20,5349
30,29091
8.
jagung
1,0143
1,0005
19,9537
18,9269
1,25
            SK adalah bahan makanan yang sangat sulit untuk dicerna oleh tubuh dan membutuhkan waktu yang lam untuk memproses nya sehingga dapat cerna oleh tubuh serta dapat dimanfaatkan untuk kelansungan hidup dan memenuhi kebutuhan tubuh, tumbuhan mengandung serat kasar tinggi,sangat mudah dicari maka banyak dicari oleh ternak untuk memberikan makan kepada ternaknya.

Kandungan Bahan Extrak Tampa Nitrogen (BETN) ditentukan dengan mengurangi total kandungan zat makanan dalam bahan pakan dengan presentase air,abu,protein kasar,lemak kasar,dan serat kasar.penentuaan kadar BETN di hitung dengan cara: BETN (%) = 100%-(% air + % abu + % pk + %sk + %lk)
            Adapun BETN merupakan kandungan total zat makanan dalam bahan pakan (100%) dengan persentase kandungan air, abu, protein kasar, dan serat kasar (Siregar, 2000).
       Susunan zat makanan, karbohidrat dipisah menjadi BETN dan serat kasar dimana BETN mengandung banyak pati dan gula yang bersifat mudah dicerna, sedangkan serat kasar yang kaya akan lignin dan sellulosa bersifat sukar dicerna oleh ternak (Sutardi. 2000).



          Dalam praktikum mengenai Formuasi Ransum ini, dapat dilihat ransum yang akan disusun yaitu ransum untuk ayam broiler/ ayam pedaging. Bahan pakan yang akan digunakan yaitu Tepung Ikan, Bungkil Kelapa Sawit, Jagung, Dedak, Minyak Sawit dan Premix.

          Adapun jumlah bahan pakan yang akan digunakan sesuai dengan kebutuhan ayam broiler yaitu:

Tabel Formulasi Ransum Ayam broiler/Pedaging
Bahan Pakan
Penggunaan
PK(%)
SK(%)
EM(%)
Lemak (%)
Tepung Ikan
30
55,39
0,57
2640
11,67
Bungkil Kelapa sawit
10
16,91
11,64
1525
9,35
Jagung
43
6,93
1,96
3430
4,32
Dedak
14
8,23
22,31
1630
9,25
Minyak Sawit
1
-
-
800
100
Premix
2
-
-
-
-
Jumlah
100




Kebutuhan
(%)

22-24
5-8
2500-2800
6-


 Tabel Jumlah Bahan Pakan
Bahan Pakan
Penggunaan
PK(%)
SK(%)
EM(%)
Lemak (%)
Tepung Ikan
30
16,62
0,17
792
3,5
Bungkil Kelapa sawit
10
1,7
1,16
152,5
0,94
Jagung
40
2,98
0,84
1479,9
1,73
Dedak
14
1,15
3,12
228,2
1,3
Minyak Sawit
1
-
-
8
1
Premix
2
-
-
-
-
Jumlah
100
22,69
5,58
2588,45
8,72
Kebutuhan (%)

22-24
5-8
2500-2800
6-9
      
       Penentuan Formulasi Ransum untuk ayam broiler/pedaging ini disusun dengan metode coba-coba atau Trial and Error Method.
       Menurut pendapat ahli yang menyatakan kadar protein rata-rata dedak gandum adalah 15%; kadar lemak 9% dan biasanya kadar serat kasarnya tidak lebih dari semua bahan makanan ternak, akan tetapi dedak tersebut rendah kadar kalsiumnya. Kandungannya adalah 1,1% fosfor, tetapi hanya 1,14% kalsium. Bahan makanan ini kaya akan masin dan tinggi kadar thiaminnya.   Tetapi  rendah
kadar riboflavinnya.Galuh.2000. Dan selanjutnya menyatakan bahwa, khusus untuk ransum broiler, maka  ransum  broiler  hendaklah memiliki  nisbah  kandungan  energi protein yang    diketahui, kandungan     proteinnya    tinggi   untuk    menopang pertumbuhannya  yang     sangat cepat, mengandung   energi  yang  lebih  untuk membuat ayam broiler dipanen cukup mengandung lemak.
Adnan.2004. Formulasi ransum  adalah upaya untuk mengkombinasikan berbagai macam bahan makanan  ternak  untuk  memenuhi kebutuhan ternak akan

48
zat makanan dengan meniminalkan biaya yang ditimbulkan akibat penyusunan ransum tersebut.
Darmani.2001. Pemberian ransum dapat dilakukan dengan cara bebas  maupun terbatas. Cara bebas, ransum disediakan ditempat pakan sepanjang waktu  agar saat ayam ingin makan ransumnya selalu tersedia. Cara ini biasanya  disajikan dalam bentuk kering, baik tepung, butiran, maupun pelet. Penggantian ransum starter dengan  ransum  finisher sebaiknya tidak dilakukan sekaligus,  tetapi secara bertahap. Hari pertama diberi ransum  starter 75%  ditambah  ransum finisher 25%, pada hari berikutnya diberi ransum starter 50%  ditambah  ransum finisher 50%, hari berikutnya diberi ransum starter  25% ditambah ransum finisher 75% dan hari terakhir diberi ransum finisher seluruhnya. Jika tahapan ini tidak dilakukan maka nafsu  makan ayam menurun untuk beberapa hari dan dikhawatirkan akan menghambat pertumbuhan.
Farhan.2007. Ayam broiler telah dikenal  masyarakat dengan berbagai kelebihannya, antara lain hanya 5-6 minggu sudah siap dipanen. Ayam yang dipelihara adalah ayam broiler yakni ayam yang berwarna putih & cepat tumbuh.
Farida.2001. Ayam broiler merupakan ayam pedaging yang mengalami pertumbuhan pesatpada umur 1 – 5 minggu. Selanjutnya dijelaskan bahwa ayam broiler yang berumur 6 minggu sudah sama besarnya dengan ayam kampung dewasa yang dipelihara selama 8 bulan. Keunggulan ayam broiler tersebut didukung oleh sifat genetic dan keadaanlingkungan yang meliputi makanan, temperature lingkungan dan pemeliharaan.
Galuh.2000. Kadar protein rata-rata dedak gandum adalah 15%; kadar lemak 9% dan biasanya kadar serat kasarnya tidak lebih dari semua bahan makanan ternak, akan tetapi dedak tersebut rendah kadar kalsiumnya. Kandungannya adalah 1,1% fosfor, tetapi hanya 1,14% kalsium. Bahan makanan ini kaya akan masin dan tinggi kadar thiaminnya. Tetapi rendah kadar riboflavinnya.

        
49
4.6 Mencampur Ransum.
          Dalam praktikum mengenai Mencampur Ransum ini, dapat dilihat ransum yang akan dicampu yaitu ransum untuk ayam broiler/ ayam pedaging. Bahan pakan yang akan digunakan yaitu Tepung Ikan, Bungkil Kelapa Sawit, Jagung, Dedak, Minyak Sawit dan Premix.
          Adapun jumlah bahan pakan yang akan digunakan sesuai dengan kebutuhan ayam broiler yaitu:

Tabel I Jumlah Bahan Pakan
Bahan Pakan
Penggunaan
PK(%)
SK(%)
EM(%)
Lemak (%)
Tepung Ikan
28
15,50
0,15
739,2
3,26
Bungkil Kelapa sawit
14
2,36
1,62
213,5
1,30
Jagung
38
2,63
0,74
1303,4
1,64
Dedak
18
1,48
4,01
293,4
1,66
Minyak Sawit
1
-
-
8
1
Premix
1
-
-
-
-
Jumlah
100
21,97
6,52
2557,5
8,86
Kebutuhan (%)

22-24
5-8
2500-2800
6-9







50
Tabel II Jumlah Bahan Pakan dengan Kebutuhan dan Penggunaan Ransum
Bahan Pakan
Penggunaan
Kebutuhan
Penggunaan Ransum (gr)
Tepung Ikan
28
2000
560
Bungkil Kelapa sawit
14
2000
280
Jagung
38
2000
760
Dedak
18
2000
360
Minyak Sawit
1
2000
20
Premix
1
2000
20
Jumlah
100

2000

       Dalam mencampur ransum yang pertama di campur ialah premix dan jagung dan setelah itu tambahkan sedikit demi sedikit minyak kelapa sawit agar pencampuran smakin homogen, kemudian setelah itu tambahkan dedak dan aduk lalu tambahkan bungkil inti sawit dan dedak dan yang terakhir tambahkan minyak kelapa sawit yang dituangkan sedikit dmi sedikit dan campurkan secara merata sampai homogen.
       Menurut pendapat ahli yang menyatakan kadar protein rata-rata dedak gandum adalah 15%; kadar lemak 9% dan biasanya kadar serat kasarnya tidak lebih dari semua bahan makanan ternak, akan tetapi dedak tersebut rendah kadar kalsiumnya. Kandungannya adalah 1,1% fosfor, tetapi hanya 1,14% kalsium. Bahan makanan ini kaya akan masin dan tinggi kadar thiaminnya.   Tetapi  rendah
kadar riboflavinnya.Galuh.2000. Dan selanjutnya menyatakan bahwa, khusus untuk ransum broiler, maka  ransum  broiler  hendaklah memiliki  nisbah  kandungan  energi protein yang    diketahui, kandungan     proteinnya    tinggi   untuk    menopang pertumbuhannya  yang     sangat cepat, mengandung   energi  yang  lebih  untuk membuat ayam broiler dipanen cukup mengandung lemak.

51
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
            Dari seluruh kegiatan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa setiap aktivitas yang dilakukan didapat hasil praktikum yang sesuai dengan petunjuk buku pedoman dan menggunakan waktu lama, ada juga kegiatan praktikum yamg dilalui dengan menggunakan waktu yang relatif lebih cepat dari pada kegiatan – kegiatan lain, dan terkadang ada juga dari kegiatan praktikum yang dilakukan hasilnya gagal atau tidak sesuai dengan ketentuan buku pedoman (diktat) maupun dari petunjuk dosen dan asisten dosen dimana setiap kegiatan dilakukan dengan konsentrasi, ketelitian yang penuh dan ekstra hati- hati agar praktikum tersebut berhasil.

5.2 Saran
Untuk kedepan pada setiap kegiatan praktikum, sebaiknya segala sesuatu yang berhubungan dengan yang akan dipraktikumkan dipersiapkan terlebih dahulu seperti alat dan bahan yang akan dipraktikumkan, penguasaan materi sebelum praktikum juga harus diperhatikan, harus lebih disiplin baik waktu maupun pada saat bekerja dan pada saat praktikum hendaknya terlaksana dengan tertib dan tidak ribut.



DAFTAR PUSTAKA
Adnan. 2005.  Tabel Komposisis Pakan untuk Indonesia. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Ardinawati. 2001. Alat – alat Praktikum Kimia. Yudhistira. Jakarta.
Arora, S.P. 2003. Pencernaan Mikrobia Pada Ruminansia (terjemahan). Cetakan
pertama. Gadjah Mada University press. Yogyakarta.
Cahyono. 2002. Fisiologi Tanaman Pakan. Erlangga. Bandung.
Carita.   2001.   Produksi   Makanan   Ternak Tropik. Fakultas   Peternakan: Univ
Gadjah Mada.
Dedyarso. 2000. Protein asal ternak. PT. Bhratara Karya Aksara : Jakarta.
Ernidian. 2003. Tabel Komposisis Pakan untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta
Galuh. 2000. Bahan kuliah tanaman pakan. Fakultas peternkan Universitas Jambi.
Handoko. 1999. Macam–macam Obat dan Vitamin untuk Ternak. Erlangga. Solo.
Hartadi. H. 2000. Prediction of The Quality of Tropical Grasses for Ruminant by Laboratorium Analisis and Summative Equations.Thesis. Dept of animal science. University of Florida. Gainesville.
Ikalita.2001. Makanan Ternak. BPFR. Yogyakarta.
Joko. 2002. Leguminosa. PT. Bhratara Karya Aksara : Jakarta.
Karim. 2007.  Bahan Pakan Ternak. PT.Lamusu Regancy. Jakarta.
Krishna G and S.K. Ranjhan. 2000. Produksi Hijauan Makanan Ternak Tropik.
Fakultas    Peternakan : Universitas Gadjah Mada.
Kenedy. 1997. Kimia Dasar untuk SMA kelas 3. Grafindi. Jakarta.
Laura. 2005. Manfaat Lamtoro Gung. Bhratara Karya Aksara. Jakarta.
Martha. 2005. Poultry Indonesia of food. Gajah Madha.Yogyakarta.
Mc Donald,P.,R.A.Edwards and J..F.D.Greenhalqh. 2001. Anamil Nutrition. Fourth edition longman London.
Murtidjo, B. A. 2007. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Kanisius. Yogyakarta.
Murwani. 2002. Leguminosa. PT. Bhratara Karya Aksara. Jakarta.
Priyono. 2008. Mahasiswa Magister Ilmu Ternak .Undip. Semarang.
North M.O,.Bell  D.D. 2000. Commercial  Chicken Production Manual. 4th                        Edition. Van Northland Reinhold. NewvYork.
Reksohadiprodjo, Soedomo  .1999.  Produksi  Hijauan  Makanan  Ternak  Tropik.
Fakultas Peternakan : Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Sartika. 2001. Pengolahan Bahan Pakan. Pusat Unit Pangan Universitas. Jawa.
Soebarinoto, S. Chuzaemi dan Mashudi. 2000. Tabel Komposisis Pakan untuk Indonesia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Sudibyo. 2002. Usaha pakan ternak. Jaksel, Kanisius. 27 Hal.
Suprayitno Drs,dkk. 1997. Hijauan Makanan Ternak. BPFE : Yogyakarta.
S. Reksohadiprodjo, B A. 2007. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Yogyakarta.
Trihartanti. 2005. Nutrisi Tanaman Pakan Ternak. Erlangga. Jakarta.
Urmadi. 2006. Food Dairy Handbook. Alfa Laval Dairy and Food. Jerman.
Walfin. 2004. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. PT. Raja. Jakarta.
Waha. 2009. Obat dan Vitamin untuk Ternak. Erlangga. Bandung.












DAFTAR GAMBAR
A. Pengenalan Alat
                        
  Gb. Neraca / timbangan digital                                                     Gb. Eksikator

                 cawan porselin
           Gb. Cawan porselen                                                                     Gb. Oven
tanur

               Gb. 5. Tanur                                                          Gb. Peralatan-peralatan gelas


                                Gb. Peralatan gelas dan kertas saring yang dipergunakan

           buret
                         Gb.  Penjepit                                                                               Gb. Buret
                       

sooklet
                                                                Gb.  10 . Alat soket
B. Pengenalan Bahan Pakan

                                        
Gb. 1. Zea mays (jagung)                                  Gb. 2.Petai Cina (Leuchaena leuchocepala)

               Pennisetum purpureum
Gb. 3. Rumput gajah(Pennisetum purpureum)         Gb. 4. Rumput setaria (Setaria anceps)

Arachis hypogaea
Gb. 5. Rumput raja (Pennisetum purphopoides)   Gb. 6. Kacang Tanah (Arachis hypogea)

benggala 2
Gn. 7.  Rumput benggala (Panicum maximum)         Gb. 8. Legum stylo  (Stylosantes humilis)

            mutiara 2
Gb. 9. Daun cabe-cabean                                                         Gb. 10. Rumput mutiara

Gb. 12. Daun Turi (Putri Malu)

HSDHDYSimages
        Gb Feses Sapi sebelum Pengeringan                         Gb Feses Sapi setelah Pengeringan

gaeq4aaaaaaaaa
   Gb Feses Ayam Sebelum Pengeringan                           Gb Feses Ayam Setelah Pengeringan
oltt7
jko
            Gb pemotongan rumput gajah                           Gb Rumput Gajah setelah pengeringan

hyuyu89ba63
            Gb Pemotongan Rumput Raja                                 Gb Penjemuran Rumput Raja

 Gb Bungkil Kedelai                                                          Gb. Dedak Halus
  Gb. Jagung Giling                                            Gb. Minyak K. Sawit




LAMPIRAN
Protein Kasar
Formulasi Ransum

Tepung Ikan                =
                                    = 16,62%

Bungkil Kelapa Sawit =
                                    = 1,7%

Jagung                         =
                                    = 2,98%

Dedak                         =
                                    = 1,15%

Serat Kasar
Tepung Ikan                =
                                    = 0,17%

Bungkil Kelapa Sawit =
                                    = 1,16%


Jagung                         =
                                    = 0,84%

Dedak                         =
                                    = 3,21%


Energi Metabolisme
Tepung Ikan                =
                                    = 792
Bungkil Kelapa Sawit =
                                    = 152,5
Jagung                         =
                                    = 1474,9
Dedak                         =
                                    = 228,2
Minyak Sawit              =
                                    = 8

Lemak
Tepung Ikan                =
                                    = 3,5
Bungkil Kelapa Sawit =
                                    = 0,94
Jagung                         =
                                    = 1,73
Dedak                         =                  
                                    = 1,3                           
Minyak Sawit              =
                                    = 1
Mencampur Ransum
Pada tabel I Jumlah bahan pakan yang akan dicampur.
Protein Kasar
Tepung Ikan                = 55,39  x  28
                                         100
                                    = 15,50 %
Bungkil Kelapa Sawit = 16,91  x  14
                                         100
                                    = 2,36 %
Jagung                         = 6,93  x  38
                                       100
                                    = 2,63%
Dedak                         = 8,23 x 18
                                       100
                                    = 1,48 %

Serat Kasar
Tepung Ikan                = 0,57  x  28
                                       100
                                    = 0,15%
Bungkil Kelapa Sawit = 11,64  x  14
                                         100
                                    = 1,62%

Jagung                         = 1,96  x  38
                                        100      
                                    = 0,74%
Dedak                         = 22,31  x  18
                                        100
                                    = 4,01%

Energi Metabolisme
Tepung Ikan                = 2640  x  28
                                        100
                                    = 739,2 %
Bungkil Kelapa Sawit = 1525  x  14
                                        100
                                    = 213,5 %
Jagung                         = 3430  x  38
                                        100
                                    = 1303,4 %
Dedak                         = 1630  x  18
                                        100
                                    = 293,4 %
Minyak Sawit              = 800  x  1
                                       100
                                    = 8 %


Lemak
Tepung Ikan                = 11,67  x  28
                                        100
                                    = 3,26 %
Bungkil Kelapa Sawit = 9,35  x  14
                                       100
                                    = 1,30 %
Jagung                         = 4,32   x  38
                                       100
                                    = 1,64 %
Dedak                         = 9,25  x  18
                                       100
                                    = 1,66 %                                 
Minyak Sawit              = 100   x  1
                                       100
                                    = 1 %




Pada tabel II Jumlah bahan pakan dgn kebutuhan dan penggunaan ransum.

Tepung Ikan                =   28   x 2000
                                        100
                                    = 560 gr
Bungkil Kelapa Sawit =   14    x 2000
                                        100
                                    = 280 gr
Jagung                         =   38   x 2000
                                        100
                                    = 760 gr
Dedak                         =   18   x 2000
                                        100
                                    = 360 gr
Minyak Sawit              =   1   x 2000
                                       100
                                    = 8 gr
Premix                         =   1   x 2000
                                       100
                                    = 8 gr