BAHAN PAKAN DAN FORMULASI RANSUM
OLEH
JUFRIN TANJUNG
E1C 009051
D
UNIVERSITAS JAMBI
2011
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur penulis
panjatkan kehadirat Tuhan
Yang Maha Esa atas berkat, rahmat dan karunia-Nya praktikan dapat menyelesaikan Laporan Semester Praktikum dengan
pokok bahasan yang telah dipraktikumkan dari awal praktikum, hingga akhir
praktikum berlangsung.
Bahan Pakan dan Formulasi
Ransum merupakan mata kuliah yang sangat penting dalam penyusunan ransum
dalam bahan pakan serta untuk mengetahui kandungan kadar zat makanan. Penyusunan laporan ini juga diharapkan
dapat menolong mahasiswa untuk mengenal dan mengetahui lebih dalam lagi tentang
pengenalan alat, pengenalan bahan pakan, dan obat-obatan, preparasi sampel,
analisis proksimat, formulasi ransum dan mencampur ransum, disamping itu juga
dapat digunakan sebagai sarana penunjang bagi mahasiswa demi kelancaran proses
perkulihan dan pendalaman materi serta tidak hanya mengetahui sebatas teori
saja namun harus dapat menerapkannya dalam kehidupnan nyata.
Dan kami juga tidak lupa
mengucapkan terima kasih kepada asisten dosen mata kuliah BPFR (Bahan Pakan dan
Formulasi Ransum) yang meluangkan waktu dan tenaga lebih dan telah banyak
memberikan pelajaran dan bimbingan dalam menyelesaikan laporan ini dengan
sebaik mungkin.
Praktikan juga menyadari bahwa
selama pembuatan laporan ini begitu banyak kesalahan. Untuk itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca, agar
praktikan dapat menyempurnakan laporan ini.
Akhir kata praktikan
mengucapkan terima kasih kepeda semua pihak yang telah membantu hingga
terselesainya kliping ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan menambah
wawasan kita.
Jambi, Januari 2011
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
................................................................................ i
DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
I. PENDAHULUAN ................................................................................... 1
........ 1.1
Latar Belakang .............................................................................. 1
1.2 Tujuan Praktikum
......................................................................... 3 II. TINJAUAN PUSTAKA …...………………………………………….. 4
III. MATERI DAN METODA ………………………………………….... 13
........ 3.1
Waktu dan Tempat ……………………………………………. 13
........ 3.2
Materi ...……………………………………………………….. 13
........ 3.3
Metoda
........................................................................................
14
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ………..……………………………...
19
......... 4.1
Pengenalan alat, Bahan pakan dan Obat-obatan .......................... 19
........... 4.2
Pengenalan Bahan Pakan
............................................................ 30
........... 4.3
Preparasi Sampel
........................................................................ 37
........... 4.4
Analisis Proksimat
...................................................................... 41
4.5 Formulasi Rsansum ..................................................................... 47
4.6 Mencampur Ransum
.................................................................... 50
V. PENUTUP ..…………………………………………………………….
52
5.1 Kesimpulan
……………………………………………....……. 52
5.2 Saran …......……………………………………………………. 52
DAFTAR
PUSTAKA
DAFTAR GAMBAR
LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahan pakan merupakan makanan yang terdiri dari bahan kering dan air. Bahan kering juga terbagi dua yaitu bahan organik dan abu. Bahan organik terbagi menjadi protein kasar dan (BOTN) bahan organik tanpa
nitrogen. (BOTN) bahan
organik tanpa nitrogen terbagi dua
lagi yaitu lemak kasar dan karbohidrat. Terakhir karbohidrat dibagi
menjadi serat kasar dan (BETN) bahan
ekstrak tanpa nitrogen. Bahan
pakan lain merupakan semua bahan pakan yang dapat dimakan oleh ternak yang
mengandung protein, lemak, bahan organik tanpa nitrogen terbagi lagi menjadi lemak kasar dan karbohidrat. Karbohidrat terbagi lagi menjadi serat kasar dan (BETN) bahan ekstrak tanpa nitrogen. Sedangkan pengertian
bahan pakan yang lain merupakan semua bahan pakan yang dapat
dimakan oleh ternak yang mengandung protein, lemak, karbohidrat, vitamin,
mineral yang disusun menjadi satu bahan pakan dan tidak meracuni ternak.
Kegiatan ini merupakan
suatu kegiatan untuk menambah pengetahuan
dan pemahaman tentang alat-alat laboratorium, bahan pakan dan obat-obatan melalui pengamatan yang dilakukan secara langsung. Sehingga praktikan dapat mengetahui dan mengenal lebih lanjut dari
pada bahan pakan itu sendiri,obat-obatan
yang diberikan pada ternak serta alat yang digunakan dalam percobaan
maupun pengamatan.
Komposisi bahan pakan
dalam beberapa buku menyajikan rataan dari sekumpulan data yang diperoleh dari
beberapa hasil analisis dapat digunakan sebagai pedoman dalam menentukan
komposisi kimia suatu bahan pakan. Karena
komposisi kimia suatu bahan pakan dipengaruhi beberapa faktor, seperti umur
tanaman, kondisi tanah, iklim dan lain-lain, maka dalam penyusunan ransum
bahan-bahan penyusun harus dianalisis, agar diperoleh ransum merata.
Akan dicapai secara
baik jika pengambilan sample bahan dilakukan secara benar dan representatif
pada kegiatan resperasi
sample pada praktikum ini dilakukan pengambilan sample yang benar merupakan analisa bahan pakan, maka
teknik
pengambilan sampel harus dilakukan dengan baik dalam arti
tepat dan benar. Tujuan diadakannya praktikum bahan pakan dan formulasi ransum ini diharapkan kepada praktikan dapat mengetahui
cara pengambilan sampel yang benar dan baik sesuai aturan
praktikum.
Analisis proksimat adalah sebuah analisis
yang dilakukan untuk menganalisa bahan pakan dengan pembahasan dan penelitian
seperti pada penentuan
kadar air, penentuan kadar
abu, penentuan protein kasar,
penentuan lemak kasar, penentuan serat
kasar dan selanjutnya Kandungan BETN (Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen) semua ditentukan
dengan metoda pembelajaran dan petunjuk dari buku panduan.
Analisis
proksimat pertama kali di kembangkan di Weende
Experiment Station Jerman oleh Hennerberg dan Stokmann. Analisis
proksimat di sebut juga sebagai analisis Weende. Analisis proksimat memiliki
manfaat sebagai penilaian kualitas pakan atau bahan pangan terutama pada standar zat makanan yang seharusnya terkandung
di dalamnya.
Kegiatan
praktikum ini merupakan suatu
kegiatan untuk menambah pengertian dan pemahaman tentang formulasi
ransum, sehingga mahasiswa peternakan
dapat memahami dan mengenal lebih lanjut dari pada formulasi ransum
khususnya pada ayam broiler/ayam pedaging, bagaimana cara menyusun ransum yang
sesuai dengan kebutuhan ayam broiler terhadap zat makanan tertentu. Dalam perusahan peternakan tidak lepas
dari pakan, yang mana biaya produksi pakan yang tinggi yaitu 60-70%. Pakan yang terjual
dipasaran merupakan pakan komersil saja. Ternak juga butuh pakan tambahan yang
berfungsi membantu proses pertumbuhan dan perkembangan seperti
konsentrat.
Pakan merupakan bahan makanan yang sangat
erat hubungannya oleh ternak sebagai sumber kehidupan ternak yang mana nutrient
adalah berbagai zat makanan yang terdapat dalam bahan makanan yang terdapat
dalam bahan makanan yang digunakan dalam tubuh untuk memperoleh energi dan
mengatur proses raktikum ini merupakan suatu kegiatan yang ilakukan agar
mendapatkan pengalaman - pengalaman dalam mencampur ransum, sehingga mahasiswa
peternakan dapat memahami dan mengenal
lebih lanjut cara mencampur ransum dengan benar khususnya pada ayam
broiler/ayam pedaging, bagaimana cara menyusun ransom dan mencampur yang sesuai
dengan kebutuhan ayam broiler terhadap zat makanan tertentu.
Maka
dengan kegiatan ini dilaksanakan mahasiswa peternakan akan mengetahui apa-apa
saja yang perlu diketahui dalam hal peternakan yang baik.
1.2 Tujuan Praktikum
Pada pengenalan alat-alat, bahan pakan dan obat-obatan ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan kegunaan alat-alat apa saja yang
terdapat di laboratorium yang
dipergunakan, serta kegunaan secara spesifikasi dari masing-masing alat tersebut, pada pengenalan bahan pakan bertujuan untuk dapat membedakan bahan pakan sumber
protein nabati dan hewani,
sumber energi (bentuk tepung,biji-bijian,
bentuk cairan), sumber
mineral, sumber vitamin, asal limbah pertanian atau by prodak industry, dapat mengetahui
obat-obatan, komposisi dari obat yang tersedia bagi ternak, dapat mengetahui cara pengambilan sampel yang benar dan baik sesuai aturan praktikum,
pada analisis proksimat yaitu agar
mahasiswa dapat mengetahui cara-cara dalam penentuan kadar air, kadar abu,
protein kasar, lemak kasar, selain itu mahasiswa juga
dapat memahami cara dalam pengerjaan
lemak kasar, serat kasar dan
BETN, dari praktikum
Formulasi Ransum ini yaitu agar mahasiswa lebih mengetahui kebutuhan ayam
broiler terhadap suatu zat makanan dan dapat menyusun ransum sesuai dengan
kebutuhan tersebut dan
mengenai Mencampur Ransum ini yaitu agar mahasiswa mendapatkan pengalaman
cara-cara mencampur ransum secara manual.
Dari semua kegiatan praktikum
yang telah dilakukan, dapat diambil manfaat bagi mahasiswa yaitu mahasiswa
lebih mengetahui, memahami dan dapat
melaksanakan atau melakukan serta dapat berbagi pengetahuan kepada khalayak
banyak tentang seluruh kegiatan praktikum bahan pakan dan formulasi ransum.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Adhaldy. 2003. Analisis
proksimat adalah suatu metoda
analisis kimia untuk mengidentifikasi kandungan nutrisi seperti protein,
karbohidrat, lemak dan serat pada suatu zat makanan dari bahan pakan atau
pangan. Analisis proksimat memiliki manfaat sebagai penilaian kualitas pakan
atau bahan pangan terutama pada standar zat makanan yang seharusnya terkandung
di dalamnya.
Adha Rilascka. 2000.
Penunjang kegitan praktikum berlangsung serta salah satu partikel penting dalam
kegiatan praktikum adalah peralatan yang memadai, dimana dengan adanya perlatana
yang ada, maka kegiatan praktikum dapat berjalan sesuai dengan ketentuan yang
ada.
Adnan. 2004. Formulasi ransum
adalah upaya untuk mengkombinasikan berbagai macam bahan makananternak
untuk memenuhi kebutuhan ternak akan zat makanan dengan meniminalkan biaya yang
ditimbulkan akibat penyusunan ransum tersebut.
Adnan. 2005. Hijauan
makanan ternak (rumput dan legum) sampai hasil dan limbah tanaman pertanian
dengan jumlah air yang terkandung didalamnya sangat beragam berat jenis airnya dan walaupun telah dikeringkan
dengan jumlah berat awal yang sana akan tetapi hasilnya akan berbeda.
Ardinarasti. 2001.
Aditif bahan konsentrat,
aditif bahan suplemen dan aditif bahan premix. Pakan aditif, bahan pakan tambahan
yang diberikan pada ternak dengan tujuan untuk meningkatkan produktifitas
ternak maupun kualitas produksi. Selain itu merupakan tambahan umum digunakan
dalam meramu pakan.
Ardinawati. 2001. Aditif
bahan konsentrat, aditif bahan suplemen dan aditif bahan premix. Pakan aditif adalah bahan pakan
tambahan yang diberikan pada ternak dengan tujuan untuk meningkatkan
produktifitas ternak maupun kualitas produksi. Selain itu adalah pakan tambahan yang umum digunakan dalam meramu pakan
ternak.
Baharuddin. 2005.
Peralatan laboratorium mempunyai fungsi yang sangat beragam dari spesifikasi
alat-alat lab untuk penentuan pengujian dari zat-zat tertentu hingga bersifat
nyata hasil yang didapat, bukan mengada-ada.
Budianto. 2005. Bahan pakan untuk ternak adalah segala sesuatu yang diberikan kepada ternak, baik berupa bahan organik maupun anorganik yang sebagian atau seluruhnya dapat dicerna tanpa mengganggu kesehatan ternak yang
mengandung karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral-mineral esensial.
Selenium adalah salah satu contoh mineral yang baik untuk ternak.
Carita. 2001. Pengurangan
kadar air dengan pelayuan perlu ditentukan lama dan KA akhir yang diperoleh.
Demikian juga penambahan air pada bahan dengan KA yang rendah, diperlukan
perhitungan yang lebih cermat.
Carlia. 2000. Makanan sumber protein adalah semua bahan makanan
yang mempunyai kandungan protein 20% atau lebih,baik makanan berasal dari
tumbuhan maupun hewan.
Ceriman,T. 2001. Serat kasar didefinisikan sebagai bahan
yang masih tertinggal setelah bahan pakan direbus dalam asam dan basa. Serat
kasar mengandung fraksi-fraksi selulosa, hemiselulosa dan lignin, yang dapat
dikategorikan sebagai fraksi penyusun dinding sel tanaman. Definisi tersebut
didasarkan pada nilai nutrisi dan serat kasar yang dapat dicerna oleh enzim –
enzim yang dikeluarkan oleh saluran pencernaan mamalia maupun ternak
nonruminansia.
Darmani. 2001. Pemberian ransum
dapat dilakukan dengan cara bebas maupun
terbatas. Cara bebas, ransum disediakan ditempat pakan sepanjang waktu agar saat ayam ingin makan ransumnya selalu
tersedia. Cara ini biasanya disajikan
dalam bentuk kering, baik tepung, butiran, maupun pelet. Penggantian ransum
starter dengan ransum finisher sebaiknya tidak dilakukan
sekaligus, tetapi secara bertahap. Hari
pertama diberi ransum starter 75% ditambah
ransum finisher 25%, pada hari berikutnya diberi ransum starter 50% ditambah
ransum finisher 50%, hari berikutnya diberi ransum starter 25% ditambah ransum finisher 75% dan
hari terakhir diberi ransum finisher seluruhnya. Jika
tahapan ini tidak
dilakukan maka
nafsu makan ayam menurun untuk beberapa
hari dan dikhawatirkan akan menghambat pertumbuhan.
David. 2008. Zat-zat nutrisi
yang dibutuhkan tubuh antara lain: karbohidrat, protein, vitamin, dan
mineral-mineral esensial juga tersedia dalam buah atau bijian seperti jagung
dan kacang.
Dedyarso. 2000. Kadar
air yang terdapat didalam bahan makanan akan menguap disebabkan oleh
panas yang tersisa dimana dengan
melakukan pengeringan secara alami dan secara buatan maka yang tertinggal hanyalah bahan keringnya saja.
Dodo. 2009. Zat pakan (zat makanan) adalah bagian dari
bahan pakan yang dapat dicerna, dapat diserap dan bermanfaat bagi tubuh dan
terdapat 6 macam zat pakan yaitu: air, mineral, karbohidrat, protein, lemak, dan
vitamin.
Ernidian. 2003. Bahan pakan (bahan makanan ternak) adalah
segala sesuatu yang diberikan kepada ternak (baik berupa bahan organik maupun
organik) yang sebagian atau seluruhnya dapat dicerna tanpa mengganngu kesehatan
ternak.
Farhan. 2000. Zat-zat mineral sebagai suatu golongan dalam bahan
makanan atau jaringan hewan ditentukan dengan membakar zat-zat organik dan
kemudian menimbang sisanya yang disebut abu. Abu hasil pembakaran dapat
digunakan sebagai titik tolak untuk determinasi persentase zat-zat tertentu
yang terdapat dalam bahan makanan.
Farhan. 2007. Ayam broiler telah
dikenal masyarakat dengan berbagai
kelebihannya, antara lain hanya 5-6 minggu sudah siap dipanen. Ayam yang
dipelihara adalah ayam broiler yakni ayam yang berwarna putih & cepat
tumbuh.
Farida. 2001. Ayam broiler merupakan ayam pedaging yang mengalami
pertumbuhan pesatpada umur 1 – 5 minggu. Selanjutnya dijelaskan bahwa ayam
broiler yang berumur 6 minggu sudah sama besarnya dengan ayam kampung dewasa
yang dipelihara selama 8 bulan. Keunggulan ayam broiler tersebut didukung oleh
sifat genetic dan keadaanlingkungan yang meliputi makanan, temperature
lingkungan dan pemeliharaan.
6
Galuh. 2000. Dalam
penentuan kadar air dari setiap sampel-sampel dapat berasal dari tumbuh
tumbuhan maupun hewan dan hasil ikutan lainnnya dengan kadar air yang berragam
jumlah dan keadaan normalnya.
Galuh. 2000. Kadar protein
rata-rata dedak gandum adalah 15%; kadar lemak 9% dan biasanya kadar serat
kasarnya tidak lebih dari semua bahan makanan ternak, akan tetapi dedak tersebut
rendah kadar kalsiumnya. Kandungannya adalah 1,1% fosfor, tetapi hanya 1,14%
kalsium. Bahan makanan ini kaya akan masin dan tinggi kadar thiaminnya. Tetapi rendah kadar riboflavinnya.
Handoko. 2000. Zat-zat
yang terdapat dalam daun, bunga, buah lamtoro adalah zat protein yang berkisar
antara 30-40 %, zat lemak 6,13 %, sedangkan kadar salah satu jenis alkoid
yaitu memosin hanya 2,80 %.
Harmoko. 2001. Kandungan dalam
dedak gandum adalah serat kasar 89,29%; protein kasar 16,89%; serat kasar
9,91%; lemak kasar 3,59%; abu 4,96%, dan BETN 64,9%.
Ikalita. 2001. Koefisien
cerna yang ditentukan secara In vivo biasanya 1% sampai 2 % lebih rendah dari
pada nilai kecernaan yang diperoleh secara In vitro. Pencernaan ruminansia terjadi secara
mekanis, fermentative, dan hidrolisis.
Intan. 2000. Ransum seimbang
atau ransum serasi adalah ransum yang mengandung semua nutrien yang dibutuhkan
ternak sesuai dengan tujuan pemeliharaan.
Jarmuddin. 2000. Kadar abu pada pakan berhubungan dengan
kadar mineral yang terdapat pada pakan tsb. Semakin tinggi kadar abu, semakin
tinggi mineralnya. Sedangkan kadar air berhubungan dengan kualitas pakan secara
umum. Pakan dengan kadar air tinggi, akan mudah terkontaminasi mikroba, yang akan
menurunkan kandungan nutrisinya.
Jefriko. 2001. Pakan Sumber Karbohidrat merupakan senyawa yang banyak
terdapat di alam terutama dalam tumbuhan dan hewan dan sangat berguna bagi
sumber energi, dan zat-zatnya terdiri atas Mono,Di, dan Polisaccarida.
Jeremmy. 2001. Tepung
ikan merupakan bahan pakan asal hewani yang paling umum dalam formulasi ransum.
Kandungan protein ikan beragam, berkisar antara 42,3%-68,8%. Tepung ikan
merupakan sumber asam amino yang paling baik dan 90% kandungan fosfornya
tersedia sebagaimana sumber protein hewani lainnya. Umumnya tepung ikan
digunakan antara 4-8% dari total formulasi ransum. Bungkil kedelai merupakan limbah pembuatan minyak kedelai, mempunyai kandungan protein ± 42,7% dengan kandungan energi metabolisme
sekitar 2240 Kkal/Kg, kandungan serat kasar rendah, sekitar 6%. Namun kandungan
metionin dalam bungkil kedelai rendah sehingga perlu di fortifikasi atau
ditambahkan dari luar. Penggunaan bungkil kedelai dalam ransum non ruminansia dianjurkan tidak melebihi 40%, sedang kekurangan metionin dapat dipenuhi dari tepung ikan atau metionin buatan pabrik.
Jossemariee. 2010. Analisis proksimat memiliki manfaat sebagai
penilaian kualitas pakan atau bahan pangan terutama pada standar zat makanan
yang seharusnya terkandung di dalamnya. Tujuan untuk mengetahui komponen.
Karmila. 2004. Istilah proksimat memiliki pengertian bahwa hasil
analisisnya tidak menunjukan angka sesungguhnya, tetapi mempunyai nilai
mendekati. Hal ini disebabkan dari komponen praktisi yang dianalisisnya masih
mengandung komponen lain yang jumlahnya sangat sedikit yang seharusnya tidak
masuk kedalam fraksi yang dimaksud. Namun demikian analisis kimia ini adalah
yang paling ekonomis (relative) dan datanya cukup memadai untuk digunakan dalam
penelitian dan keperluan praktis.
Klementina. 2004.
Formulasi Ransum untuk ayam pedaging dibedakan menjadi dua macam yaitu ransum
untuk periode starter dan periode finisher. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kebutuhan nutrien
ransum sesuai dengan periode pertumbuhan ayam.
Kronika. 2000. Ransum merupakan
sumber utama kebutuhan nutrien
ayam broiler untuk
keperluan hidup pokok
dan produksinya karena tanpa
ransum yang sesuai dengan yang dibutuhkan menyebabkan produksi tidak sesuai dengan
yang diharapkan.
8
Laura. 2005. Aditif bahan konsentrat, aditif bahan suplemen dan aditif bahan premix. Pakan aditif adalah bahan pakan
tambahan yang diberikan pada ternak dengan tujuan untuk meningkatkan
produktifitas ternak maupun kualitas produksi. Selain itu merupakan tambahan umum digunakan
dalam meramu pakan.
Leo. 2003. Khusus untuk
ransum broiler, maka ransum broiler hendaklah memiliki nisbah kandungan
energi-protein yang diketahui, kandungan
proteinnya tinggi untuk menopang pertumbuhannya yang sangat cepat,
mengandung energi yang lebih untuk membuat ayam broiler dipanen cukup
mengandung lemak.
Martha. 2005. Bahan pakan untuk ternak adalah segala sesuatu yang diberikan kepada ternak, baik berupa bahan organik maupun anorganik yang sebagian atau seluruhnya dapat dicerna tanpa mengganggu kesehatan ternak yang
mengandung karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral-mineral esensial.
Selenium adalah salah satu contoh mineral yang baik untuk ternak.
Nana. 2001. Konsumsi ransum
ayam broiler merupakan cermin dari masuknya sejumlah unsur nutrien kedalam
tubuh ayam. Jumlah yang masuk ini harus sesuai dengan yang
dibutuhkan untuk produksi
dan untuk hidupnya.
Naoserby. 2000. Lemak
merupakan sekelompok zat yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam
kloroform, eter atau benzene. Kadar lemak dapat diketahui dengan jalan
menghitung banyaknya bahan yang terlarut. Pelarut yang dipanaskan secara
terus-menerus kemudian didinginkan secara kondensasi akan mengekstrak semua
bahan-bahan yang larut dalam pelarut. Lemak yang di dapat bukan lemak murni
tetapi merupakan campuran dari beberapa zat yang terdiri dari klorofil,
xantofil, dan karoten.
Okta. 2001. Pertumbuhan pada
ayam broiler dimulai dengan
perlahan-lahan kemudian berlangsung cepat sampai dicapai pertumbuhan
maksimum setelah itu
menurun kembali hingga akhirnya terhenti. Pertumbuhan yang paling
cepat terjadi sejak menetas sampai
umur 4-6 minggu,
kemudian mengalami penurunan.
Rahardja. 2007. Energi yang
dikonsumsi oleh ayam digunakan untuk
pertumbuhan jaringan tubuh, produksi, menyelenggarakan aktivitas fisik
dan mempertahankan temperatur tubuh yang
normal.
Ratno. 2006. Konversi ransum
didefinisikan sebagai banyaknya ransum
yang dihabiskan untuk menghasilkan setiap kilogram pertambahan bobot
badan. Angka konversi ransum yang kecil
berarti banyaknya ransum yang digunakan
untuk menghasilkan satu kilogram daging semakin sedikit.
Ratih. 2000. Nutrien tersebut
adalah energi, protein, serat
kasar, kalsium (Ca) dan fosfor (P). Sumber energi utama yang terdapat ransum
ayam broiler adalah karbohidrat dan
lemak. Energi metabolisme yang diperlukan ayam berbeda, sesuai tingkat umurnya,
jenis kelamin dan cuaca. Semakin tua ayam
membutuhkan energi metabolisme
lebih tinggi.
Reno. 2001. Menyatakan bahwa
kebutuhan energi untuk ayam
broiler periode starter
3080 kkal/kg ransum
pada tingkat protein
24%, sedangkan periode finisher 3190 kkal/kg ransum pada tingkat protein
21%. Angka kebutuhan energi yang absolut tidak ada karena ayam dapat
menyesuaikan jumlah rasnsum yang dikonsumsi dengan kebutuhan energi bagi
tubuhnya.
Revika. 2001. Kandungan protein
dalam ransum untuk
ayam broiler umur 1-14 hari
adalah 24% dan
untuk umur 14-39
hari adalah 21%.
Riandy. 2001. Konversi ransum merupakan suatu
ukuran yang dapat digunakan untuk menilai efisiensi
penggunaan ransum serta kualitas ransum. Konversi ransum adalah perbandingan antara jumlah ransum yang dikonsumsi dengan pertambahan
bobot badan dalam jangka waktu tertentu.
Sandra. 2001. Menyatakan salah
satu ukuran efisiensi adalah dengan membandingkan antara jumlah ransum yang diberikan (input) dengan hasil yang diperole baik itu daging atau
telur (output).
Sarjuff. 2001. Kadar
abu ini ditentukan dengan pembakaran bahan pakan pada suhu yang tinggi, sisa
dari pembakaran adalah abu, tetapi abu tidak terlau penting untuk ternak kadar
abu yang paling tinggi ada pada dedak padi.
Shella. 2001. Nilai suatu ransum selain
ditentukan oleh nilai konsumsi ransum dan tingkat pertumbuhan
bobot badan juga ditentukan oleh tingkat konversi ransum, dimana konversi ransum menggambarkan banyaknya jumlah ransum yang digunakan untuk
pertumbuhannya.
Sintha. 2002. Semakin rendah angka konversi
ransum berarti kualitas ransum semakin baik. Nilai konversi ransum dapat dipenuhi oleh beberapa factor, diantaranya
adalah suhu lingkungan, laju perjalanan ransum melalui
alat pencernaan, bentuk fisik, dan konsumsi ransum.
Solihin. 2003. Bahwa kebutuhan
energi metabolis berhubungan erat dengan
kebutuhan protein yang mempunyai peranan penting pada pertumbuhan ayam broiler selama masa pertumbuhan.
Tarmidjo. 2004. Air
Pakan akan menguap oleh panas, sehingga yang tinggal adalah bahan kering.
Persentase air dihitung dari perbedaan bobot contoh sebelum dan sesudah
perlakuan panas.
Tandirta. 2007. Nilai konversi ransum berhubungan dengan biaya produksi,
khususnya biaya ransum, karena semakin tinggi konversi
ransum maka biaya ransum akan meningkat karena jumlah
ransum yang dikonsumsi untuk menghasilkan bobot badan dalam jangka waktu tertentu semakin tinggi. Nilai konversi ransum ransum
yang tinggi menunjukkan jumlah ransum yang dibutuhkan
untuk menaikkan bobot badan semakin meningkat dan
efisiensi ransum semakin rendah.
Teriska. 2000. Persentase serat
kasar yang dapat dicerna oleh ternak ayam
sangat bervariasi. Efeknya terhadap penggunaan energi sangat kompleks.
Serat kasar yang tidak tercerna dapat
membawa nutrien lain yang keluar bersama feses.
Tika. 2000. Kesanggupan ternak
dalam mencerna serat kasar tergantung dari jenis alat pencernaan yang dimiliki
oleh ternak tersebut dan tergantung pula dari
mikroorganisme yang terdapat
dalam alat pencernaan.
Ternak ayam tidak dapat
memanfaatkan serat kasar
sebagai sumber energi.
Tjatiro. 2006. Serat kasar
ini masih dibutuhkan dalam jumlah
kecil oleh unggas
yg berperan sebagi
bulky, untuk memperlancar pengeluaran feses.
Trihartanti. 2005. Bahan pakan untuk ternak adalah segala sesuatu yang diberikan kepada ternak, baik berupa bahan organik maupun anorganik yang sebagian atau seluruhnya dapat dicerna tanpa mengganggu kesehatan ternak yang
mengandung karbohidrat, protein, vitamin, dan mineral-mineral esensial.
Selenium adalah salah satu contoh mineral yang baik untuk ternak.
Ulfa. 2001. Kebutuhan anak
ayam (starter) akan
kalsium (Ca) adalah
1% dan ayam sedang
tumbuh adalah 0,6%,
sedangkan kebutuhan ayam
akan fosfor (P) bervariasi dari
0,2-0,45% dalam ransum.
Uriph. 2007. Ransum ternak
unggas perlu mengandung mineral Ca dan P dalam jumlah yang cukup. Peranan Ca
dalam tubuh ternak unggas tercermin jelas bahwa
70-80% tulang ternak
terdiri atas Ca
dan P.
Vindra. 2005. Ca dan P adalah
mineral esensial, dan keduanya saling berhubungan erat dalam proses biologis
ternak ayam. Nisbah Ca dan P antara 1:1-2:1. Apabila nisbahnya tidak tepat
selanjutnya dapat mempengaruhi penyerapannya.
Walfin. 2004. Feed additive adalah bahan pakan tambahan yang
diberikan pada ternak dengan tujuan untuk meningkatkan produktifitas ternak
maupun kualitas produksi.
Wardana,I. 2003. Kenyataan dilapangan menunjukkan perbedaan
yang signifikan terhadap nilai nutrisi dari serat kasar, karena adanya mikrobia
yang hidup didalam saluran pencernaan yang mampu memproduksi enzim yang dapat
mencerna serat kasar dijadikan sumber energinya. Mikrobia tersebut hidup di
rumen ternak ruminansia dan sel pencernaan belakang (sekum) ternak tertentu.
Hal tersebut menyebabkan hasil analisis serat kasar pada analisis proksimat
lebih bermakna pada ternak non ruminansia dari pada ternak
ruminansia.
III. MATERI DAN METODA
3.1 Waktu dan Tempat
Seluruh kegiatan praktikum
Bahan Pakan Formulasi Ransum dilaksanakan pada setiap hari Jum’at dimulai dari tanggal 12 November 2010 – 17 Desember 2010 dan 14
Januari 2011, pada kegiatan Analisis Proksimat dilakukan selama 1 Minggu
dimulai tanggal 3 Januari 2011 pada pukul 14.00 Wib s/d selesai.
Bertempat di Laboratorium Bahan Pakan dan Formulasi Ransum Gedung C
Fakultas Peternakan, Universitas Jambi.
3.2 Materi
Alat-alat yang dipergunakan pada saat
praktikum pengenalan alat,
obat-obatan dan pengenalan bahan pakan adlh Neraca, Eksikator, Cawan Porselin,
Oven, Tanur, Peralatan Gelas, Alat Penyaring, Penjepit, Buret dan Alat Soklet.
Sedangkan bahan pakan yang
dipergunakan pada pengenalan bahan pakan hijauan yang diamati adalah Rumput
Gajah, Ruput Stylo, Rumput Setaria, Daun Turi, Rumput Benggala, Rumput Raja,
Rumput Mutiara, Daun Cabe-cabean, Euchlena, Lamtoro, dan Jagung, serta
obat-obatan dan vitamin pada ternak, menggunakan pensil, pena, penggaris
& buku-buku tulis untuk membuat laporan.
Bahan pakan yang dipergunakan pada pengenalan bahan pakan hijauan yang
diamati adalah Jagung, Tepung ikan, Ampas tahu, Tongkol Jagung, Batu kapur,
Pati ubi, Serbuk batu bata, Klobot (Kulit jagung), Menir (Bulir padi), Seka,
Bungkil Kelapa, Pelepah sawit, Bungkil inti sawit, Bagas tebu, Tepung K.Kedelai,
Serbuk gergaji, Tepung tulang, Dedak dan Tepung darah, serta menggunakan
pensil, pena, penggaris dan buku tulis
untuk membuat laporan.
Alat yang digunakan pada saat praktikum preparasi sampel yang dilakukan
kali ini yaitu Timbangan
(Neraca) untuk melkaukan penimbngan terhadap sampel dalam menentukan berat awal
dan berat setelah pengeringan, dan bahan-bahan yg dipergunakan yaitu Rumput Gajah, Rumput Raja, Feses Ayam dan Feses Sapi.
Pada kegiatan praktikum analisis proksimat Dalam Penentuan Kadar Air,alat yang digunakan
adalah: Oven listrik, Timbangan analitik, Cawan aluminium, Eksikator, Tang penjepit. Penentuan
Kadar Abu: Cawan porselen 30 mL, Pembakar bunsen atau hot plate, Tanur listrik, Eksikator, Tang penjepit. Penentuan
Kadar Protein Kasar. Peralatan yang dipergunakan: Labu Kjeldahl 300 mL, Satu set alat estilasi, Erlenmeyer 250 cc, Buret 50 cc skala 0,1 mL, Timbangan analitik Bahan ( zat kimia) : Asam
Sulfat pekat, Asam Chorida (
yang sudah diketahui normalitasnya),
Natrium Hydroxsida 40%, Katalis
campuran (yang dibuat dari CuSO4.5H2O dan K2SO4 dengan perbandingan 1:5, Asam borax 5%,Indikator campuran (brom cresolgreen:
Methyl merah = 4 : 5. sebanyak 0,9 gram campuran dilarutkan dalam alkohol 100
mL).
Penentuan Kadar Lemak Kasar. Alat : Satu set alat sokhlet, Kertas saring bebas lemak, Kapas dan biji hekter, Eksikator, Timbangan analitik. Bahan (zat kimia): Kloroform. Penentuan Kadar Serat Kasar. Alat : Gelas piala khusus 600 mL, Cawan porselen 30 mL, Corong Buchner diameter 4,5 cm, Satu set alat pompa vakum, Eksikator, Kertas saring bebas abu, Tanur listrik, Hot plate, Tang penjepit,
Timbangan analitik. Bahan (zat kimia) :
H2SO4 1,25 %, NaOH 1,25 %, Aseton, Aquades panas.
Pada
kegiatan praktikum formulasi ransum dan pencampuran ransum Materi yang
digunakan pada praktikum ini yaitu Tabel Kebutuhan Ternak, Tabel komposisi
bahan makanan ternak, Kalkulator, dan Alat-alat tulis.
3.3 Metoda
Cara kerja yang dilakukan
pada praktikum pertama adalah praktikan mengambil salah satu dari setiap bahan pakan dan alat tersebut kemudian digambarkan serta diberi keterangan fungsi dan
kegunaannya. Jika bahan pakan hijauan dijelaskan serta diklasifikasikan dan
termasuk bahan pakan termasuk sumbernya. Jika obat-obatan dan vitamin tidak digambarkan tetapi diberikan keterangan,
kegunaan, cara pakai, kandungannya.
Cara kerja yang kedua atau pengenalan bahan pakan yang
dilakukan oleh praktikan adalah praktikan mengambil salah satu dari setiap bahan pakan tersebut kemudian diamati, dijelaskan dan diklasifikasikan serta
tambahkan keterangan fungsi dan
kegunaannya. Bahan pakan diklasifikasikan dan termasuk kedalam jenis bahan
pakan yang tergolong apa-apa saja.
Cara kerja atau metode yang dilakukan oleh
praktikan pada praktikum kali ini tentang preparasi sampel yaitu praktikan
menimbang bahan yang masih dalam
keadaan segar dimana berat itu adalah berat awal bahan tersebut setelah
ditimbang kemudian bahan di jemur
hingga kadar air tidak ada
kemudian ditimbang lagi dan dihitung berat akhir lalu hitung kembali kadar air dan kadar bahan kering.
Ada pun cara lain yang dapat dilakukan seperti dilakukan berikut ini cawan perselen yang telah dicuci bersih,
dikeringan didalam oven ± 1 jam dengan temperatur 1050C. kemudian didinginkan didalam
eksikator sekitar 10-20 menit dan ditimbang, kemudian sampel sebanyak 0,5-1
gram dan dimasukkan dalam cawan porselen. Kemudian cawan dan sampel tersebut
dikeringkan dalam oven 1050C
selama ± 12-16 jam, lalu
cawan dan sampel dikeluarkan dari oven dan didinginkan dalam eksikator selama ±
10-20 menit sampai diperoleh berat yang tetap.
Cara
kerja yang dilakukan atau metoda yang dilakukan pada analisis proksimat tentang penentuan
kadar air ini adalah cawan porselen yang telah dicuci bersih, dikeringkan dalam
oven selama 1 jam dengan suhu 1050C, lalu dinginkan dalam eksikator
selama 10-20 menit lalu timbang. Timbang sampel sebanyak 0,5-1 gram lalu
masukkan kedalam cawan porselen, cawan
dan sampel dikeringkan dalam oven 1050C selama 12-16 jam. Setelah
itu cawan dan sampel dikeluarkan dari
oven didinginkan dalam eksikator selama 10-20 menit sampai diperoleh berat yang
stabil.
Cara kerja dalam penentuan Kadar Abu adalah keringkan cawan porselen ke dalam oven
selama 1 jam pada suhu 100°-105°C. Dinginkan
dalam eksikator selama 15 menit dan timbang, catat sebagai A gram Masukkan sejumlah sampel kering oven 2-5
gram ke dalam cawan, catat sebagai B gram Panaskan
dengan hot
plate atau
pembakar bunsen sampai tidak berasap lagi, Masukkan ke dalam tanur listrik dengan temperatur 600-700°C,
biarkan beberapa lama sampai bahan
berubah menjadi abu putih betul. Lama pembakaran sekitar 3-6 jam, Dinginkan dalam eksikator kurang lebih 30
menit dan timbang dengan teliti, catat sebagai C gram, Hitung kadar abunya.
Penentuan Kadar Protein Kasar, untuk
percobaan Dekstruksi Timbang contoh sampel kering oven sebanyak ± 1 gram
( catat sebagai A gram). Masukan ke
dalam labu kjeldhal dengan hati-hati, dan tambahkan 6 gram katalis campuran. Tambah 20 mL Asam Sulfat pekat. Panaskan dalam nyala api kecil di lemari
asam. Bila sudah tidak berbuih lagi destruksi diteruskan dengan nyala api yang
besar. Destruksi sudah di anggap
selesai bila larutan sudah berwarna hijau jernih.
dalam percobaan destilasi,cara kerja
yang dilakukan adalah siapkan alat destilasi selengkapnya, pasang dengan
hati-hati jangan lupa batu didih, vaselin dan tali pengaman, Pindahkan larutan hasil destruksi ke
dalam labu didih, kemudian bilas dengan aquades sebanyak lebih kurang 50 mL. Pasangkan erlenmeyer yang telah diisi asam borax 5% sebanyak 5 mL
untuk menangkap gas amonia, dan telah
diberi indikator
campuran sebanyak 2 tetes. Basakan
larutan bahan dari destruksi dengan menambah 40-60 mL NaOH 40% melalui corong
samping. Tutup kran corong segera setelah larutan tersebut masuk ke labu didih Nyalakan pemanas bonsen dan alirkan air ke
dalam kran pendingin tegak. Lakukan
destilasi sampai semua N dalam larutan dianggap telah tertangkap oleh asam
borax yang ditandai dengan menyusutnya larutan dalam labu didih sebanyak 2/3
bagian (atau sekurang-kurangnya sudah tertampung dalam erlenmeyer sebanyak 15
mL. Pada percobaan titrasi cara
kerjanya adalah erlenmeyer berisi sulingan tadi diambil (jangan lpa
membilas bagian yang terendam dalam air sulingan). Kemudian titrasi dengan HCl yang sudah diketahui
normalitasnya catat sebagai B, titik titrasi dicapai dengan ditandai perubahan
warna hijau ke abu-abu. Catat jumlah larutan HCl yang terpakai sebagai C mL.
Cara
kerja yang dilakukan pada saat penentuan
Kadar Lemak Kasar adalah
Siapkan kertas saring
yang elah kering oven (gunakan kertas saring bebas lemak).
16
Buatlah
selongsong penyaring yang dibuat dari kertas saring, timbang dan catat beratnya
sebagai A gram. Masukkan sampel sekitar 2-5 gram dalam selongsong kemudian
timbang dan catat beratnya sebagai B gram. Tutup dengan kapas kemudian
dihekter, lalu timbang dan catat beratnya sebagai C gram. Berat sampel = (B-A)
gram. Selongsong penyaring
berisi sampel dimasukkan ke dalam alat soxhlet. Masukan pelarut lemak
(Klorofom) sebanyak 100-200 mL ke dalam labu didihnya. Lakukan ekktarksi
(yalakan pemanas hot plate dan alirkan air pada bagian kondensornya). Ekstrasi dilakukan selama lebih kurang 6
jam. Ambil selongsong yang berisi sampel yang telah diekstrasi dan keringkan di
dalam oven selama 1 jam pada suhu 1050 . kemudian masukan ke dalam eksikator 15
menit dan kemudian timbang dan catat beratnya sebagai D gram. Kloroform yang terdapat dalam labu didih,
didestilasi sehingga tertampung di penampungan sokhlet. Kloroform yang
tertampung disimpan untuk digunakan kembali.
Yang
dilakukan dalam penentuan serat kasar yaitu keringkan kertas saring whatman
no.41 dalam oven 1050C selama 1
jam dan timbang. Sapel ditimbang sebanyak
1 gram, lalu masukkan kedalam gelas piala, tambahkan 50 ml H2SO4
0,3 N dan didihkan selama 30 menit. Setelah dididihkan
tambahkan dengan cepat 50 ml NaOH 1,5 N dan didihkan kembali selama 30 menit.
Cairan disaring melalui kertas saring yang telah di ketahui beratnya didalam
corong buchner yang telah dihubungkan dengan pompa vakum. Kertas saring yang
berisi residu dicuci berturut-turut dengan 50 ml H2O panas, 50 ml H2SO4
0,3 N, 50 ml H2O panas dan aseton. Kertas saring berisi residu
dimasukkan ke cawan dikeringkan kedalam oven 1050C sampai didapat
berat yang konstan, dinginkan dalam eksikator dan timbang. Pijarkan sampel
dalam cawan hingga tak berasap. Lalu masukkan ke dalam tanur 6000C
selama 3-4 jam, setelah isi cawan berubah jadi abu, dinginkan dan ditimbang
samp
Cara
kerja yang dilakukan dalam penentuan BETN yaitu dengan mengurangi total
kandungan zat makanan dalam bahan pakan dengan persentase air, abu, protein
kasar, lemak kasar dan serat kasar.
17
Pada
praktikum formulasi ransum yaitu tentukan jenis ransum yang akan disusun
terlebih dahulu, lalu tentukan bahan pakan yang akan digunakan. Kemudian
tentukan kandungan zat makanan masing-masing bahan pakan penyusun ransum
terpilih pada tabel komposisi zat makanan bahan pakan. Tentukanlah jumlah
ransum yang akan disusun dan perkirakan persentase penggunaan setiap bahan
pakan dari jumlah total bahan pakan. Hitung kontribusi zat gizi (PK, Sk, LK,
Energi Metabolisme, dan Lemak) dari masing-masing jenis bahan pakan. Bandingkan
hasil perhitungan ransum yang dibuat dengan kebutuhan ternak yang bersangkutan.
Pada kegiatan praktikum
mencampur ransum yang dilakukan yaitu kelompokkan bahan-bahan yang
jumlahnya sedikit dan teksturnya halus (misalnya garam, premix, CaCO3) dan
campurkan sampai rata, Jika menggunakan dedak dan minyak sawit, campurkan
keduanya terlebih dahulu. Setelah itu tambahkan tepung ikan, bungkil kedele,
jagung dan bahan lainnya. Campurkan semua bahan tersebut sampai rata dan
homogen.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengenalan Alat, Pengenalan Bahan Pakan, dan
Obat – Obatan.
Pengenalan alat :
1. Neraca atau timbangan digital
Neraca atau timbangan digital biasanya digunakan untuk mengukur massa benda sebelum atau
sesudah suatu aktivitas pengujian. Penggunaan alat ini digunakan untuk menentukan berat bahan sebelum dan
atau sesudah sesuatu aktivitas pengujian dilakukan Berbagai jenis dan bentuk
timbangan atau neraca yang dipergunakan dalam aktivitas pengujian.
2. Eksikator
Eksikaotr juga merupakan alat
penting untuk kegiatan praktikum yang dilakukan dalam
laboratorium digunakan untuk
mendinginkan sampel biasanya
sampel tersebut yang telah melalui proses pemanasan atau pengurangan kadar air
didalam oven lalu setelah itu didinginkan dengan menggunakan alat ini dengan
waktu sekitar 10-20 menit proses pendinginan.
3. Cawan Porselin.
Cawan
atau sebagai wadah yang
berbentuk seperti cangkir dengan penutup lengkap biasanya dipergunakan untuk
tempat zat-zat ataupun bahan-bahan yang digunakan untuk praktikum baik itu
untuk tempat perlakuan pemanasan atau tempat pereaksi bahan-bahan yg terdapat didalamnya selama proses
berlangsung.
4. Oven
Oven biasanya digunakan ibu-ibu untuk membuat kue,
akan tetapi dalam kegiatan praktikum yang dilakukan dilaboratorium dimana
dipergunakan untuk membuat
bahan kering suatu bahan
sampel yang diperlukan pada kegiatan praktikum berlangsung atau untuk menurunkan kadar air yang ada pada bahan pakan (segar) biasanya digunakan
dengan suhu 1050C dgn waktu bervariasi.
19
5. Tanur
Proses kegiatan pengurangan
kadar air dilakukan didalam oven, dan pendinginan didalam eksikator, sedangkan tanur
digunakan sebagai alat
membuat abu, alat ini disebut
alat pemanas (500-6000C) tetapi sebelum bahan dimasukkan kedalam
tanur biasanya bahan yang diperguankan harus dipijarkan terlebih dahulu agar
sewaktu didalam tanur tidak terjadi pengepulan asap tebal yang dapat mengganggu
proses pengabuan dan merusak alat tersebut.
6. Peralatan Gelas
Peralatan-peralatan
gelas terdiri dari bermacam-macam seperti contoh gelas ukur, gelas piala, beker
glas, labu ukur, labu erlenmeyer, labu destilasi, labu destruksi, dan berbagai
macam lainnya yang fungsinya tidak jauh berbeda satu sama lain yaitu untuk mengukur takaran benda cair, sebagai tempat
untuk proses pemindahan zat-zat dan lain-lain.
7. Peralatan Penyaring
Penyaringan adalah proses
pembersihan suatu zat-zat cair dari kotoran atau campuran zat atau benda kasar
terdapat didalamnya biasanya penyaring tersebut berupa kertas saring, kertas
saring juga bermacam-macam ada kertas saring yang terdapat kandungan lemaknya,
ada juga kertas saring bebas lemak untuk menyaring larutan agar terbebas dari lemak, dan macam-macam bentuk namun yang paling sering
ditemui yaitu berbentuk bulat, tipis dan berwarna putih.
8. Penjepit
Alat
yang paling sering diperguanakan untuk mengambil benda seperti tabung reaksi,
zat atau bahan yang telah ditimbang dan kertas saring yang telah ditimbang,
tidak boleh diambil menggunakan tangan langsung, karena dapat mempengaruhi
berat timbangan yang telah ditimbang untuk proses perlakuan berikutnya.
9. Buret
Buret
juga alat penunjag praktikum yang sangat penting kedunaanya yang sering
dilakukan sehingga membuat alat ini juga selalu harus ada didalam laboratorium
biasanya digunakan sebagai alat pentitrasi untuk mengetahui
jumlah Nitrogen yang terdapat dalam zat atau bahan pakan.
10. Alat Soket
Alat
soklet juga sangat diperlukan, dngan berbagai proses alat ini sangat
berpengaruh biasanya dipergunakan untuk destilasi larutan
yang akan diperguanakan dalam kegiatan praktikum yang sedang berlangsung.
Pengenalan bahan pakan
:
Hijauan pakanan ternak merupakan tumbuh – tumbuhan yang sengaja maupun yang tumbuh
liar yang dapat berfungsi
sebagai pakan ternak, dimana hijauan tersebut tidak berracun. Bahan pakan adalah suatu bahan makanan yang
protein, lemak, vitamin, mineral dan karbohidrat yang disusun menjadi satu
pakanan ternak. Menurut
pendapat ahli menyatakan bahan
pakan untuk ternak adalah segala sesuatu yang
diberikan kepada ternak, baik berupa bahan organik maupun anorganik yang sebagian atau seluruhnya dapat
dicerna tanpa mengganggu kesehatan ternak yang mengandung karbohidrat, protein,
vitamin, dan mineral-mineral esensial. Selenium adalah salah satu contoh
mineral yang baik untuk ternak.
(Trihartanti, 2005). Klasifikasi
bahan pakan adalah:
Jenis jenis bahan pakan:
1. Jagung (Zea mays)
Klasifikasi
Kingdom :
Tracheobionta Subkelas : Commelinidae
Super
divisi : Spermatophyta Ordo :
Poales
Divisi :
Magnoliophyta Famili : Poaceae
Kelas :
Liliopsida Genus : Zea
Spesies :
Zea mays
21
Jagung
memiliki
ciri-ciri sebagai berikut :
berakar serabut, tergolong
graminae, batang beruas-ruas, bentuk daun panjang
dan melengkung, memiliki pelepah daun, memiliki buah diantara pelepah daun,
pucuk daun berstruktur lemah dan bentuknya menggulung, termasuk
monocotylodenae.
Protein kasar Lemak kasar
Serat kasar adalah sebagai berikut :Protein kasar 8.6%, Lemak kasar 3,8%, dan
Serat kasar 2,5%. Kualitas protein terdiri dari lisin + tryptofan. Kandungan nutrisi Jagung: Karbohidrat 70%, Protein 10%, Air 11% (Lebih
kuning jagung semakin baik nutrisinya). Dedak / Katul: Karbohidrat 37%, Protein
8–11%, Serat kasar 11–48%. Selain itu, jagung juga
mengandung xantofil + karoten, riboflavin (B2), thiamin (B1), dan asam
pantotenat
2. Lamtoro atau Petai Cina (Leuchaena leuchocepala)
Klasifikasi
Divisio : Spermatophyta Ordo : Mimosaceae
Sub divisio : Angiospermae Familia : Leucaena
Class :
Dicotyledone Species : Leuchaena leuchocepala
Genus :
Rosales
Ciri-ciri
: berakar tunggang, tergolong dalam leguminosa, bentuk batangnya bercabang,
termasuk tanaman berbiji satu atau monocotyl.
Kandungan
dalam petai cina hampir sama dengan kacang tanah karena termasuk jenis
leguminosa. tetapi perbedaannya terlihat dari bentuk morfologinya yaitu daunnya
lebih kecil dari kacang tanah, batang lebih besar,memiliki akar dan warnanya
hijau. (Handoko, 1999) menyatakan semua zat yang terdapat dalam
bagian tubuh seperti daun, bunga, buah lamtoro adalah zat protein yang berkisar
antara 30 – 40 %, zat lemak
6,13 %, sedangkan kadar salah satu jenis alkoid
yaitu memosin hanya 2,80 %.
22
3. Rumput gajah (Pennisetum purpureum)
Klasifikasi
Kingdom : Plantae Sub Kelas :
Commelinidae
Subkingdom :
Tracheobionta Ordo :
Poales
Super Divisi :
Spermatophyta Famili :
Poaceae
Kelas :
Liliopsida Spesies : Pennisetum purpureum
Ciri – ciri : berakar serabut,
tergolong dalam graminae, batangnya beruas-ruas, daunnya panjang dan
melengkung, pada permukaan daun terdapat bulu-bulu.
Rumput
gajah merupakan tumbuhan yang memerlukan hari dengan waktu siang yang pendek,
dengan fotoperiode kritis antara 13-12 jam. Pendapat ahli yang menyatakan bahwa rumput
gajah merupakan hijauan pakan sumber energi, memiliki batang yangkadar serat
lebih rendah sehingga dapat dipotong pada tingkat pertumbuhan yang lebih
menggunakan potongan batang atau potongan rumput. Rumput gajah ini banyak juga
di jumpai di persawahan. Tingginya bisa mencapai 5 m, batangnya keras, daun
panjang, dan dapat berbunga. Kandungan rumput gajah terdiri dari 19,9% (BK)
Bahan Kering, 10,2% (PK) Protein Kasar, 1,6% Lemak, 11,7% Abu, 34,2% (SK) Serat
Kasar, dan 42,3% (BETN) Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen. (Cahyono, 2002)
Keunggulan
dari rumput ini adalah dapat tumbuh baik di daerah pegunungan, disukai
ternak,dapat tumbuh pada struktur tanah sedang sampai berat dengan kemampuan
menahan air yang tinggi ,agak toleran terhadap tanah yang asam dan
alkalis,tahan lindung sedang, tahan kering dan berproduksi tinggi dapat
mencapai 150-200 ton/ha/thn.
4. Rumput setaria (Setaria anceps)
Klasifikasi
Kingdom : Plantae Ordo : Poaceae
Divisi : Magnoliophyta Genus : Setaria
Class : Liliopsida Spesies : Setaria
anceps.
23
Ciri-cirinya yaitu tumbuh
dalam bentuk rumpun, berdaun banyak dan berwarna hijau, batang tidak terlihat
karena tertutup oleh daun,
bentuk daun memanjang seperti pita. Rumput ini merupakan rumput potong atau gembala di daerah dataran
tinggi,termasuk tanaman yang tahan kering dan teduh, berdaun lunak dan disukai
ternak. Sering juga disebut sebagai rumput setaria
lampung. Rumput setaria bersifat perennial, tumbuh tegak, berumpun lebat,
tinggi dapat mencapai 2 m, berdaun halus dan lebar berwarna hijau gelap,
berbatang lunak dengan warna merah keungu-unguan, bunga tersusuri dalam tandan
coklat keemasan, pangkal batang pipih, dan pelepah daun pada pangkal batang
tersusun seperti kipas.
5. Rumput raja (Pennisetum
purphopoides)
Klasifikasi:
Divisi : Spermatophyta Famili : Graminaceae
Class : Monocotyledonae Genus : Pennisetum
Ordo : Graminales Spesies : Pennisetum
purphopoides
Ciri-ciri rumput ini berakar serabut, batang tegap bercabang-cabang dan
mempunyai ruas-ruas buku, termasuk graminae, bentuk daun panjang dan
melengkung, memiliki pelepah daun. Rumput raja atau King grass (Pennisetum purpuroides) adalah jenis rumput
baru yang merupakan hasil persilangan antara Pennisetum purpureum (rumput
gajah) dengan Pennisetum typoides. Rumput ini merupakan sumber energi yang
paling banyak mengandung serat kasar. bentuk morfologinya mempunyai batang.
akar, daun yang menjulur paniang lebih kec dibanding rumput gajah dan mempunyai
bulu halus.
6. Kacang Tanah (Arachis hypogea)
Klasifikasi
Kingdom :
Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom :
Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
24
Kelas :
Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Ordo :
Fabales
Famili : Fabaceae (suku polong-polongan)
Spesies :
Arachis hypogaea L.S
Ciri-cirinya yaitu berakar tunggang dan memiliki bintil akar, tergolong dalam leguminosa, batang
bercabang dan mempunyai ruas yang dilapisi daun daun muda, daunnya berbentuk
spiral dan pada satu tangkai terdapat 3-5 buah daun, memiliki biji
dibawah/bersama akar dan bunga berwarna kuning muda.
Kacang tanah Merupakan sumber
protein nabati dan dapat dijadikan bungkil kacang tanah yang memilki kandungan
nutrisi sebagai berikut: Protein kasar 47%, lemak kasar 1%, dan serat kasar 14%.
7. Rumput Benggala (Panicum maximum)
Klasifikasi
Divisio :
Spermatophyta Famili :
Graminaeae
Class :
Monocotyledonae Genus :
Penicum
Ordo :
Graminales Spesies : Penicum
maximum
Ciri-ciri seperti
rumput raja,berdaun panjang dan batang beruas-ruas. Termasuk tanaman rumput berumur panjang, tumbuh tegak, batang seperti padi,mencapai tinggi 2m-2,5m, warna hijau tua, berdaun lebar, bagian tepi kasar tetapi lunak dengan lidah daun yang kuat,dan
memiliki akar yang dalam.
8. Legum stylo (Stylosantes
humilis)
Klasifikasi
Kingdom :
Plantae Class : Dycotiledonae
Divisi :
Spermatophyta Genus : Stylosantes
Subdivisi :
Angiospermae Spesies : Stylosantes humilis
25
Ciri-ciri
berdaun hijau kecil batang menjalar dan keras akar tunggang, tergolong dalam
leguminosa, bentuk batang bercabang dan strukturnya keras dan terdapat
pembungkus batang, berdaun tiga dan memiliki tangkai daun, memiliki bunga
berwarna kuning.
9. Daun cabe-cabean
Kandung nutrisi didalam daun
cabe-cabe adalah karbohidrat dan merupakan sumber energi. Ciri-cirinya berakar serabut, termasuk graminae,
bentuk batang bercabang dan halus dan memilki batasan-batasan pada batang pada ujung batang
lebih banyak kelompok daun, mencapai 4-8 buah memiliki tangkai daun dan berbentuk bulat
hati.
10. Rumput mutiara
ciri-cirinya yaitu berakar
tunggang, termasuk leguminosa, memiliki batang bercabang dan strukturnya keras,
pada kelompok daun terdapat 2 buah daun diantara mahkota daun muda.
11. Daun Turi (Putri
Malu)
Ciri-cirinya yaitu tumbuh di
daerah tropis,bentuk daun dari tanaman ini adalah kecil dan jumlahnya
banyak,batangnya bercabang dan sedikit keras,serta akarnya berbentuk
serabut,tanaman ini sensitif terhadap sentuhan.
Obat-obatan dan Vitamin:
Aditif adalah bahan pakan
tambahan yang diberikan pada ternak dengan tujuan untuk meningkatkan
produktifitas ternak maupun kualitas produksi. Menurut pendapat ahli ada 3 jenis pakan aditif yakni, aditif bahan konsentrat, aditif bahan suplemen dan aditif bahan premix. Pakan aditif adalah bahan pakan
tambahan yang diberikan pada ternak dengan tujuan untuk meningkatkan
26
produktifitas ternak maupun kualitas produksi. Selain itu adalah pakan tambahan yang umum
digunakan dalam meramu pakan ternak. (Ardinawati, 2001)
Gizi isi dari pakan ternak bukan hanya dipengaruhi oleh kandungan nutrisi
tetapi juga oleh banyak aspek lain seperti, presentasi pakan, kebersihan,
kecernaan, dan efek pada kesehatan usus untuk beberapa nama. Bahkan dengan
semua manfaat pakan sebagian besar diet hewan ternak masih terdiri dari jagung,
gandum dan bungkil kedelai karena biaya pakan kualitas Dalam beberapa kasus,
jika hewan tidak memiliki beberapa jenis pakan dalam diet yang tidak dapat
tumbuh dengan baik.
Table Obat Hewan Ternak
Nama obat: coxy
|
Kegunaan: koksidiosis
|
Bentuk dan Warna: Serbuk warna
coklat muda
|
Cara pemakaian
Pengobatan:
-
5
gr setiap 1 liter air minum atau 5 sendok plastik putih rata terlampir tiap 1
liter air minum, pemberian secara 3-2-3, yaitu 3 hari denga obat, 2 hari air minum biasa,
lalu 3 hari berikutnya dengan obat. Cara ini diteruskan sampai gejala
penyakit hilang
|
Kandungan: tiap kg
mengandung sodiumsulfatnoquinoxaline
82,5 kg
|
Produsen: Medion
|
Nama obat: Tetra-Chlor
|
Kegunaan: 1. Korisa(pilek, muka
bengkak)
2. Kolera
(Berak Hijau)
3. CDR
(Batuk, Ngorok)
4. Pullorum
(Berak putih)
|
Bentuk dan Warna: kapsul dan
berwarna merah
|
Cara pemakaian:
-
Ayam
umur sampai 4 minggu: 1x1/2 kapsul per hari
-
Ayam
umur 4- 8 minggu : 2x1/2 kapsul
per hari
-
Ayam
umur lebih dari 8 minggu: 2x1/2 kapsul per hari.
|
Kandungan bahan: tiap kapsul
mengandung tetrecyline HCL 50 mg,
eritrhomycin base 10 mg, VIT B1, VIT B2, VIT B6, VIT
B12, Sodium sulfate
|
Produsen: Medion
|
27
Nama obat: Doxyvet
|
Kegunaan: CDR (Ngorok)
|
Bentuk dan Warna: Bubuk, warna
kuning
|
Cara pemakaian : 2gr tiap liter
air minu diberikan selama 3 hari berturut-turut
|
Kandungan Bahan: setiap kg
mengandung doxycyline HCL 25 gr
|
Produsen: Medion
|
Nama obat: Therapy
|
Kegunaan :1.kolera
2. CDR
3.Pullorum
(Berak kapur, Kedinginan)
4.Synovitis (radang
persendian)
5.Kalbsidiosis
6.Korisa (pilek, muka
bengkak)
|
Bentuk dan Warna: serbuk warna
coklat gelap
|
Cara pemakaian:
Pencegahan:
- untuk mencegah penyakit pada waktu stress
1gr tiap 2 liter air minum
/ 5 sendok plastik putih rata terlampir tiap
liter air minum diberi
selama 2-3 hari
berturut-turut.
- untuk pencegahan terhadap
adanya wabah: 1 gr tiap 2 liter air minum atau
5 sendok plastik putih rata terlampir tiap 4 liter air minum diberi
selama 5-
7 hari berturut-turut.
Pengobatan :
- 1 gr tiap 1 liter air minum atau 5
sendok plastik putih rata terlampir tiap 2 liter air minum diberi selama 5-7
hari berturut-turut.
|
Kandungan bahan : VIT A, K,
Amprolium, oxytetracycline HCL
|
Produsen : medion
|
Sumber Vitamin
No
|
Nama Vitamin
|
Bentuk Fisik
|
Warna
|
Rasa
|
Bau
|
1
|
Vita Stress
|
Serbuk
|
Kuning
|
-
|
Menyengat
|
2
|
Egg stimulant
|
serabut
|
Orange
|
-
|
Menyengat
|
3
|
Turbo
|
Kental
|
Hitam
|
-
|
Asam
|
5
|
Vita Chicks
|
Halus
|
hitam
|
-
|
Asam
|
2
|
Neobro
|
serabut
|
Coklat tua
|
-
|
Menyengat
|
28
1. Vita Stress
Indikasi: menambah daya tahan
tubuh dan mencegah stress pada waktu sebelum dan sesudah vaksinasi, setelah
potong paruh, pindah kandang, penggantian ransum pada waktu iklim yang burk dan
pada masa rontok bulu. Mencegah kekurangan vitamin pada ayam terutama pada jika
terdapat gangguan pertumbuhan bulu. Memperbaiki pemulihan, kesehatan, setelah
sakit dan sesudah pengobatan dengan obat- obatan antibiotika.
2. Egg stimulant
Indikasi
: mempercepat terjadinya produksi telur yang meksimal, mencegah kemerosotan
produksi telur sewaktu ayam tersserang penyakit stress karena vaksinasi,
perubahan cuaca dan pemindahan kandang.
3. Turbo
Indikasi
: meningkatkan dan memperpanjang produksi telur, menambah kesuburan, mencegah
penyakit yang disebabkan oleh kekurangan vitamin, dan mencegah stress.
Komposisinya terdiri: vitamin (A, D, E, K, B1, B2, B6,
B12, C ), Metionin, Folic acid, Calcium-D-pentatonat, dan
nicotinamid.
4. Vita Chicks
Indikasi: mempercepat pertumbuhan,
mencegah kekurangan vitamin, mengatasi stress, dan mengurangi angka kematian
pada anak ayam.Komposisi: bacitracin, vitamin A, Vitamin D3, Vitamin
E, Vitamin E, Vitamin K3, Vitamin B2, Vitamin B1,
Vitamin B12
5. Neobro
Indikasi: merangsang pertumbuhan
ayam pedaging, melengkapi segala kebuthan vitamin dan asam amino, meningkatkan
efisiensi ransum, mencegah stress dan daya tahan tubuh meningkat.Komposisinya
antaralain: metionin, lisin, sodium sulfat, vitamin (vitamin: A, D3,
E, K3, B1, B6, B12, C),
Ca-d-pantotenat, nicotinamid, zinc, manganese, magnesium, copper, cobalt.
29
4.2 Pengenalan Bahan Pakan
Bahan pakan adalah
suatu bahan makanan yang protein,lemak,vitamin, minerak dan karbohidrat yang
disusun menjadi satu pakanan ternak yang dapat dimakan oleh ternak dan sifatnya
tidak memberikan efek negatif pada ternak itu
sendiri atau tidak bersifat toksik pada ternak. Menurut pendapat ahli
menyatakan bahan pakan untuk ternak adalah segala sesuatu yang diberikan
kepada ternak, baik berupa bahan organik maupun anorganik yang sebagian atau seluruhnya dapat
dicerna tanpa mengganggu kesehatan ternak yang mengandung karbohidrat, protein,
vitamin, dan mineral-mineral esensial. Selenium adalah salah satu contoh
mineral yang baik untuk ternak.
(Budiono, 2005).
Klasifikasi pakan dapat dibedakan antara
lain: Bahan pakan
asal hewan seperti: tepung daging, tepung tulang, tepung
darah, tepung susu, tepung telur. Bahan Pakan asal ikan tepung ikan, tepung
kepala udang. Bahan pakan asal tanaman: pakan hijauan pakan ini dikenal pula dengan hijauan makanan ternak
seperti: leguminosa misalnya
kedelai, kacang tanah. Menurut bentuk fisik dibedakan menjadi: Bentuk Tepung
yaitu tepung ikan, tepung kedelai, tepung tulang, tepung
darah, Bentuk butiran
antara lain: jagung dan pakan ini biasanya disukai oleh ternak
unggas dan yang terakhir adalah bentuk
cair misalnya minyak ikan dan minyak kedelai, tapi pada praktikum kali ini bahan pakan
yang dipraktikumkan atau yang diamati tidak ada yang berbentuk cair.
Menurut Kelazimannya: Bahan pakan konvensional adalah bahan
pakan yang lazim dipakai unuk menyusun ransum, bahan pakan ini dapat berasala
dari tanaman ataupun hewan, ikan, dan hasil sampingan
industri pertanian contohnya rumput-rumputan. Bahan pakan inkonvensional adalah bahan pakan yang tidak atau belum lazim dipakai
untuk menyusun ransum. Bahan pakan ini bisa berasal dari industri kimia, pertanian maupun hasil fermentasi.
Makanan yang mengandung sumber Energi yaitu
pakan yang berasal dari biji-bijian, akar-akaran, umbi-umbian, dan buah-buahan.
Makanan sumber
Protein yaitu bisa berasal dari protein hewani (tepung ikan) maupun protein nabati (tepung daun). Makanan sumber mineral yaitu
30
tepung tulang dan kapur. Makanan sumber
vitamin yaitu makanan yang berasal dari buah-buahan. Makanan additive yaitu
bahan makanan yang diambahkan kedalam ransum dalam jumlah yang sedikit dengan
tujuan tetentu, seperti: Antibiotik, bahan pewarna, dan hormon.
Menurut Sumber zat
gizinya di bedakan atas: Serat Kasar
rendah, Protein Kasar
rendah antara lain: Jagung,
molases atau bagass tebu. Carbonacleus
roughages kandungan energi rendah, Serat Kasar
tinggi, protein kasar rendah. Proteinacleus concentrates kandungan pakan dengan
energi rendah, Serat Kasar
rendah, Protein Kasar
tinggi antara lain: Bungkil, kacang
kacangan, kedelai, kapas, tepung daging, dan
urea. Proteinacleus roughages bahan
pakan dengan kandungan energi rendah, Serat
kasar
cukup, Protein kasar
cukup, kalsium tinggi, Contohnya:
Hijauan leguminosa, hijauan kering. Bahan
aditif adalah Bahan pakan yang
ditambahkan kedalam ransum dalam jumlah
yang sedikit Contonya :Virtamin,
mineral, antibiotik, hormon, obat pewarna.
- Pakan Sumber Protein
1. Protein Hewani
No
|
Bahan Pakan
|
Bentuk Fisik
|
Tekstur
|
Warna
|
Bau
|
1
|
Tepung ikan
|
Berbentuk tepung
|
Halus dan sebagian ada yang masih kasar
|
Hitam
kecoklatan
|
Ikan
|
Tepung ikan ini banyak
manfaatnya, karena kandungan proteinya yang cukup tinggi dan juga kandungan zat
nutrien lainnya, dimana kandungan protein dari tepung ikan ini adalah lebih
dari 20%, sedangkan kandungan karbohidratnya kurang dari 18%, dan bahan makanan
yang kandungan proteinnya lebih dari 20% dan karbohidratnya kurang dari 18%,
maka bahan pakan ini dimasukkan ke dalam bahan pakan sumber protein.
Menurut pendapat Karina, 2003.
Fungsi dari protein adalah sumber energi, suber gula darah, sumber glikogen,
sumber bagian-bagian kerangka karbon untuk
31
sintesis protein, dan sumber gula air susu bagi
ternak dan Kertanegara,1999, Molekul protein adalah sebuah polimer-polimer dari
asam-asam amino yang digabungkan dengan ikatan-ikatan peptida hal ini sesuai
dengan kenyataanya.
Tampak jelas diketahui bahwa
tepung ini berasal dari ikan. Manfaat utama dari tepung ikan ini bagi ternak
adalah untuk membantu pertumbuhan dan perkembanagan ternak dan juga dapat
memacu peningkatan nafsu makan ternak, tepung tulang ini diperoleh dari hasil
sis pembuangan atau dari limbah pembuanagan perikanan dan juga sisa sisa
pembuangan dari hasil pemasaran ikan ikan, dimana sisa sisa ikan ini
dikumpulkan kemudian digiling sampai halus atau sampai berbentuk tepung.
2. Protein nabati
No
|
Bahan pakan
|
Bentuk fisik
|
tekstur
|
warna
|
Bau
|
1
|
Ampas tahu
|
Berbentuk tepung
|
Halus
|
Putih
|
Ubi kayu atau normal
|
2
|
Tepung kedelai
|
Berbentuk tepung
|
Halus
|
Putih
|
Berbau kacang kedelai atau normal
|
3
|
Bungkil
kedelai
|
Berbentuk
butitan
|
Campuran ada
yang halus dan yang kasar
|
Putih campur
kuning
|
Kacang kedelai
|
|
|
|
|
|
|
|
Bahan pakan diatas dimasukkan
ke dalam bahan pakan protein hewani karena bahan pakan ini kaya akan
protein.Dikatakan ampas tahu, karena bahan pakan ini terbuat atau berasal dari
sisa sisa pembuatan tahu. Kegunaanya cukup besar karena di dalam ampas tahu ini
masih banyak tertinggal protein yang bisa membantu mencukupi
kebutuhan protein untuk
pertumbuhan dan perkembangan
ternak.hal ini tidak jauh beda manfaatnya dari
tepung kedelai dan bungkil kedelai
karena ketiga bahan pakan ini berasal dari kacang kedelai, yang membedakannya
adalah jumlah kandungan nutrien yang dimiliki masing masing bahan pakan, dimana
32
kndungan
protein dari tepung kedelai lebih banyak.
Hal ini berrealsi dengan
prinsip Liliana,2000, Fungsi-fungsi protein dan asam-asam nukleat dalam tubuh
yaitu membangun dan menjaga protein jaringan dan organ tubuh, menyediakan
asam-asam amino makanan dan Lora,2001, Fungsi protein lain yaitu untuk
menyediakan sumber gula darah, sumber beberapa hormon dalam tubuh, menyediakan
komponen tertentu dari DNA, menyediakan komponen tertentu dari RNA, dan
menyediakan komponen tertentu dari ATP.
- Pakan Sumber Energi
A.Berbentuk
Biji-bijian atau Butiran
No
|
Bahan pakan
|
Bentuk fisik
|
Ukuran(mm)
|
Berat
|
Warna
|
Bau
|
1
|
Jagung
|
Berbentuk butiran
|
10 mm
|
500 gr
|
Kuning keputihan
|
Berbau jagung atau normal
|
2
|
Bungkil inti sawit
|
Butiran
|
5 mm
|
500 gr
|
Hitam bercampur coklat
|
Berbau tengik / khas
|
Bahan
pakan yang termasuk kedalam pakan sumber energi, jika bahan pakan tersebut
mempunyai kandungan karbohidrat yang tinggi, < 20%. Jagung mempunyai
kandungan karbohidrat yang cukup tinggi yaitu sekitar 60% - 80% dan sisanya
adalah ada protein dan kandungan nutrien lainnya. Sama dengan bungkil inti
kelapa sawit, jika bahan pakan ini dianalisis dan diamati, kandungan bahan
pakan ini cukup tinggi begitu pula terhadap lemaknya.
Jagung memiliki
ciri-ciri sebagai berikut :
berakar serabut, tergolong graminae, batang beruas-ruas, bentuk daun
panjang dan melengkung, memiliki
pelepah daun, memiliki buah diantara pelepah daun,
pucuk daun berstruktur lemah dan bentuknya menggulung, termasuk
monocotylodenae.
33
Protein kasar Lemak kasar
Serat kasar adalah sebagai berikut :Protein kasar 8.6%, Lemak kasar 3,8%, dan
Serat kasar 2,5%. Kualitas protein terdiri dari lisin + tryptofan. Kandungan nutrisi Jagung: Karbohidrat 70%, Protein 10%, Air 11% (Lebih
kuning jagung semakin baik nutrisinya). Dedak / Katul: Karbohidrat 37%, Protein
8–11%, Serat kasar 11–48%. Selain itu, jagung juga
mengandung xantofil + karoten, riboflavin (B2), thiamin (B1), dan asam
pantotenat.
B. Berbentuk Tepung
No
|
Bahan pakan
|
Bentuk fisik
|
Warna
|
Bau
|
1
|
Tepung pati
|
Berbentuk tepung dan sangat halus
|
Putih
|
Berbau ubi kayu atau normal
|
2
|
Dedak
|
Berbentuk serbuk
|
Merah muda
|
Beras atau debu beras
|
Bahan
pakan ini sangat besar manfaatnya bagi ternak, karena sebagian besar bahan
pakan ini, khususnya digunakan sebagai bahan pakan tambahan untuk
ternak ruminansia besar maupun ternak non
ruminansia, seperti ternak babi, bahan pakan ini juga digunakan sebagai feed
aditif bagi ternak unggas. Pakan dedak
berasal dari hasil penggilingan padi, dimana dedak ini campuran dari sekam
halus dan kulit ari dari beras.
- Sumber Mineral.
No
|
Bahan pakan
|
Bentuk fisik
|
Warna
|
Bau
|
1
|
Tepung tulang
|
Berbentuk tepung halus
|
Putih
|
Normal
|
2
|
Tepung
kulit kerang
|
Halus dan keras
|
Warnanya adalah warna putih
|
Normal
|
34
Bahan
pakan diatas dikatakan bahan pakan sumber mineral karena bahan pakan tersebut
kaya akan kandungan zat mineral dan
manfaatnya cukup besar, khusunya untuk membantu
memperkuat persendian tulang bagi ternak.dan bahan pakan ini dinamakan
tepung kulit kerang, karena berasal dari kulit kerang dan dikatkan tepung
tulang, karena asalnya dari tulang.
Menurut Nelly,2005, Saat ini
lebih dari 60 unsur mineral yang diketahui, yang terdiri dari mineral makro dan
mineral mikro dalam bahan makanan dan jaringan tubuh. dan menurut pandngan
Renova,2007, Apabila produksi tidak normal berarti terjadi ketidakseibangan
energi dan protein, kalau protein dan energi sudah seimbang namun produksi juga
tidak normal maka kemungkinan besar terjadi desiensi, kelebihan atau
ketidakseimbangan mineral. Sementara Sartika,2001, Unsur-unsur yang membentuk
bagian dari abu yang telah mengalami pembebasan dari komponen organik, itulah
yang kita sebut dengan sebagai mineral, abu atau unsur-unsur organik. Lalu
Urmadi,2006, menyatakan demikian beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan
mineral yaitu antaralain: jenis dan level produksi, Bentuk ikatan kimia dan Bangsa ternak.
- Pakan Asal Limbah Pertanian / Agroindustri.
No
|
Nama limbah
|
Asal limbah
|
Bentuk fisik
|
Warna
|
Bau
|
1
|
Tongkol jagung
|
Dari jagung
|
Panjang dan berbentuk silinder
|
Coklat muda
|
Normal
|
2
|
Klobot
|
Daun pembungkus biji jagung
|
Lebar lebar dan kering
|
Coklat
|
Normal
sebagaimna mestinya
|
3
|
Menir
|
Padi
|
Berbentuk ikatan
|
Kuning kecoklatan
|
Seperti bisa sebagaimana bau normalnya
|
4
|
Kulit pisang
|
Dari pisang
|
Lebar dan panjang sesuai dengan bentuk
dan jenis pisang itu sendiri
|
Ada yang berwarna kuning jika sudah
masak dan ada hijau jika masih mengkal
|
Baunya normal sebagaimana bau pisang
|
5
|
Sekam
|
Dari hasil panen, seperti padi
|
Berbentuk rumput dan kering
|
Sesuai dengan jenis sekam
|
Sesuai degan jenis sekam itu sendiri
|
6
|
Pelepah sawit
|
Dari pohon sawit
|
Berbentuk batangan
|
Hijau, coklat sesuai umur pelepah
|
Sesuai umur pelepah
|
7
|
Bagass tebu
|
Tebu
|
Serat
|
Putih kekuningan
|
Berbau air tebu / gula
|
36
Dimana
bahan pakan yang berasal dari limbah pertanian atau agroindustri harus diolah
atau diproses terlebih dahulu dengan ramuan-ramuan pakan lain baik itu dari
sumber vitamin, sumber mineral, sumber protein, sumber karbohidrat, sumber
lemak dan kandungan-kandungan nutrisi lainnya.
- Bahan Pemalsu Makanan.
No
|
Bahan pakan
|
Bentuk fisik
|
Sumber
|
Warna
|
1
|
Serbuk batu bata
|
Serbuk halus
|
Batu bata
|
Merah
|
2
|
Batu kapur
|
Berbentuk serbuk
|
Batu kapur
|
Putih
|
Bahan pakan pemalsu makanan
biasnya digunakan untuk menarik perhatian ternak yang dipelihara saat ingin
makan, dimana biasnya ternak lebih tertarik pada warna yang lebih cerak,
khusunya untuk ternak unggas.
4.3 Preparasi Sampel
Dalam pengambilan sampel suatu bahan harus dilakukan secara benar agar
diperoleh sampel yang benar-benar representatif, yang mampu menggambarkan
keadaan bahan yang diambil sampelnya secara tepat. Untuk tujuan tersebut maka
dalam pengambilan sampel perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Homogenitas Sampel
Salah satu faktor yang
menentukan tingkat representatif sampel yang diambil adalah homogenitas bahan
yang akan diambil sampelnya. Efek ukuran dan berat partikel sangat berpengaruh
terhadap homogenitas bahan, dimana bagian yang berukuran dan berat lebih besar
kemungkinan akan berpisah dengan bagian yang lebih kecil dan ringan (SEGREGRASI). Pada hijauan di suatu lahan, kualitas
hijauan pada tiap-tiap bagian lahan, kemungkinan mempunyai kualitas yang
berbeda karena adanya kemungkinan perbedaan kesuburan tanah pada lahan tersebut. Oleh karena itu agar diperoleh sampel harus dilakukan pada beberapa
37
bagian lahan secara acak, sehingga data yang
diperoleh memberikan informasi yang benar terhadap kualitas bahan tersebut.
b. Cara Mengambil Sampel
Cara pengabilan sampel dilakukan dengan dua cara yaitu secara ASELEKTIF dan
SELEKTIF. ASELEKTIF artinya cara pengambilan sampel yang dilakukan secara acak dari
keseluruhan bahan tanpa memperhatikan atau memisahkan bagian-bagian daribahan
tersebut. Misalnya dalam pengambilan sampel pada rumput gajah, sampel kita
ambil dari seluruh bagian rumput gajah tersebut baik bagian daun maupun bagian
batang, kemudian dipotong-potong dan dicampur secara merata agar diperoleh
bahan yang benar-benar homogen, sehingga sampel yang diambil benar-benar
representatif.
SELEKTIF artinya cara pengambilan sampel yang dilakukan secara acak
dari bagian-bagian tertentu suatu bahan. Misalnya dalam pengambilan sampel
bagian batang dan bagian daun rumput gajah, maka sebelum diambil sampelnya
bagian-bagian tersebut harus dipisahkan terlebih dahulu antara batang dan daunnya, baru diambillah sampelnya.
c.
Jumlah sampel
Jumlah
sampel yang diambil akan sangat berpengaruh terhadap tingkat representatif
sampel yang diambil. Jumlah sampel yang diambil tergantung pada kebutuhan untuk
evaluasi dan jumlah bahan yang diambil sampelnya. Sebagai pedoman jumlah sampel
yang diambil adalah 10% dari jumlah bahan. Pada bahan yang berjumlah banyak
misalnya lebih dari 100 kg, sampel diambil sebanyak 10% dari jumlah tersebut
secara acak, kemudian sampel diambil lagi sebanyak 10% dari sampel yang
terambil tersebut.
d.
Penanganan sampel
Sampel yang telah
diambil harus segera diamankan agar tidak rusak atau berubah sehingga mempunyai
sifat yang berbeda dengan bahan dari mana sampel tersebut diambil. Misalnya
terjadi penguapan air, pembusukan atau tumbuhnya jamur, ketengikan dan lain-lain. Sampel yang diperoleh dari kadar air rendah
38
(kurang dari 15%), kemungkinan terjadi
kerusakan sampel sangat kecil sekali. Sehingga sampel dapat langsung dimasukkan
kedalam kantong plastik dan dibawa ke laboratorium untuk dianalisis. Sedang
sampel yang diperoleh dari bahan segar misalnya hijauan atau silase, maka
kemungkinan terjadi penguapan besar sekali. Jika lokasi pengambilan sampel jauh dari laboratorium maka sampel
yang telah diambil segera ditimbang, dikeringkan atau dijemur sampai beratnya
konstan di tempat yang aman (diusahakan tidak terdapat bagian sampel yang
hilang), kemudian dibawa ke laboratorium untuk selanjutnya dianalisis.
e.
Prosesing sampel
Untuk tujuan evaluasi
terutama evaluasi secara mikroskopik, kimia dan biologis, semua sampel harus
digiling lebih dahulu sehingga diperoleh sampel yang halus. Tipe evaluasi pakan pada prisipnya ada 3
yaitu metode In vitro, Insacco, In vivo. Tipe evaluasi pakan In vivo merupakan
metode penentuan kecernaan pakan menggunakan hewan percobaan dengan analisis
pakan dan feses. Pencernaan ruminansia terjadi secara mekanis, fermentative,
dan hidrolisis Karim,2005.
Dengan metode Invivo dapat diketahui pencernaan bahan pakan yang terjadi
didalam seluruh saluran pencernaan ternak, sehingga nilai kecernaan pakan yang
diperoleh mendekati nilai sebenarnya. Koefisien cerna yang ditentukan secara In
vivo biasanya 1% sampai 2 % lebih rendah dari pada nilai kecernaan yang
diperoleh secara In vitro (T.cole.2001).
Bahan pakan yang diambil dalam pada praktikum reparasi sample ini adalah
rumput gajah, rumput raja, feses ayam, dan feses sapi hali ini sesuai dengan
pernyataan Galuh,2000, Dalam
penentuan kadar air dari setiap sampel-sampel dapat berasal dari tumbuh tumbuhan
maupun hewan dan hasil ikutan lainnnya dengan kadar air yang berragam jumlah
dan keadaan normalnya.
Kadar airnya dihitung
dengan rumus :
Kadar
air = A-B x 100 %
A
Setelah dilakukan penghitungan
pada pengukuran kadar air didapatkan berat awal sampel
pada saat sebelum dikeringkan masing-masing, feses sapi
250gr
39
feses ayam 250gr, rumput gajah 500gr, dan rumput
raja 250gr, setelah dilakukan pengeringan berat sampel berubah menjadi:
Nama bahan
|
Berat Awal (gr)
|
Berat Setelah Pengeringan (gr)
|
- Feses sapi
|
250gr
|
108gr
|
- Feses ayam
|
250gr
|
127gr
|
- Rumput gajah
|
500gr
|
160gr
|
- Rumput raja
|
250gr
|
90gr
|
Tabel pengukuran berat bahan yang digunakan
Maka kadar air setiap sample dapat dihitung dengan hasil seperti berikut
:


Kadar air feses sapi
=
250 -
108 x 100
%
250
= 0, 56x 100%
= 56 %


Kadar air feses ayam =
250 -
127 x 100
%
250
= 0,49
x 100%
=
49 %


Kadar air rumput gajah =
500 -
160 x 100
%
500
= 0, 68 x 100%
= 68 %


Kadar air rumput raja =
250 -
90 x 100
%
250
= 0, 64 x 100%
= 64 %
Jadi setelah kadar air setiap sample
sudah didapat maka bahan kering yang didapat
seperti :
40
Bahan kering = 100% - % kadar air
Kadar kering sapi = 100% - 56%
= 44 %
Kadar bahan kering ayam = 100% - 49 %
= 51 %
Kadar bahan kering rumput gajah =
100% - 68 %
= 32 %
Kadar bahan kering rumput raja = 100% - 64 %
=
36 %
Setelah hasil didapat kan dapat disimpulkan kadar air yang paling banyak
terdapat di feses dari pada dari tumbuhan
menurut Carita,2001, Pengurangan kadar air dengan
pelayuan perlu ditentukan lama dan KA akhir yang diperoleh. Demikian juga
penambahan air pada bahan dengan KA yang rendah, diperlukan perhitungan yang
lebih cermat. Demikian hasil
yang diperoleh pada praktikum preparasi sampel yang telah dilakukan dengan cara
yang terdapat pada buku pedoman.
4.4 Analisis Proksimat.
Penentuan Kadar Air dilakukan dengan
menguapkan air yang
terdapat dalam sampel dengan
oven dengan suhu 105°C dalam jangka waktu tertentu hingga
air yang terdapat dalam bahan menguap atau penyusutan berat sampel tidak berubah lagi kemudian didinginkan dalam eksikator lalu yang
tinggal adalah bahan kering dan presentase air dihitung melalui perbedaan bobot
sebelum dan sesudah perlakuan panas maka diperoleh lah berat yang tetap.
41
Hasil
dari analisis Bahan Segar
TABEL 1. Penentuan Kadar Air
No
|
Sampel
|
C (gr)
|
D (gr)
|
E (gr)
|
KA (gr)
|
Bk (%)
|
1.
|
Rumput raja
|
40,4076
|
1,0008
|
41,3558
|
5,2558
|
94,7442
|
2.
|
Rumput gajah
|
37,3960
|
1,0009
|
38,3536
|
4,3261
|
95,6739
|
3.
|
Rumput benggala
|
38.4245
|
1,0007
|
39,3651
|
6,0058
|
93,9942
|
4.
|
Ampas tahu
|
39,1910
|
1,0003
|
40,1457
|
4,5586
|
95,4414
|
5.
|
Pati
|
39,5736
|
1,0007
|
40,4185
|
15,5691
|
84,4309
|
6.
|
Feses ayam
|
39,3367
|
1,0004
|
40,2925
|
4,4582
|
95,5418
|
7.
|
Fesas sapi
|
35,2774
|
1,0003
|
36,1920
|
8,5674
|
91,4326
|
8.
|
Jagung
|
337,6452
|
1,0009
|
38,5162
|
12,9783
|
87,0217
|
Tabel diatas menunjukkan bahwa kadar air yang paling tinggi adalah
ampas tahu dan kadar air yang paling rendah yaitu pada jagung. Hal ini
menunjukan bahwa ampas tahu banyak banyak mengandung air. Namun pada bahan
kering ampas tahu hanya memiliki 6,24 % jauh dibandingkan dari jagung yakni
sebanyak 80, 64 %. Bahan
kering diperoleh dengan jalan memanaskan bahan pakan 105 selama beberapa jam
sehingga semua air yang ada menguap. Kondisi ini disebut juga kering mutlak,
kering oven, kering mutlak atau dry matter.
Penentuan
kadar abu, dengan membakar sampel dalam tanur
400-6000C selama 3-4 Jam
sehingga seluruh sampel dalam cawan
terbakar. Sisanya yang tidak terbakar adalah abu yang merupakan kumpulan
dari mineral-mineral yang terdapat dalam bahan. Dimana abu merupakan total mineral dalam bahan pakan diamati
.
42
TABEL
2. Penentuan
Kadar Abu
No
|
Sampel
|
F
(gr)
|
G
(gr)
|
H
(%)
|
KA
(%)
|
1
|
Rumput raja
|
35,2760
|
3,040
|
35,5064
|
7,5789
|
2
|
Rumput gajah
|
33,3452
|
3,0006
|
34,0938
|
24,9483
|
3
|
Rumput benggala
|
40,2927
|
3,0008
|
40,5353
|
8,0945
|
4
|
Ampas tahu
|
40,2899
|
2,0000
|
40,3693
|
3,97
|
5
|
Pati
|
39,3509
|
2,0009
|
39,3610
|
0,5048
|
6
|
Feses ayam
|
36,6595
|
2,0007
|
37,2071
|
27,37
|
7
|
Feses sapi
|
33,7465
|
2,0003
|
33,9665
|
10,9983
|
8
|
Jagung
|
39,1943
|
2,0004
|
39,1997
|
0,2699
|
Dari analisis proksimat tersebut menunjukkan bahwa kadar abu tertinggi
ada pada feses ayam sedangkan pada kadar abu terendah ada pada pati. Penentuan
kadar abu yaitu usaha untuk mengetahui kadar abu, dalam analisis secara umum
ditentukan dengan membakar bahan pakan biasanya hanya zat-zat organic yang terbakar dan yang tertinggal adalah
zat anorganik yang kita sebut dengan abu/
Penentuan protein
kasar dilakukan dnegan penetapan nilai
protein kasar dilakukan secara tidak langsung, karena analisis ini didasarkan
pada penentuan kadar nitrogen yang terdapat dalam bahan. Kandungan nitrogen
yang diperoleh dikalikan dengan angka 6,25 sebagai angka konversi menjadi nilai
protein. Nilai 6,25 diperoleh dari asumsi bahwa protein mengandung 16% nitrogen (perbandingan protein : nitrogen =100 :16
= 6,25:1).
43
TABEL
3. Penentuan Protein
Kasar.
No
|
Sampel
|
I (gr)
|
J (gr)
|
K (gr)
|
PK (%)
|
1.
|
Rumput raja
|
0,3007
|
25,6
|
26,00
|
3,50805
|
2.
|
Rumput gajah
|
0,3006
|
25
|
26,00
|
8,77329
|
3.
|
Rumput benggala
|
0,004
|
24,8
|
26,00
|
10,53492
|
4.
|
Ampas tahu
|
0,003
|
23,9
|
26,00
|
18,44239
|
5.
|
Pati
|
0,006
|
25,9
|
26,00
|
0,87741
|
6.
|
Feses ayam
|
0,002
|
23,1
|
26,00
|
25,47635
|
7.
|
Feses sapi
|
0,004
|
25,4
|
26.,00
|
5,26754
|
8.
|
Jagu
|
0,008
|
25,5
|
26,00
|
4,38371
|
Nitrogen yang terdapat dalam bahan selain terdapat dalam protein juga
terdapat dalam senyawa organic lain yang bukan protein. Senyawa nitrogen yang bukan berasal dari senyawa protein disebut
NPN (non protein nitrogen)
sehingga terhitung sebagai PK. Nilai 6,25 tidak selalu tetap,
tergantung bahan yang dianalisis.
Prinsip Penentuan
lemak kasar adalah Melarutkan (ekstraksi)
lemak yang terdapat dalam bahan dengan pelaut lemak (ether) selama 3-8 jam.
Ekstraksi menggunakan alat sokhlet. Beberapa pelarut yang dapat digunakan adalah
ether,kloroform dan benzena. Lemak yang dihasilkan bukan merupakan lemak murni
eteapi campuran dari beberapa zat seperti klorofil, xantofil dan
TABEL 4. Penentuan Lemak Kasar.
No
|
Sampel
|
L (gr)
|
M (gr)
|
N (gr)
|
LK (%)
|
1.
|
Rumput raja
|
1.0003
|
2,1233
|
2,1077
|
1,55953
|
2.
|
Rumput raja
|
1,0000
|
2,1058
|
2,0857
|
2,01
|
3.
|
Rumput beggala
|
1,0003
|
2,1160
|
2,1014
|
1,45956
|
4.
|
Ampas tahu
|
1,0004
|
2,1698
|
2,0361
|
13,36465
|
5.
|
Pati
|
1,0004
|
2,0116
|
2,0013
|
1,02959
|
6.
|
Feses ayam
|
1,0004
|
2,1267
|
2,0996
|
2,70892
|
7.
|
Feses sapi
|
1,0001
|
2,1188
|
2,0827
|
3,60964
|
8.
|
Jagung
|
1,0001
|
2,0919
|
1,0896
|
0,22998
|
Lemak merupakan zat makanan yang
sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk menambah sumber energi bagi tubuh untuk
aktivitas sehari-hari dan merupakan dan merupakan sesuatu yang sangat penting
bagi tubuh dan merupakan sumber makanan yang dihasilkan dari suatu proses yang
disebut dengan proses sekretorit sejati.
Penentuan serat kasar yaitu Komponen dalam suatu bahan
yang tidak dapat larut dalam pemasakan dengan asam encer dan basa encer selama
30 menit adalah serat kasar dan abu. Untuk mendapatkan nilai serat
kasar, maka bagian yang tidak larut tersebut (residu) dibakar sesuai dengan
prosedur analisis abu. Selisih antara residu dengan abu adalah serat kasar.
Dari analisis proksimat tersebut
menunjukkan bahwa serat kasar tertinggi ada pada feses sapi sedangkan pada
serat kasar terendah ada pada jagung. Terdapat sebagian kecil senyawa organik
yang tergolong serat masih dapat larut dalam asam dan basa encer, dpt mengurangi nilai kandungan
komponen serat.
TABEL 5. Penentuan Serat Kasar.
No
|
Sampel
|
O (gr)
|
P (gr)
|
Q (gr)
|
R (gr)
|
Sk (%)
|
1.
|
Rumput raja
|
1,1058
|
1,0005
|
22,6617
|
21,2982
|
25,75712
|
2.
|
Rumput gajah
|
1,1489
|
1,0001
|
22,4593
|
21,0616
|
24,87751
|
3.
|
Rumput
benggala
|
1,0921
|
1,0001
|
22,8774
|
21,4744
|
31,08689
|
4.
|
Ampas tahu
|
1,1420
|
1,0005
|
23,9362
|
22,6149
|
17,92104
|
5.
|
Pati
|
1,0719
|
1,0006
|
19,1161
|
18,0013
|
4,28743
|
6.
|
Feses ayam
|
1,1005
|
1,0002
|
23,6520
|
22,3876
|
16,38672
|
7.
|
Feses sapi
|
1,0074
|
1,0003
|
21,8453
|
20,5349
|
30,29091
|
8.
|
jagung
|
1,0143
|
1,0005
|
19,9537
|
18,9269
|
1,25
|
SK adalah bahan makanan yang sangat
sulit untuk dicerna oleh tubuh dan membutuhkan waktu yang lam untuk memproses
nya sehingga dapat cerna oleh tubuh serta dapat dimanfaatkan untuk kelansungan
hidup dan memenuhi kebutuhan tubuh, tumbuhan mengandung serat kasar tinggi,sangat mudah dicari maka banyak
dicari oleh ternak untuk memberikan makan kepada ternaknya.
Kandungan Bahan Extrak Tampa
Nitrogen (BETN)
ditentukan dengan mengurangi total kandungan zat makanan dalam bahan pakan
dengan presentase air,abu,protein kasar,lemak kasar,dan serat kasar.penentuaan
kadar BETN di hitung dengan cara: BETN (%) = 100%-(% air + % abu + % pk + %sk + %lk)
Adapun BETN merupakan kandungan total zat
makanan dalam bahan pakan (100%) dengan persentase kandungan air, abu, protein
kasar, dan serat kasar (Siregar, 2000).
Susunan zat makanan, karbohidrat dipisah
menjadi BETN dan serat kasar dimana BETN mengandung banyak pati dan gula yang
bersifat mudah dicerna, sedangkan serat kasar yang kaya akan lignin dan
sellulosa bersifat sukar dicerna oleh ternak (Sutardi. 2000).
Dalam praktikum mengenai Formuasi
Ransum ini, dapat dilihat ransum yang akan disusun yaitu ransum untuk ayam
broiler/ ayam pedaging. Bahan pakan yang akan digunakan yaitu Tepung Ikan,
Bungkil Kelapa Sawit, Jagung, Dedak, Minyak Sawit dan Premix.
Adapun jumlah bahan pakan yang akan
digunakan sesuai dengan kebutuhan ayam broiler yaitu:
Tabel
Formulasi Ransum Ayam broiler/Pedaging
Bahan Pakan
|
Penggunaan
|
PK(%)
|
SK(%)
|
EM(%)
|
Lemak (%)
|
Tepung
Ikan
|
30
|
55,39
|
0,57
|
2640
|
11,67
|
Bungkil
Kelapa sawit
|
10
|
16,91
|
11,64
|
1525
|
9,35
|
Jagung
|
43
|
6,93
|
1,96
|
3430
|
4,32
|
Dedak
|
14
|
8,23
|
22,31
|
1630
|
9,25
|
Minyak
Sawit
|
1
|
-
|
-
|
800
|
100
|
Premix
|
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Jumlah
|
100
|
|
|
|
|
Kebutuhan
(%)
|
|
22-24
|
5-8
|
2500-2800
|
6-
|
Tabel Jumlah
Bahan Pakan
Bahan Pakan
|
Penggunaan
|
PK(%)
|
SK(%)
|
EM(%)
|
Lemak (%)
|
Tepung Ikan
|
30
|
16,62
|
0,17
|
792
|
3,5
|
Bungkil Kelapa sawit
|
10
|
1,7
|
1,16
|
152,5
|
0,94
|
Jagung
|
40
|
2,98
|
0,84
|
1479,9
|
1,73
|
Dedak
|
14
|
1,15
|
3,12
|
228,2
|
1,3
|
Minyak Sawit
|
1
|
-
|
-
|
8
|
1
|
Premix
|
2
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Jumlah
|
100
|
22,69
|
5,58
|
2588,45
|
8,72
|
Kebutuhan
(%)
|
|
22-24
|
5-8
|
2500-2800
|
6-9
|
Penentuan Formulasi Ransum untuk ayam
broiler/pedaging ini disusun dengan metode coba-coba atau Trial and Error Method.
Menurut pendapat ahli yang menyatakan kadar
protein rata-rata dedak gandum adalah 15%; kadar lemak 9% dan biasanya kadar
serat kasarnya tidak lebih dari semua bahan makanan ternak, akan tetapi dedak
tersebut rendah kadar kalsiumnya. Kandungannya adalah 1,1% fosfor, tetapi hanya
1,14% kalsium. Bahan makanan ini kaya akan masin dan tinggi kadar thiaminnya. Tetapi rendah
kadar riboflavinnya.Galuh.2000.
Dan selanjutnya menyatakan bahwa, khusus untuk ransum broiler, maka ransum
broiler hendaklah memiliki nisbah
kandungan energi protein yang diketahui, kandungan proteinnya tinggi
untuk menopang
pertumbuhannya yang sangat cepat, mengandung energi
yang lebih untuk membuat ayam broiler dipanen cukup
mengandung lemak.
Adnan.2004. Formulasi
ransum adalah upaya untuk mengkombinasikan
berbagai macam bahan makanan ternak untuk memenuhi kebutuhan ternak akan
48
zat makanan dengan meniminalkan biaya yang
ditimbulkan akibat penyusunan ransum tersebut.
Darmani.2001. Pemberian ransum dapat dilakukan dengan cara bebas maupun terbatas. Cara bebas, ransum
disediakan ditempat pakan sepanjang waktu
agar saat ayam ingin makan ransumnya selalu tersedia. Cara ini
biasanya disajikan dalam bentuk kering,
baik tepung, butiran, maupun pelet. Penggantian ransum starter dengan ransum
finisher sebaiknya tidak dilakukan sekaligus, tetapi secara bertahap. Hari pertama diberi
ransum starter 75% ditambah
ransum finisher 25%, pada hari berikutnya diberi ransum starter 50% ditambah
ransum finisher 50%, hari berikutnya diberi ransum starter 25% ditambah ransum finisher 75% dan hari
terakhir diberi ransum finisher seluruhnya. Jika tahapan ini tidak dilakukan
maka nafsu makan ayam menurun untuk beberapa
hari dan dikhawatirkan akan menghambat pertumbuhan.
Farhan.2007. Ayam broiler telah dikenal
masyarakat dengan berbagai kelebihannya, antara lain hanya 5-6 minggu
sudah siap dipanen. Ayam yang dipelihara adalah ayam broiler yakni ayam yang
berwarna putih & cepat tumbuh.
Farida.2001. Ayam broiler merupakan ayam pedaging yang
mengalami pertumbuhan pesatpada umur 1 – 5 minggu. Selanjutnya dijelaskan bahwa
ayam broiler yang berumur 6 minggu sudah sama besarnya dengan ayam kampung
dewasa yang dipelihara selama 8 bulan. Keunggulan ayam broiler tersebut
didukung oleh sifat genetic dan keadaanlingkungan yang meliputi makanan,
temperature lingkungan dan pemeliharaan.
Galuh.2000. Kadar protein rata-rata dedak gandum adalah 15%; kadar lemak
9% dan biasanya kadar serat kasarnya tidak lebih dari semua bahan makanan
ternak, akan tetapi dedak tersebut rendah kadar kalsiumnya. Kandungannya adalah
1,1% fosfor, tetapi hanya 1,14% kalsium. Bahan makanan ini kaya akan masin dan tinggi kadar thiaminnya. Tetapi rendah kadar riboflavinnya.
49
4.6 Mencampur Ransum.
Dalam
praktikum mengenai Mencampur Ransum
ini, dapat dilihat ransum yang akan dicampu yaitu ransum untuk ayam broiler/
ayam pedaging. Bahan pakan yang akan digunakan yaitu Tepung Ikan, Bungkil
Kelapa Sawit, Jagung, Dedak, Minyak Sawit dan Premix.
Adapun
jumlah bahan pakan yang akan digunakan sesuai dengan kebutuhan ayam broiler
yaitu:
Tabel I Jumlah Bahan Pakan
Bahan Pakan
|
Penggunaan
|
PK(%)
|
SK(%)
|
EM(%)
|
Lemak (%)
|
Tepung Ikan
|
28
|
15,50
|
0,15
|
739,2
|
3,26
|
Bungkil Kelapa sawit
|
14
|
2,36
|
1,62
|
213,5
|
1,30
|
Jagung
|
38
|
2,63
|
0,74
|
1303,4
|
1,64
|
Dedak
|
18
|
1,48
|
4,01
|
293,4
|
1,66
|
Minyak Sawit
|
1
|
-
|
-
|
8
|
1
|
Premix
|
1
|
-
|
-
|
-
|
-
|
Jumlah
|
100
|
21,97
|
6,52
|
2557,5
|
8,86
|
Kebutuhan
(%)
|
|
22-24
|
5-8
|
2500-2800
|
6-9
|
50
Tabel II Jumlah Bahan Pakan dengan
Kebutuhan dan Penggunaan Ransum
Bahan Pakan
|
Penggunaan
|
Kebutuhan
|
Penggunaan Ransum (gr)
|
Tepung Ikan
|
28
|
2000
|
560
|
Bungkil Kelapa sawit
|
14
|
2000
|
280
|
Jagung
|
38
|
2000
|
760
|
Dedak
|
18
|
2000
|
360
|
Minyak Sawit
|
1
|
2000
|
20
|
Premix
|
1
|
2000
|
20
|
Jumlah
|
100
|
|
2000
|
Dalam
mencampur ransum yang pertama di campur ialah premix dan jagung dan setelah itu
tambahkan sedikit demi sedikit minyak kelapa sawit agar pencampuran smakin
homogen, kemudian setelah itu tambahkan dedak dan aduk lalu tambahkan bungkil
inti sawit dan dedak dan yang terakhir tambahkan minyak kelapa sawit yang
dituangkan sedikit dmi sedikit dan campurkan secara merata sampai homogen.
Menurut
pendapat ahli yang menyatakan kadar protein rata-rata dedak gandum adalah 15%;
kadar lemak 9% dan biasanya kadar serat kasarnya tidak lebih dari semua bahan
makanan ternak, akan tetapi dedak tersebut rendah kadar kalsiumnya.
Kandungannya adalah 1,1% fosfor, tetapi hanya 1,14% kalsium. Bahan makanan ini
kaya akan masin dan tinggi kadar thiaminnya.
Tetapi rendah
kadar riboflavinnya.Galuh.2000. Dan
selanjutnya menyatakan
bahwa, khusus untuk ransum broiler, maka
ransum broiler hendaklah memiliki nisbah
kandungan energi protein
yang diketahui, kandungan proteinnya tinggi
untuk menopang
pertumbuhannya yang sangat cepat, mengandung energi
yang lebih untuk membuat ayam broiler dipanen cukup
mengandung lemak.
51
V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari seluruh kegiatan hasil praktikum yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa setiap aktivitas
yang dilakukan didapat hasil praktikum yang sesuai dengan petunjuk buku pedoman
dan menggunakan waktu lama, ada juga kegiatan praktikum yamg dilalui dengan
menggunakan waktu yang relatif lebih cepat dari pada kegiatan – kegiatan lain,
dan terkadang ada juga dari kegiatan praktikum yang dilakukan hasilnya gagal
atau tidak sesuai dengan ketentuan buku pedoman (diktat) maupun dari petunjuk
dosen dan asisten dosen dimana setiap kegiatan dilakukan dengan konsentrasi,
ketelitian yang penuh dan ekstra hati- hati agar praktikum tersebut berhasil.
5.2 Saran
Untuk kedepan
pada setiap kegiatan praktikum, sebaiknya segala sesuatu yang
berhubungan dengan yang akan dipraktikumkan dipersiapkan terlebih dahulu seperti alat dan bahan yang akan
dipraktikumkan, penguasaan materi sebelum praktikum juga harus
diperhatikan, harus lebih disiplin
baik waktu maupun pada saat bekerja dan pada saat praktikum hendaknya
terlaksana dengan tertib dan tidak ribut.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan. 2005. Tabel Komposisis Pakan untuk Indonesia.
Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Ardinawati. 2001. Alat – alat Praktikum Kimia. Yudhistira. Jakarta.
Arora, S.P.
2003. Pencernaan Mikrobia Pada Ruminansia (terjemahan). Cetakan
pertama. Gadjah Mada University press. Yogyakarta.
Cahyono. 2002. Fisiologi
Tanaman Pakan. Erlangga. Bandung.
Carita. 2001.
Produksi Makanan Ternak Tropik. Fakultas
Peternakan: Univ
Gadjah Mada.
Dedyarso.
2000. Protein asal ternak. PT. Bhratara Karya Aksara : Jakarta.
Ernidian.
2003. Tabel Komposisis Pakan untuk Indonesia. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta
Galuh. 2000. Bahan kuliah tanaman pakan. Fakultas
peternkan Universitas Jambi.
Handoko. 1999. Macam–macam Obat dan Vitamin untuk
Ternak. Erlangga. Solo.
Hartadi. H. 2000. Prediction of The Quality of Tropical
Grasses for Ruminant by Laboratorium Analisis and Summative Equations.Thesis.
Dept of animal science. University of Florida. Gainesville.
Ikalita.2001. Makanan Ternak. BPFR. Yogyakarta.
Joko. 2002. Leguminosa. PT. Bhratara Karya Aksara : Jakarta.
Karim. 2007. Bahan Pakan Ternak. PT.Lamusu Regancy. Jakarta.
Krishna G and S.K. Ranjhan. 2000. Produksi Hijauan Makanan Ternak
Tropik.
Fakultas
Peternakan : Universitas Gadjah Mada.
Kenedy. 1997. Kimia Dasar untuk SMA kelas 3. Grafindi.
Jakarta.
Laura. 2005. Manfaat Lamtoro Gung. Bhratara Karya Aksara. Jakarta.
Martha.
2005. Poultry Indonesia of food. Gajah Madha.Yogyakarta.
Mc Donald,P.,R.A.Edwards and
J..F.D.Greenhalqh. 2001. Anamil Nutrition. Fourth edition longman London.
Murtidjo, B. A. 2007. Pedoman
Meramu Pakan Unggas. Kanisius. Yogyakarta.
Murwani. 2002. Leguminosa. PT. Bhratara Karya
Aksara. Jakarta.
Priyono. 2008. Mahasiswa Magister Ilmu Ternak .Undip. Semarang.
North M.O,.Bell D.D. 2000. Commercial Chicken Production Manual. 4th Edition. Van Northland
Reinhold. NewvYork.
Reksohadiprodjo,
Soedomo .1999. Produksi Hijauan Makanan Ternak Tropik.
Fakultas Peternakan : Universitas Gadjah
Mada. Yogyakarta.
Sartika. 2001. Pengolahan Bahan Pakan. Pusat Unit
Pangan Universitas. Jawa.
Soebarinoto,
S. Chuzaemi dan Mashudi. 2000. Tabel Komposisis Pakan untuk Indonesia.
Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Sudibyo. 2002. Usaha pakan ternak. Jaksel,
Kanisius. 27 Hal.
Suprayitno
Drs,dkk. 1997. Hijauan Makanan Ternak. BPFE : Yogyakarta.
S. Reksohadiprodjo, B A. 2007. Pedoman Meramu Pakan Unggas. Yogyakarta.
Trihartanti. 2005. Nutrisi Tanaman Pakan Ternak. Erlangga. Jakarta.
Urmadi. 2006. Food Dairy Handbook. Alfa Laval
Dairy and Food. Jerman.
Walfin. 2004. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. PT. Raja. Jakarta.
Waha. 2009. Obat dan Vitamin untuk Ternak. Erlangga. Bandung.
DAFTAR GAMBAR
A. Pengenalan Alat
Gb. Neraca / timbangan digital Gb.
Eksikator


Gb. Cawan porselen Gb. Oven

Gb. 5. Tanur Gb.
Peralatan-peralatan gelas
Gb. Peralatan gelas dan kertas
saring yang dipergunakan
Gb. Penjepit Gb.
Buret
Gb. 10 . Alat soket
B. Pengenalan Bahan Pakan
Gb. 1. Zea mays
(jagung) Gb. 2.Petai
Cina (Leuchaena leuchocepala)


Gb. 3. Rumput gajah(Pennisetum purpureum) Gb. 4. Rumput setaria (Setaria
anceps)
Gb. 5. Rumput raja (Pennisetum purphopoides) Gb. 6. Kacang Tanah (Arachis
hypogea)
Gn. 7. Rumput benggala (Panicum maximum) Gb. 8. Legum stylo (Stylosantes
humilis)

Gb. 9. Daun
cabe-cabean Gb. 10. Rumput mutiara
Gb. 12. Daun Turi (Putri Malu)
Gb Feses Sapi
sebelum Pengeringan Gb Feses Sapi setelah Pengeringan
Gb Feses Ayam Sebelum Pengeringan Gb Feses Ayam Setelah Pengeringan
Gb pemotongan rumput gajah Gb Rumput Gajah
setelah pengeringan
Gb Pemotongan
Rumput Raja Gb Penjemuran
Rumput Raja
Gb Bungkil
Kedelai Gb.
Dedak Halus

Gb. Jagung Giling Gb. Minyak K. Sawit
LAMPIRAN
Protein Kasar
Formulasi Ransum
Tepung Ikan =

= 16,62%
Bungkil Kelapa Sawit =

=
1,7%
Jagung =

= 2,98%
Dedak =

= 1,15%
Serat Kasar
Tepung Ikan =

= 0,17%
Bungkil Kelapa Sawit =

=
1,16%
Jagung =

= 0,84%
Dedak =

= 3,21%
Energi Metabolisme
Tepung Ikan =

= 792
Bungkil Kelapa Sawit =

=
152,5
Jagung =

= 1474,9
Dedak =

= 228,2
Minyak Sawit =

= 8
Lemak
Tepung Ikan =

= 3,5
Bungkil Kelapa Sawit =

=
0,94
Jagung =

= 1,73
Dedak =
=
1,3
Minyak Sawit =

=
1
Mencampur Ransum
Pada tabel I Jumlah bahan pakan yang akan dicampur.
Protein Kasar
Tepung Ikan = 55,39 x 28
100
= 15,50 %
Bungkil Kelapa
Sawit = 16,91 x 14
100
= 2,36 %
Jagung = 6,93 x 38
100
= 2,63%
Dedak = 8,23 x 18
100
= 1,48 %
Serat Kasar
Tepung Ikan = 0,57 x 28
100
= 0,15%
Bungkil Kelapa Sawit = 11,64
x 14
100
= 1,62%
Jagung = 1,96 x 38
100
= 0,74%
Dedak = 22,31 x 18
100
= 4,01%
Energi Metabolisme
Tepung Ikan = 2640 x 28
100
= 739,2 %
Bungkil Kelapa
Sawit = 1525 x 14
100
= 213,5 %
Jagung =
3430 x
38
100
=
1303,4 %
Dedak =
1630 x
18
100
= 293,4 %
Minyak Sawit = 800 x 1
100
= 8 %
Lemak
Tepung Ikan = 11,67 x 28
100
= 3,26 %
Bungkil Kelapa Sawit = 9,35 x 14
100
= 1,30 %
Jagung =
4,32 x
38
100
= 1,64 %
Dedak = 9,25 x 18
100
= 1,66 %
Minyak Sawit = 100 x 1
100
= 1 %
Pada tabel II Jumlah bahan pakan dgn kebutuhan dan
penggunaan ransum.
Tepung Ikan = 28 x
2000
100
= 560 gr
Bungkil Kelapa Sawit = 14
x 2000
100
= 280 gr
Jagung = 38 x
2000
100
= 760 gr
Dedak = 18 x
2000
100
= 360 gr
Minyak Sawit =
1 x 2000
100
= 8 gr
Premix = 1 x
2000
100
= 8 gr